kisah nabi musa as

Nabi Musa as dan Nabi Harun as

Nabi Musa A.S. adalah seorang bayi yang dilahirkan dikalangan Bani Isra'il yang pada
ketika itu dikuasai oleh Raja Fir'aun yang bersikap kejam dan zalim. Nabi Musa bin
Imron  bin  Qahat  bin  Lawi  bin  Ya'qub  adalah  beribukan  Yukabad.Setelah  meningkat
dewasa Nabi Musa telah beristerikan dengan puteri Nabi Syu'aib yaitu Shafura.Dalam
perjalanan hidup Nabi Musa untuk menegakkan Islam dalam penyebaran risalah yang
telah  diutuskan  oleh  Allah  kepadanya  ia  telah  diketemukan  beberapa  orang  nabi
diantaranya ialah bapa mertuanya Nabi Syu'aib, Nabi Harun dan Nabi Khidhir. Di sini
juga  diceritakan  tentang  perlibatan  beberapa  orang  nabi  yang  lain  di  antaranya  Nabi
Somu'il    serta    Nabi    Daud

Catatan    :~
Para ahli tafsir berselisih pendapat tentang Syu'aib, mentua Nabi Musa. Sebahagia besar
berpendapat bahwa ia adalah Nabi Syu'aib A.S. yang diutuskan sebagai rasul kepada
kaum Madyan, sedang  yang  lain berpendapat bahwa ia adalah orang lain yaitu  yang
dianggap  adalah  satu  kebetulan  namanya  Syu'aib  juga.  Wallahu  A'lam  bisshawab

Kelahiran Musa Dan Pengasuhnya

Raja Fir'aun yang memerintah Mesir sekitar kelahirannya Nabi Musa, adalah seorang raja
yang  zalim,  kejam  dan  tidak  berperikemanusiaan.  Ia  memerintah  negaranya  dengan
kekerasan, penindasan dan melakukan sesuatu dengan sewenang-wenangnya. Rakyatnya
hidup  dalam  ketakutan  dan  rasa  tidak  aman  tentang  jiwa  dan  harta  benda  mereka,
terutama   Bani   Isra'il   yang   menjadi   hamba   kekejaman,   kezaliman   dan   bertindak
sewenang-wenangnya dari raja dan orang-orangnya. Mereka merasa tidak tenteram dan
selalu dalam keadaan gelisah, walau pun berada dalam rumah mereka sendiri. Mereka
tidak berani mengangkat kepala bila berhadapan dengan seorang hamba raja dan berdebar
hati mereka karena ketakutan bila kedengaran suara pegawai-pegawai kerajaan lalu di
sekitar   rumah   mrk,   apalagi   bunyi   kasut   mrk   sudah   terdengar   di   depan   pintu.






Raja Fir'aun yang sedang mabuk kuasa yang tidak terbatas itu, bergelimpangan dalam
kenikmatan dan kesenangan duniawi yang tiada taranya, bahkan mengumumkan dirinya
sebagai tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya. Pd suatu hari beliau telah terkejut
oleh ramalan oleh seorang ahli nujum kerajaan yang dengan tiba-tiba dtg menghadap raja
dan memberitahu bahwa menurut firasatnya falaknya, seorang bayi lelaki akan dilahirkan
dari kalangan Bani Isra'il yang kelak akan menjadi musuh kerajaan dan bahkan akan
membinasakannya.

Raja Fir'aun segera mengeluarkan perintah agar semua bayi lelaki yang dilahirkan di
dalam  lingkungan  kerajaan  Mesir  dibunuh  dan  agar  diadakan  pengusutan  yang  teliti
sehingga tiada seorang pun dari bayi lelaki, tanpa terkecuali, terhindar dari tindakan itu.
Maka dilaksanakanlah perintah raja oleh para pengawal dan tenteranya. Setiap rumah
dimasuki dan diselidiki dan setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka pada saat
melahirkan    bayinya.
Raja Fir'aun menjadi tenang kembali dan merasa aman tentang kekebalan kerajaannya
setelah mendengar para anggota kerajaannya, bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi
bersih dan tidak seorang pun dari bayi laki-laki yang masih hidup. Ia tidak mengetahui
bahwa kehendak Allah tidak dpt dibendung dan bahwa takdirnya bila sudah difirman
"Kun" pasti akan wujud dan menjadi  kenyataan "Fayakun". Tidak sesuatu  kekuasaan
bagaimana  pun  besarnya  dan  kekuatan  bagaimana  hebatnya  dapat  menghalangi  atau
mengagalkannya.

Raja Fir'aun sesekali tidak terlintas dalam fikirannya yang kejam dan zalim itu bahwa
kerajaannya yang megah, menurut apa yang telah tersirat dalam Lauhul Mahfudz, akan
ditumbangkan oleh seorang bayi yang justeru diasuh dan dibesarkan di dalam istananya
sendiri akan diwarisi kelak oleh umat Bani Isra'il yang dimusuhi, dihina, ditindas dan
disekat  kebebasannya.  Bayi  asuhnya itu  ialah  laksana  bunga  mawar  yang  tumbuh  di
antara  duri-duri  yang  tajam  atau  laksana  fajar  yang  timbul  menyingsing  dari  tengah
kegelapan    yang    mencekam.

Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub sedang duduk seorang diri di salah
satu  sudut  rumahnya  menanti  dtgnya  seorang  bidan  yang  akan  memberi  pertolongan
kepadanya    melahirkan    bayi    dari    dalam    kandungannya    itu.
Bidan  dtg  dan  lahirlah  bayi  yang  telah  dikandungnya  selama  sembilan  bulan  dalam
keadaan selamat, segar dan sihat afiat. Dengan lahirnya bayi itu, maka hilanglah rasa
sakit  yang  luar  biasa  dirasai  oleh  setiap  perempuan  yang  melahirkan  namun  setelah
diketahui oleh Yukabad bahwa bayinya adalah lelaki maka ia merasa takut kembali. Ia
merasa sedih dan khuatir bahwa bayinya yang sgt disayangi itu akan dibunuh oleh orang-
orang Fir'aun. Ia mengharapkan agar bidan itu merahsiakan kelahiran bayi itu dari sesiapa
pun. Bidan yang merasa simpati terhadap bayi yang lucu dan bagus itu serta merasa
betapa sedih hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi yang baru dilahirkan memberi
kesanggupan    dan    berjanji    akan    merahsiakan    kelahiran    bayi    itu.

Setelah bayi mencapai tiga bulan, Yukabad tidak merasa tenang dan selalu berada dalam
keadaan  cemas  dan  khuatir  terhadap  keselamatan  bayinya.  Allah  memberi  ilham
kepadanya  agar  menyembunyikan  bayinya  di  dalam  sebuah  peti  yang  tertutup  rapat,






kemudian membiarkan peti yang berisi bayinya itu terapung di atas sungai Nil. Yukabad
tidak boleh bersedih dan cemas ke atas keselamatan bayinya karena Allah menjamin akan
mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan mengutuskannya sebagai salah seorang
rasul.

Dengan bertawakkal kepada Allah dan kepercayaan penuh terhadap jaminan Illahi, mak
dilepaskannya  peti  bayi  oleh Yukabad,  setelah  ditutup  rapat  dan  dicat  dengan  warna
hitam,  terapung  dipermukaan  air  sungai  Nil.  Kakak  Musa  diperintahkan  oleh  ibunya
untuk mengawasi dan mengikuti peti rahsia itu agar diketahui di mana ia berlabuh dan
ditangan siapa akan jatuh peti yang mengandungi erti yang sgt besar bagi perjalanan
sejarah    umat    manusia.
Alangkah cemasnya hati kakak Musa, ketika melihat dari jauh bahwa peti yang diawasi
itu, dijumpai oleh puteri raja yang kebetulan berada di tepi sungai Nil bersantai bersama
beberapa  dayangnya  dan  dibawanya  masuk  ke  dalam  istana  dan  diserahkan  kepada
ibunya, isteri Fir'aun. Yukabad yang segera diberitahu oleh anak perempuannya tentang
nasib  peti  itu,  menjadi  kosonglah  hatinya  karena  sedih  dan  cepat  serta  hampir  saja
membuka rahsia peti itu, andai kata Allah tidak meneguhkan hatinya dan menguatkan
hanya    kepada    jaminan    Allah    yang    telah    dinerikan    kepadanya.

Raja Fir'aun ketika diberitahu oleh Aisah, isterinya, tentang bayi laki-laki yang ditemui di
dalam  peti  yang  terapung  di  atas  permukaan  sungai  Nil,  segera  memerintahkan
membunuh bayi itu seraya berkata kepada isterinya: "Aku khuatir bahwa inilah bayi yang
diramalkan,  yang  akan  menjadi  musuh  dan  penyebab  kesedihan  kami  dan  akan
membinasakan kerajaan kami y besar ini." Akan tetapi isteri Fir'aun yang sudah terlanjur
menaruh  simpati  dan  sayang  terhadap  bayi  yang  lucu  dan  manis  itu,  berkata  kepada
suaminya: "Janganlah bayi yang tidak berdosa ini dibunuh. Aku sayang kepadanya dan
lebih  baik  kami  ambil  dia  sebagai  anak,  kalau-kalau  kelak  ia  akan  berguna  dan
bermanfaat bagi kami. Hatiku sgt tertarik kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku
dan kesayangmu". Demikianlah jika Allah Yang Maha Kuasa menghendaki sesuatu maka
dilincinkanlah jalan bagi terlaksananya takdir itu. Dan selamatlah nyawa putera Yukabad
yang  telah  ditakdirkan  oleh  Allah  untuk  menjadi  rasul-Nya,  menyampaikan  amanat
wahyu-Nya    kepada    hamba-hamba-Nya    yang    sudah    sesat.

Nama Musa yang telah diberikan kepada bayi itu oleh keluarga Fir'aun, bererti air dan
pohon  {Mu=air  ,  Sa=pohon}  sesuai  dengan  tempat  ditemukannya  peti  bayi  itu.
Didatangkanlah  kemudian  ke  istana  beberapa  inang  untuk  menjadi  ibu  susuan  Musa.
Akan tetapi setiap inang yang mencuba dan memberi air susunya ditolak oleh bayi yang
enggan  menyedut  dari  setiap  tetk  yang  diletakkan  ke  bibirnya.  Dalam  keadaan  isteri
Fir'aun  lagi  bingung  memikirkan  bayi  pungutnya  yang  enggan  menetek  dari  sekian
banyak inang yang didatangkan ke istana, datanglah kakak Musa menawarkan seorang
inang    lain    yang    mungkin    diterima    oleh    bayi    itu.

Atas pertanyaan keluarga Fir'aun, kalau-kalau ia mengenal keluarga bayi itu, berkatalah
kakak Musa: "Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi ini. Hanya aku ingin
menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi
itu    dpt    menerima    air    susu    ibu    keluarga    itu".






Anjuran kakak Musa diterima oleh isteri Fir'aun dan seketika itu jugalah dijemput ibu
kandung  Musa  sebagai  inang  bayaran.  Maka  begitu  bibir  sang  bayi  menyentuh  tetek
ibunya,  disedutlah  air  susu  ibu  kandungnya  itu  dengan  sgt  lahapnya.  Kemudian
diserahkan Musa kepada Yukabad ibunya, untuk diasuh selama masa menetek dengan
imbalan  upah  yang  besar.  Maka  dengan  demikian  terlaksanalah  janji  Allah  kepada
Yukabad    bahwa    ia    akan    menerima    kembali    puteranya    itu.

Setelah selesai masa meneteknya, dikembalikan Musa oleh ibunya ke istana, di mana ia
di  asuh,  dibesar  dan  dididik  sebagaimana  anak-anak  raja  yang  lain.  Ia  mengenderai
kenderaan Fir'aun dan berpakaian sesuai dengan cara-cara Fir'aun berpakaian sehingga ia
dikenal    orang    sebagai    Musa    bin    Fir'aun.


Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam Al-Quran dari ayat 4 hingga ayat 13
dalam    surah    "Al-Qashash"    sebagai    berikut    :~

"4.~   Sesungguhnya   Fir'aun   telah   berbuat   sewenang-wenang   di   muka   bumi   dan
menjadikan  penduduknya  berpecah  belah  dengan  menindas  segolongan  dari  mrk,
menyembelih  anak  lelaki  mrk  dan  membiarkan  hidup  anak-anak  perempuan  mereka.
Sesungguhnya  Fir'aun  termasuk  orang-orang  yang  berbuat  kerusakan.5.~  Dan  Kami
hendak  memberi  kurnia  kepada  orang-orang  yang  tertindas  di  bumi  {Mesir}  itu  dan
hendak  menjadi  mrk  pemimpin  dan  menjadikan  mrk  orang-orang  yang  mewarisi
{bumi}.6.~ Dan Kami akan teguhkan kedudukan mrk  di muka bumi dan akan Kami
perlihatkan  kepada  Fir'aun  dan  Haman  berserta  tenteranya  apa  yang  selalu  mereka
khuatirkan dari mereka itu.7.~ Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa,"susukanlah dia,
dan apabila kamu khuatir terhadapnya, maka jatuhkan dia ke dalam sungai {Nil}. Dan
janganlah kamu khuatir dan janganlah pula bersedih hati, karena sesungguhnya Kami
akan  mengembalikannya  kepadamu,  dan  menjadikannya  {salah  seorang}  dari  para
rasul.8.~ Maka pungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya ia menjadi musuh dan
kesedihan  bagi  mereka.  Sesungguhnya  Fir'aun  dan  Haman  berserta  tenteranya  adalah
orang-orang yang bersalah.9.~ Dan berkatalah isteri Fir'aun: "Ia {Musa} biji mata bagiku
dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita
atau  kita  ambil  ia  menjadi  anak,"  sedang  mrk  tiada  menyedari.10.~  Dan  menjadi
kekosongan hait ibu Musa, seandainya Kami tidak teguhkan hatinya, spy ia termasuk
orang-orang yang percaya {kepada janji Allah}.11.~ Dan berkatalah ibu Musa kepada
saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia". Maka kelihatan olehnya Musa dari jauh,
sedang mereka tidak mengetahuinya.12.~ Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada
perempuan-perempuan yang nahu menyusukannya sebelum itu, maka berkatalah saudara
Musa:    "Mahukah    kamu    aku    tunjukkan    kepada    kamu    ahlul-bait    yang    akan
memeliharakannya  utkmu  dan  mrk  dpt  berlaku  baik  kepadanya?"13.~  Maka  Kami
kembalikan  Musa  kepada  ibunya  supaya  senang  hatinya  dan  tidak  berduka  cita  dan
supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi manusia kebanyakan
tidak mengetahuinya." { Al-Qashash : 4 ~ 13 }


Musa keluar dari Mesir






Sejak ia dikembali ke istana oleh ibunya setelah disusui, Musa hidup sebagai slah seorang
drp keluarga kerajaan hingga mencapai usia dewasanya, dimana ia memperolehi asuhan
dan  pendidikan  sesuai  dengan  tradisi  istana.  Allah  mengurniakannya  hikmah  dan
pengetahuan sebagai persiapan tugas kenabian dan risalah yang diwahyukan kepadanya.
Di samping kesempurnaan dan kekuatan rohani, ia dikurniai oleh Allah kesempurnaan
tubuh    dan    kekuatan    jasmani.
Musa mengetahui dan sedar bahwa ia hanya seorang anak pungut di istana dan tidak
setitik darah Fir'aun pun mengalir di dalam tubuhnya dan bahwa ia adalah keturunan Bani
Isra'il tg ditindas dan diperlakukan sewenang-wenangnya oleh kaum Fir'aun. Karenanya
ia berjanji kepada dirinya akan menjadi pembela kepada kamunya yang tertindas dan
menjadi  pelindung  bagi  golongan  yang  lemah  yang  menjadi  sasaran  kezaliman  dan
keganasan para penguasa. Demikianlah maka terdorong oleh rasa setia kawannya kepada
orang-orang yang madhlum dan teraniaya, terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkan
ia    terpaksa    meninggalkan    istana    dan    keluar    dari    Mesir.

Peristiwa  itu  terjadi  ketika  Musa  sedang  berjalan-jalan  di  sebuah  lorong  di  waktu
tengahari di mana keadaan kota sunyi sepi ketika penduduknya sedang tidur siang, Ia
melihat kedua berkelahi seorang dari golongan Bani Isra'il bernama Samiri dan seorang
lagi   dari   kaum   Fir'aun   bernama   Fa'tun.   Musa   yang   mendengar   teriakan   Samiri
mengharapkan akan pertolongannya terhadap musuhnya yang lebih kuat dan lenih besar
itu, segera melontarkan pukulan dan tumbukannya kepada Fatun yang seketika itu jatuh
rebah    an    menghembuskan    nafasnya    yang    terakhir.

Musa  terkejut  melihat  Fatun,  orang  Fir'aun  itu  mati  karena  tumbukannya  yang  tidak
disengajakan  dn  tidak  akan  mengharapkan  membunuhnya.  Ia  merasa  berdoa  dan
beristighfar kepada Allah memohon ampun diatas perbuatannya yang tidak sengaja, telah
melayang    nyawa    salah    seorang    drp    hamba-hamba-Nya.
Peristiwa matinya Fatun menjadi perbualan ramai dan menarik para penguasa kerajaan
yang  menduga  bahwa  pasti  orang-orang  Isra'illah  yang  melakukan  perbunuhan  itu.
Mereka  menuntut  agar  pelakunya  diberi  hukuman  yang  berat  ,  bila  ia  tertangkap.

Anggota dan pasukan keamanan negara di hantarkan ke seluruh pelusuk kota mencari
jejak orang yang telah membunuh Fatun, yang sebenarnya hanya diketahui oleh Samiri
dan Musa shj. akan tetapi, walaupun tidak orang ketiga yang menyaksikan peristiwa itu,
Musa merasa cemas dan takut dan berada dalam keadaan bersedia menghadapi akibat
perbuatannya    itu    bila    sampai    tercium    oleh    pihak    penguasa.
Alangkah   malangnya   nasib   Musa   yang   sudah   cukup   berhati-hati   menghindari
kemungkinan terbongkarnya rahsia pembunuhan yang ia lakukan tatkala ia terjebat lagi
tanpa disengajakan  dalam suatu  perbuatan yang  menyebabkan  namanya  disebut-sebut
sebagai pembunuh yang dicari. Musa bertemu lagi dengan Samiri yang telah ditolongnya
melawan Fatun, juga dalam keadaan berkelahi untuk kali keduanya dengan salah seorang
dari  kaum  Fir'aun.  Melihat  Musa  berteriaklah  Samiri  meminta  pertolongannya.  Musa
menghampiri   mereka   yang   sedang   berkelahi   seraya   berkata   menegur   Samiri:   "
Sesungguhnya    engkau    adalah    seorang    yang    telah    sesat."
Samiri  menyangkal  bahwa  Musa  akan  membunuhnya  ketika  ia  mendekatinya,  lalu
berteriaklah Samiri berkata: "Apakah engkau hendak membunuhku sebagaimana engkau






telah  membunuh  seorang  kelmarin?  Rupanya  engkau  hendak  menjadi  seorang  yang
sewenang-wenang  di  negeri  ini  dan  bukan  orang  yang  mengadilkan  kedamaian".

Kata-kata   Samiri   itu   segera   tertangkap   orang-orang   Fir'aun,   yang   dengan   cepat
memberitahukannya kepada para penguasa yang memang sedang mencari jejaknya. Maka
berundinglah  para  pembesar  dan  penguasa  Mesir,  yang  akhirnya  memutuskan  untuk
menangkap  Musa  dan  membunuhnya  sebagai  balasan  terhadap  matinya  seorang  dari
kalangan    kaum    Fir'aun.
Selagi orang-orang Fir'aun mengatur rancangan penangkapan Musa, seorang lelaki slah
satu  daripada  sahabatnya  datang  dari  hujung  kota  memberitahukan  kepadanya  dan
menasihatkan  agar  segera  meninggalkan  Mesir,  karena  para  penguasa  Mesir  telah
memutuskan untuk membunuhnya apabila ia ditangkap. lalu keluarlah Musa terburu-buru
meninggalkan Mesir, ssebelum anggota polis sempat menutup serta menyekat pintu-pintu
gerbangnya.

Tentang isi cerita ini, ada terdapat dalam al-Quran yang boleh di baca di dalam
surah   "Al-Qashshas"   ayat   14   sehingga   ayat   21   sebagaimana   berikut   :~

"14.~ Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikannya hikmah
dan  pengetahuan.  Dan  demikianlah  Kami  memberi  balasan  kepada  orang-orang  yang
berbuat  baik.15.~  Dan  Musa  masuk  ke  kota  {Memphis}  ketika  penduduknya  sedang
tidur,  maka  didapatinya  di  dalam  kota  itu  dua  orang  lelaki  sedang  bergaduh,  yang
seorangnya  dari  golongannya  {Bani  Isra'il}  dan  seorang  lagi  dari  musuhnya  {Kaum
Fir'aun}.   Maka   orang   dari   golongannya   meminta   pertolongan   kepadanya   untuk
mengalahkan orang dari musuhnya, lalu Musa menumbuknya dan matilah musuhnya itu.
Musa berkta; "Ini adalah perbuatan syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
menyesatkan    lagi    nyata    {permusuhannya}.16.~    Musa    berdoa:    "Ya    Tuhanku,
sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku". Maka
Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun dan Maha
Penyayang.17.~  Musa  berkata  :  "Ya  Tuhanku  demi  nikmat  Engkau  anugerahkan
kepadaku,   aku   sesekali   tiada   akan   menjadi   penolong   bagi   orang-orang   yang
berdosa".18.~ Karena itu jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu dengan khuatir
{akibat  perbuatannya}  maka  tiba-tiba  orang  yang  meminta  pertolongannya  kelmarin
berteriak  meminta  pertolongan  kepadanya.  Musa  berkata  kepadanya:  "Sesungguhnya
kamu benar-benar orang yang sesat, yang nyata {kesesatannya}.19.~ Maka tatkala Musa
hendak memegang dengan kuat orang yang menjadi musuh keduanya, berkata {seorang
drp mereka}: "Hai Musa apakah engkau bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana
kamu kelmarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan
hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri {ini}, dan tiadalah kamu
bermaksud menjadi salah seorang dari orang yang mengadakan perdamaian".20.~ Dan
datanglah seorang laki-laki dari hujung kota bergegas-gegas, seraya berkata: "Hai Musa,
sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentangmu, untuk membunuhmu oleh
itu keluarlah {dari kota ini}. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi
nasihat kepadamu.21.~ Mak keluarlah Musa dari kota ini dengan rasa takut menunggu-
nunggu dengan khuatir. Dia berdoa: "Ya Tuhanku selamatkanlah dari orang-orang yang
zalim itu." { Al-Qashash : 14 ~ 21 }







Musa bertemu Jodoh di kota Madyan

Dengan  berdoa  kepada Allah:  "Ya Tuhanku  selamatkanlah  aku  dari  segala  tipu  daya
orang-orang  yang  zalim"  keluarlah  Nabi  Musa  dari  kota  Mesir  seorang  diri,  tiada
pembantu selain inayahnya Allah tiada kawan selain cahaya Allah dan tiada bekal kecuali
bekal iman dan takwa kepada Allah. Penghibur satu-satunya bagi hatinya yang sedih
karena meninggalkan tanahi airnya ialah bahwa ia telah diselamatkan oleh Allah dari
buruan    kaum    fir'aun    yang    ganas    dan    kejam    itu.

Setelah menjalani perjalanan selama lapan hari lapan malam dengan berkaki ayam {tidak
berkasut} sampai terkupas kedua kulit tapak kakinya, tibalah Musa di kota Madyan yaitu
kota  Nabi  Syu'aib  yang  terletak  di  timur  jazirah  Sinai  dan  teluk  Aqabah  di  selatan
Palestin.
Nabi Musa beristirehat di bawah sebuah pokok yang rendang bagi menghilangkan rasa
letihnya karena perjalanan yang jauh, berdiam seorang diri karena nasibnya sebagai salah
seorang bekas  anggota istana kerajaan  yang  menjadi  seorang pelarian dan buruan. Ia
tidak tahu ke mana ia harus pergi dan kepada siapa ia harus bertamu, di tempat di mana ia
tidak mengenal dan dikenal orang, tiada sahabat dan saudara. Dalam keadaan demikian
terlihatlah   olehnya   sekumpulan   penggembala   berdesak-desak   mengelilingi   sebuah
sumber  air bagi  memberi minum ternakannya  masing-masing,  sedang  tidak  jauh dari
tempat sumber air itu berdiri dua orang gadis yang menantikan giliran untuk memberi
minuman kepada ternakannya,  jika  para penggembala lelaki itu sudah selesai dengan
tugasnya.

Musa  merasa  kasihan  melihat  kepada  dua  orang  gadis  itu  yang  sedang  menanti  lalu
dihampirinya dan ditanya : "Gerangan apakah yang kamu tunggu di sini?" Kedua gadis
itu menjawab: "Kami hendak mengambil air dan memberi minum ternakan kami namun
kami tidak dapat berdesak dengan lelaki yang masih berada di situ. Kami menunggu
sehingga mereka selesai memberi minum ternakan mereka. Kami harus lakukan sendiri
pekerjaan ini karena ayah kami sudah lanjut usianya dan tidak dapat berdiri, jangan lagi
datang ke mari". Lalu tanpa mengucapkan sepatah kata dua pun diambilkannyalah timba
kedua gadis itu oleh Musa dan sejurus kemudian dikembalikannya kepada mrk setelah
terisi air penuh sedang sekeliling sumber air itu masih padat di keliling para pengembala.

Setibanya  kedua  gadis  itu  di  rumah  berceritalah  keduanya  kepada  ayah  mrk  tentang
pengalamannya dengan Nabi Musa yang karena pertolongannya yangbtidak diminta itu
mrk  dapat lebih cepat kembali ke rumah drp biasa. Ayah kedua gadis yang  bernama
Syu'aib itu tertarik dengan cerita kedua puterinya. Ia ingin berkenalan dengan orang yang
baik hati itu yang telah memberi pertolongan tanpa diminta kepada kedua puterinya dan
sekaligus menytakan terimakasih kepadanya. Ia menyuruh salah seorang dari puterinya
itu    pergi    memanggilkan    Musa    dan    mengundangnya    datang    ke    rumah.

Dengan malu-malu pergilah puteri Syu'aib menemui Musa yang masih berada di bawah
pohon yang masih melamun. Dalam keadaan letih dan lapar Musa berdoa: "Ya Tuhanku
aku sangat memerlukan belas kasihmu dan memerlukan kebaikan sedikit brg makanan






yang    Engkau    turunkan    kepadaku."
Berkatalah  gadis  itu  kepada  Musa  memotong  lamunannya:  "Ayahku  mengharapkan
kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan dengan engkau serta memberi engkau sekadar
upah  atas  jasamu  menolong  kami  mendapatkan  air  bagi  kami  dan  ternakan  kami."

Musa sebagai perantau yang masih asing di negeri itu, tiada mengenal dan dikenali orang
tanpa  berfikir  panjang  menerima  undangan  gadis  itu  dengan  senang  hati.  Ia  lalu
mengikuti gadis itu dari belakang menuju ke rumah ayahnya yang bersedia menerimanya
dengan    penuh    ramah-tamah,    hormat    dan    mengucapkan    terimakasihnya.
Dalam berbincang-bincang dab bercakap-cakap dengan Syu'aib ayah kedua gadis yang
sudah lanjut usianya itu Musa mengisahkan kepadanya peristiwa yang terjadi pd dirinya
di Mesri sehingga terpaksa ia melarikan diri dan keluar meninggalkan tanah airnya bagi
mengelakkan  hukuman  penyembelihan  yang  telah  direncanakan  oleh  kaum  Fir'aun
terhadap    dirinya.

Berkata Syu'aib setelah mendengar kisah tamunya: "Engkau telah lepas dari pengejaran
dari orang-orang yang zalim dan ganas itu adalah berkat rahmat Tuhan dan pertolongan-
Nya. Dan engkau sudah berada di sebuah tempat yang aman di rumah kami ini, di man
engkau   akan   tinggallah   dengan   tenang   dan   tenteram   selama   engkau   suka."
Dalam  pergaulan  sehari-hari  selama  ia  tinggal  di  rumah  Syu'aib  sebagai  tamu  yang
dihormati dan disegani Musa telah dapat menawan hati keluarga tuan rumah yang merasa
kagum  akan  keberaniannya,  kecerdasannya,  kekuatan  jasmaninya,  perilakunya  yang
lemah lembut, budi perkertinya yang halus serta akhlaknya yang luhur. Hal mana telah
menimbulkan  idea  di  dalam  hati  salah  seorang  dari  kedua  puteri  Syu'aib  untuk
mempekerjakan Musa sebagai pembantu mereka. Berkatalah gadis itu kepada ayahnya:
"wahai ayah! Ajaklah Musa sebagai pembantu kami menguruskan urusan rumahtangga
dan penternakan kami. Ia adalah seorang yang kuat badannya, luhur budi perkertinya,
baik    hatinya    dan    boleh    dipercayai."

Saranan gadis itu disepakati dan diterima baik oleh ayahnya yang memang sudah menjadi
pemikirannya sejak Musa tinggal bersamanya di rumah, menunjukkan sikap bergaul yang
manis  perilaku  yang  hormat  dab  sopan  serta  tangan  yang  ringan  suka  bekerja,  suka
menolong    tanpa    diminta.
Diajaklah  Musa  berunding  oleh  Syu'aib  dan  berkatalah  kepadanya:  "Wahai  Musa!
Tertarik oleh sikapmu yang manis dan cara pergaulanmu yang sopan serta akhlak dan
budi perkertimu yang luhur, selama engkau berada di rumah ini kami dan mengingat akan
usiaku  yang  makin  hari  makin  lanjut,  maka  aku  ingin  sekali  mengambilmu  sebagai
menantu,  mengahwinkan  engkau  dengan  salah  seorang  dari  kedua  gadisku  ini.  Jika
engkau dengan senang hati menerima tawaranku ini, maka sebagai maskahwinnya, aku
minta   engkau  bekerja   sebagai   pembantu  kami  selama  lapan   tahun   menguruskan
penternakan  kami  dan  soal-soal  rumahtangga  yang  memerlukan  tenagamu.  Dan  aku
sangat berterima kasih kepada mu bila engkau secara suka rela mahu menambah dua
tahun    di    atas    lapan    tahun    yang    menjadi    syarat    mutlak    itu."

Nabi Musa sebagai buruan yang lari dari tanah tumpah darahnya dan berada di negeri
orang sebagai perantau, tada sanak saudara, tiada sahabat telah menerima tawaran Syu'aib






iut sebagai kurniaan dari Tuhan yang akan mengisi kekosongan hidupnya selaku seorang
bujang   yang   memerlukan   teman   hidup   untuk   menyekutunya   menanggung   beban
penghidupan dengan segala duka dan dukanya. Ia segera tanpa berfikir panjang berkata
kepada Syu'aib: "Aku merasa sgt bahagia, bahwa pakcik berkenan menerimaku sebagai
menantu, semuga aku tidak menghampakan harapan pakcik yang telah berjasa kepada
diriku sebagai tamu yang diterima dengan penuh hormat dan ramah tamah, kemudian
dijadikannya sebagai menantu, suami kepada anak puterinya. Syarat kerja yang pakcik
kemukakan sebagai maskahwin, aku setujui dengan penuh tanggungjawab dab dengan
senang    hati."

Setelah masa lapan tahun bekerja sebagai pembantu Syu'aib ditambah dengan suka rela
dilampaui oleh Musa, dikahwinkanlah ia dengan puterinya yang bernama Shafura. Dan
sebagai  hadiah  perkahwinan  diberinyalah  pasangan  penganti  baru  itu  oleh  Syu'aib
beberapa ekor kambing untuk dijadikan modal pertama bagi hidupnya yang baru sebagai
suami-isteri.  Pemberian  beberpa  ekor  kambing  itu  juga  merupakan  tanda  terimaksih
Syu'aib  kepada  Musa  yang  selama  ini  di  bawah  pengurusannya,  penternakan  Syu'aib
menjadi berkembang biak dengan cepatnya dan memberi hasil serta keuntungan yang
berlipat    ganda.

Bacalah tentang isi cerita yang terurai ini di dalm ayat 22 sehingga ayat 28, surah
"Al-Qashash"    juz    20    yang    berbunyi    sebagai    berikut    :~

"22.~ Dan tatkala ia menghadap ke negeri Madyan, ia berdoa {lagi}: "Mudah-mudahan
Tuhanku menimpaiku ke jalan yang benar."23.~ Dan tatkala ia sampai di sumber air di
negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum
{ternakannya} dan ia menjumpai di belakang orang ramai itu, dua orang wanita yang
sedang menghambat ternakannya. Musa berkata: "Apakah maksudmu {dengan berbuat
begitu}?" Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan {ternakan kami}
sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan {ternakkannya} sedang bapa kami
orang tua yang telah lanjut umurnya."24.~ Maka Musa memberi minum ternakan itu {utk
menolong}  keduanya,  kemudian  kembali  ke  tempat  yang  teduh,  lalu  berdoa:  "  Ya
Tuhanku!  Sesungguhnya  aku  memerlukan  sesuatu  kebaikan  yang  Engkau  turunkan
kepadaku."25.~ Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang daripada kedua wanita
itu dengan malu-malu ia berkata: "Sesungguhnya bapaku memanggilmu agar ia memberi
pembalasan  {kebaikanmu}  memberi  minum  {ternakan}  kami."  Maka  tatkala  Musa
mendatangi bapanya {Syu'aib} dan menceritakan kepadanya cerita {mengenai dirinya}.
Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut, kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim
itu."26.~ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapaku, ambil ia sebagai orang
yang bekerja {dengan kita}. karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu
ambil  untuk  bekerja  {dengan  kita}  ialah  orang  yang  kuat  lagi  dpt  dipercayai."27.~
Berkatalah  dia  {Syu'aib}:  "  Sesungguhnya  aku  bermaksud  menikahkan  kamu dengan
salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku lapan
tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun itu adalah dari kemahuanmu, maka aku
tidak mahu memberati kamu. Dan kamu insya-Allah kelak akan mendapatiku termasuk
orang-orang  yang  baik."28.~  Dia  berkata:  "Itulah  {perjanjian}  antara  aku  dan  kamu,
mana  saja  dari  kedua  waktu  yang  ditentukan  itu  aku  sempurnakan,  maka  tidak  ada






tuntutan tambahan atas diriku {lagi}. Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan."
{ Al-Qashash : 22 ~ 28 }


Musa A.S. pulang ke Mesir dan menerima Wahyu

Sepuluh tahun lebih Musa meninggalkan Mesir tanah airnya, sejak ia melarikan diri dari
buruan  kaum  Fir'aun.  Suatu  waktu  yang  cukup  lama  bagi  seseorang  dpt  bertahan
menyimpan rasa rindunya kepada tanah air, tempat tumpah darahnya , walaupun ia tidak
pernah merasakan kebahagiaan hidup di dalam tanah airnya sendiri. Apa lagi seorang
seperti Musa yang mempunyai kenang-kenangan hidup yang seronok dan indah selama ia
berada di tanah airnya sendiri selaku seorang dari keluarga kerajaan yang megah dan
mewah,  maka  wajarlah  bila  ia  merindukan  Mesir  tanah  tumpah  darahnya  dan  ingin
pulang    kembali    setelah    ia    beristerikan    Shafura,    puteri    Syu'aib.

Bergegas-gegaslah  Musa  berserta  isterinya  mengemaskan  barang  dan  menyediakan
kenderaan  lalu  meminta  diri  dari  orang  tuanya  dan  bertolaklah  menuju  ke  selatan
menghindari jalan umum supaya tidak diketahui oleh orang-orang Fir'aun yang masih
mencarinya.
Setibanya di "Thur Sina" tersesatlah Musa kehilangan pedoman dan bingung manakah
yang harus ia tempuh. Dalam keadaan demikian terlihatlah oleh dia sinar api yang nyala-
nyala di atas lereng sebuah bukit. Ia berhenti lalu lari ke jurusan api itu seraya berkata
kepada  isterinya:  "Tinggallah  kamu  disini  menantiku.  Aku  pergi  melihat  api  yang
menyala di atas bukit itu dan segera aku kembali. Mudah-mudahan aku dapat membawa
satu berita kepadamu dari tempat api itu atau setidak-tidaknya membawa sesuluh api bagi
menghangatkan    badanmu    yang    sedang    menggigil    kesejukan."

Tatkala Musa sampai ke tempat api itu terdengar oleh dia suara seruan kepadanya datang
dari sebatang pohon kayu di pinggir lembah yang sebelah kanannya pada tempat yang
diberkahi Allah. Suara seruan yang didengar oleh Musa itu ialah: "Wahai Musa! Aku ini
adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu berada di
lembah yang suci Thuwa. Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang
akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya aku ini adalah Allah tiada Tuhan selain Aku,
maka    sembahlah    Aku    dan    dirikanlah    solat    untuk    mengingat    akan    Aku."

Itulah  wahyu  yang  pertama  yang  diterima  langsung  oleh  Nabi  Musa  sebagai  tanda
kenabiannya, di mana ia telah dinyatakan oleh Allah sebagai rasul dan nabi-Nya yang
dipilih Nabi Musa dalam kesempatan bercakap langsung dengan allah di atas bukit Thur
Sina  itu  telah  diberi  bekal  oleh Allah  yang  Maha  Kuasa  dua  jenis  mukjizat  sebagai
persiapan    untuk    menghadap    kaum    Fir'aun    yang    sombong    dan    zalim    itu.
Bertanyalah  Allah  kepada  Musa:  "Apakah  itu  yang  engkau  pegang  dengan  tangan
kananmu hai Musa!" Suatu pertanyaan yang mengadungi erti yang lebih dalam dari apa
yang sepintas lalu dapat ditangkap oleh Nabi Musa dengan jawapannya yang sederhana.
"Ini  adalah  tongkatku,  aku  bertelekan  pdnya  dan  aku  pukul  daun  dengannya  untuk
makanan kambingku. Selain itu aku dapat pula menggunakan tongkatku untuk keperluan-
keperluan    lain    yang    penting    bagiku."







Maksud dan erti dari pertanyaan Allah yang nampak sederhana itu baru dimegertikan dan
diselami oleh Musa setelah Allah memerintahkan kepadanya agar meletakkan tongkat itu
di atas tanah, lalu menjelmalah menjadi seekor ular besar yang merayap dengan cepat
sehingga menjadikan Musa lari ketakutan. Allah berseru kepadanya: "Peganglah ular itu
dan    jangan    takut.    Kami    akan    mengembalikannya    kepada    keadaan    asal."
Maka begitu ular yang sedang merayap itu ditangkap dan dipegang oleh Musa, ia segera
kembali menjadi tongkat yang ia terima dari Syu'aib, mertuanya ketika ia bertolak dari
Madyan.

Sebagai  mukjizat  yang  kedua, Allah  memerintahkan  kepada  Musa  agar  mengepitkan
tangannya ke ketiaknya yang nyata setelah dilakukannya perintah itu, tangannya menjadi
putih    cemerlang    tanpa    cacat    atau    penyakit.


Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Thaahaa" ayat 9 sehingga 23 juz 16
sebagai    berikut    :~

"9.~  Apakah  telah  sampai  kepadamu  kisah  Musa?  10.~  Ketika  itu  melihat  api,  lalu
berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu {di sini} sesungguhnya aku melihat
api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan
mendapat petunjuk di tempat api itu." 11.~ Mak ketika ia datang ke tempat api itu, ia
dipanggil: "Hai Musa, 12.~ Sesungguhnya Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah
kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci Thuwa. 13.~ Dan
aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan {kepadamu}.
14.~ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah
Aku dan dirikanlah solat untuk mengingati Aku. 15.~ Sesungguhnya hari kiamat itu akan
datang. Aku merahsiakan {waktunya} agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa
yang diusahakannya. 16.~ Maka sesekali janagnlah kamu dipalingkan daripadanya oleh
orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya,
yang menyebabkan kamu menjadi binasa." 17.~ Apakah itu yang ditangan kananmu, hai
Musa?"  18.~  Berkata  Musa:  "Ini  adalah  tongkatku,  aku  bertelekan  padanya  dan  aku
memukul {daun} dengannya untuk kambingku dan bagiku ada lagi keperluan yang lain
padanya." 19.~ Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!" 20.~ Lalu dilemparkanlah
tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. 21.~ Allah
berfirman:  "Peganglah  ia  dan  jangan  takut.  Kami  akan  mengembalikannya  kepada
keadaan  asalnya."  22.~  Dan  kepitkanlah  tanganmu  di  ketiakmu,  nescaya  ia  keluar
menjadi  putih  cemerlang  tanpa  cacat,  sebagai  mukjizat  yang  lain  {pula}.  23.~  untuk
Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat
besar." {Thaahaa : 9 ~ 23 }


Musa diperintahkan berdakwah kepada Fir'aun

Raja Fir'aun yang telah berkuasa di Mesir telah lama menjalankan pemerintahan yang
zalim,  kejam  dan  ganas.  Rakyatnya  yang  terdiri  dari  bangsa  Egypt  yang  merupakan






penduduk peribumi dan bangsa Isra'il yang merupakan golongan pendatang, hidup dalam
suasana    penindasan,    tidak    merasa    aman    bagi    nyawa    dan    harta    bendanya.
Tindakan  sewenang-wenang  dan  pihak  penguasa  pemerintahan  terutamanya  ditujukan
kepada Bani Isra'il yang tidak diberinya kesempatan hidup tenang dan tenteram. Mereka
dikenakan   kerja   paksa   dan   diharuskan   membayar   berbagai   pungutan   yang   tidak
dikenakan    terhadap    penduduk    bangsa    Egypt,    bangsa    Fir'aun    sendiri.

Selain kezaliman, kekejaman, penindasan dan pemerasan yang ditimpakan oleh Fir'aun
atas rakyatnya, terutama kaum Bani Isra'il. ia menyatakan dirinya sebagai tuhan yang
harus disembah dan dipuja. Dan dengan demikian ia makin jauh membawa rakyatnya ke
jalan  yang  sesat tanpa pendoman tauhid dan iman, sehingga makin dalamlah mereka
terjerumus    ke    lembah    kemaksiatan    dan    kerusakan    moral    dan    akhlak.
Maka    dalam    kesempatan    bercakap-cakap    langsung    di    bukit    Thur    Sina    itu
diperintahkanlah   Musa   oleh   Allah   untuk   pergi   ke   Fir'aun   sebagai   Rasul-Nya,
mengajakkan  beriman  kepada Allah,  menyedarkan  dirinya  bahwa  ia  adalah  makhluk
Allah   sebagaimana   lain-lain   rakyatnya,   yang   tidak   sepatutnya   menuntut   orang
menyembahnya sebagi tuhan dan bahawa Tuhan yang wajib disembah olehnya dan oleh
semua manusia adalah Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan alam semesta ini.

Nabi  Musa  dalam  perjalanannya  menuju  kota  Mesir  setelah  meninggalkan  Madyan,
selalu dibayang oleh ketakutan kalau-kalua peristiwa pembunuhan yang telah dilakukan
sepuluh tahun yang lalu itu, belum terlupakan dan masih belum hilang dari ingatan para
pembesar  kerajaan  Fir'aun.  Ia  tidak  mengabaikan  kemungkinan  bahwa  mrk  akan
melakukan pembalasan terhadap perbuatan yang ia tidak sengaja itu dengan hukuman
pembunuhan  atas  dirinya  bila  ia  sudah  berada  di  tengah-tengah  mereka.  Ia  hanya
terdorong   rasa   rindunya   yang   sangat   kepada   tanah   tumpah   darahnya   dengan
memberanikan diri kembali ke Mesir tanpa memperdulikan akibat yang mungkin akan
dihadapi.

Jika pada waktu bertolak dari Madyan dan selama perjalannya ke Thur Sina. Nabi Musa
dibayangi dengan rasa takut akan pembalasan Fir'aun, Maka dengan perintah Allah yang
berfirman    maksudnya    :~
"Pergilah engkau ke Fir'aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas, segala bayangan itu
dilempar  jauh-jauh  dari  fikirannya  dan  bertekad  akan  melaksanakan  perintah  Allah
menghadapi  Fir'aun  apa  pun  akan  terjadi  pada  dirinya.  Hanya  untuk  menenterankan
hatinya berucaplah Musa kepada Allah: "Aku telah membunuh seorang drp mereka ,
maka aku khuatir mereka akan membalas membunuhku, berikanlah seorang pembantu
dari  keluargaku  sendiri,  yaitu  saudaraku  Harun  untuk  menyertaiku  dalam  melakukan
tugasku meneguhkan hatiku dan menguatkan tekadku menghadapi orang-orang kafir itu
apalagi  Harun  saudaraku  itu  lebih  petah  {lancar}  lidahnya  dan  lebih  cekap  daripada
diriku    untuk    berdebat    dan    bermujadalah."

Allah berkenan mengabulkan permohonan Musa, maka digerakkanlah hati Harun yang
ketika  itu  masih  berada  di  Mesir  untuk  pergi  menemui  Musa  mendampinginya  dan
bersama-sama pergilah mereka ke istana Fir'aun dengan diiringi firman Allah: "Janganlah
kamu berdua takut dan khuatir akan disiksa oleh Fir'aun. Aku menyertai kamu berdua dan






Aku mendengar serta melihat dan mengetaui apa yang  akan terjadi antara kamu  dan
Fir'aun.   Berdakwahlah   kamu   kepadanya   dengan   kata-kata   yang   lemah   lembut
sedarkanlah ia dengan kesesatannya dan ajaklah ia beriman dan bertauhid, meninggalkan
kezalimannya  dan  kecongkakannya  kalau-kalau  dengan  sikap  yang  lemah  lembut
daripada  kamu  berdua  ia  akan  ingat  pada  kesesatan  dirinya  dan  takut  akan  akibat
kesombongan    dan    kebonmgkakannya."

Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam ayat 33 sehingga ayat 35 surah "Al-
Qashash"  dan  ayat  42  sehingga  ayat  47  surah  "Thaha"  sebagai  berikut  :~

"33.~  Musa  berkata:  "Ya  Tuhanku,  sesungguhnya  aku  telah  membunuh  seseorang
manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku, 34.~ dan
saudaraku Harun dia lebih petah lidahnya drpku, maka utuslah dia bersamaku sebagai
pembantu untuk membenarkan {perkataan} ku sesungguhnya aku khuatir mereka akan
mendustakan aku." 35.~ Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu
dan   Kami   berikan   kepadamu   kekuasaan   yang   besar,   maka   mereka   tidak   dapat
mencapaimu {berangkat kami berdua} dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua
dan  orang  yang  mengikuti  kamulah  yang  akan  menang."  { Al-Qashash  :  33  ~  35  }

"42.~  Pergilah  kamu  berserta  saudara  kamu  dengan  membawa  ayat-ayat-Ku  dan
janganlah kamu berdua lalai dalam memngingat-Ku. 43.~ Pergilah kamu berdua kepada
Fir'aun, sesungguhnya dia telah melewati batas. 44.~ maka berbicaralah kamu berdua
kepadanya  dengan  kata-kata  yang  lemah  lembut,  mudah-mudahan  ia  akan  ingat  atau
takut"  45.~  Berkatalah  mereka  berdua:  "Ya  Tuhan  kami  sesungguhnya  kami  khuatir
bahwa  ia  segera  menyeksa  kami  atau  akan  bertambah  melewati  batas  46.~  allah
berfirman: "Janganlah kamu berdua khuatir, sesungguhnya Aku berserta kamu berdua,
Aku mendengar dan melihat". 47.~ Maka datanglah kamu berdua kepadanya {Fir'aun}
dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah
Bani Isra'il bersama kami dan janganlah kamu menyeksa mereka. Sesungguhnya kami
telah datang kepadamu dengan membawa bukti {atas kerasulan kami} dari Tuhanmu.
Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk." { Thaha : 42 ~
47 }


Mujadalah (dialog) antara Musa dengan Fir'aun

Diperolehi kesempatan oleh Musa dan Harun, menemui raja Fir'aun yang menyatakan
dirinya sebagai tuhan itu, setelah menempuh beberapa rintangan yang lazim dilampaui
oleh orang yang ingin bertemu dengan raja pd waktu itu. Pertemuan Musa dan Harun
dengan Fir'aun dihadiri pula oleh beberapa anggota pemerintahan dan para penasihatnya.
Bertanya    Fir'aun    kepada    mereka    berdua::    "Siapakah    kamu    berdua    ini?"
Musa menjawab: "Kami, Musa dan Harun adalah pesuruh Allah kepadamu agar engkau
membebaskan Bani Isra'il dari perhambaan dan penindasanmu dan menyerahkan meeka
kepada kami agar menyebah kepada Allah dengan leluasa dan menghindari seksaanmu."

Fir'aun yang segera mengenal Musa berkata kepadanya: "Bukankah engkau adalah Musa






yang telah kami mengasuhmu sejak masa bayimu dan tinggal bersama kami dalam istana
sampai mencapai usia remajamu, mendapat pendidikan dan pengajaran yang menjadikan
engkau   pandai?   Dan   bukankah   engkau   yang   melakukan   pembunuhan   terhadap
diriseorang drp golongan kami? Sudahkah engkau lupa itu semuanya dan tidak ingat akan
kebaikan    dan    jasa    kami    kepada    kamu?"
Musa menjawab: "Bahwasanya engkau telah memeliharakan aku sejak masa bayiku, itu
bukanlah suatu jasa yang dapat engkau banggakan. Karena jatuhnya aku ke dalam tangan
mu adalah akibat kekejaman dan kezalimanmu tatkala engkau memerintah agar orang-
orangmu   menyembelih   setiap   bayi-bayi   laki   yang   lahir,   sehingga   ibu   terpaksa
membiarkan aku terapung di permukaan sungai Nil di dalamsebuah peti yang kemudian
dipungut oleh isterimu dan selamatlah aku dari penyembelihan yang engkau perintahkan.
Sedang mengenai pembunuhan yang telah aku lakukan itu adalah akibat godaan syaitan
yang menyesatkan, namun peristiwa itu akhirnya merupakan suatu rahmat dan barakah
yang  terselubung  bagiku.  Sebab  dalam  perantauanku  setelah  aku  melarikan  diri  dari
negerimu, Allah  mengurniakan  aku  dengan  hikmah  dan  ilmu  serta  mengutuskan  aku
sebagai Rasul dan pesuruh-Nya. Maka dalam rangka tugasku sebagai Rasul datanglah
aku kepadamu  atas perintah Allah untuk mengajak  engkau dan kaummu menyembah
Allah   dan   meninggalkan   kezaliman   dan   penindasanmu   terhadap   Bani   Isra'il."

Fir'aun bertanya: "Siapakah Tuhan yang engkau sebut-sebut itu, hai Musa? Adakah tuhan
di    atas    bumi    ini    selain    aku    yang    patut    di    sembah    dan    dipuja?"
Musa menjawab:  "Ya, yaitu Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu  serta Tuhan seru
sekalian    alam."
Tanya    Fir'aun:    "Siapakah    Tuhan    seru    sekali    alam    itu?"
Musa menjawab: "Ialah Tuhan langit dan bumi dan segala apa yang ada antara langit dan
bumi."
Berkata Fir'aun kepada para penasihatnya dan pembesar-pembesar kerajaan yang berada
disekitarnya. Sesungguhnya Rasul yang diutuskan kepada kamu ini adalah seorang yang
gila kemudia ia balik bertanya kepada Musa dan Harun: "Siapakah Tuhan kamu berdua?"

Musa  menjawab:  "Tuhan  kami  ialah  Tuhan  yang  telah  memberikan  kepada  tiap-tiap
makhluk   sesuatu   bentuk   kejadiannya,   kemudian   memberi   petunjuk   kepadanya."
Fir'aun  bertanya:  "Maka  bagaimanakah  keadaan  umat-umat  yang  dahulu  yang  tidak
mempercayai apa yang engkau ajarkan ini dan malahan menyembah berhala dan patung-
patung?"
Musa  menjawab:  "Pengetahuan  tentang  itu  ada  di  sisi  Tuhanku.  Jika  Dia  telah
menurunkan azab dan seksanya di atas mereka maka itu adalah karena kecongkakan dan
kesombongan serta keengganan mereka kembali ke jalan yang benar. Jika Dia menunda
azab  dan  seksa  mereka  hingga  hari  kiamat,  maka  itu  adalah  kehendak-Nya  yang
hikmahnya kami belum mengetahuinya. Allah telah mewahyukan kepada kami bahwa
azab    dan    seksanya    adalah    jalan    yang    benar."

Rif'aun yang sudah tidak berdaya menolak dalil-dalil Nabi Musa yang diucapkan secara
tegas   dan   berani   merasa   tersinggung   kehormatannya   sebagai   raja   yang   telah
mempertuhankan dirinya lalu menujukan amarahnya dan berkata kepada Musa secara
mengancam: "Hai Musa! jika engkau mengakui tuhan selain aku, maka pasti engkau akan






kumasukkan    ke    dalam    penjara."
Musa  menjawab:  "Apakah  engkau  akan  memenjarakan  aku  walaupun  aku  dapat
memberikan   kepadamu   tanda-tanda   yang   membuktikan   kebenaran   dakwahku?"

Fir'aun menentang dengan berkata: "Datanglah tanda-tanda dan bukti-bukti yang nyata
yang dapat membuktikan kebenaran kata-katamu jika engkau benar-benar tiak berdusta."


Dialog {mujadalah} antara Musa dan Fir'aun sebagaimana dihuraikan di atas dpt
dibaca  dalam  surah  "Asy-Syu'ara"  ayat  18  hingga  ayat  31  juz  19  sebagimana
berikut    :~

"18.~  Fir'aun  berkata:  "Bukankah  kami  telah  mengasuhmu  diantara  {keluarga}  kami
diwaktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal diantara {keluarga} kami beberapa
tahun dari umurmu. 19.~ dan kamu telah berbuat sesuatu perbuatan yang telah kamu
lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas jasa." 20.~
Berkata Musa: "Aku telah melakukannya sedang aku diwaktu itu termasuk orang-orang
yang  khilaf.  21.~  Lalu  aku  lari  meninggalkan  kamu  ketika  aku  takut  kepada  kamu,
kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikan aku salah seorang
diantara rasul-rasul. 22.~ Budi yang kamu limpahkan kepada ku ini adalah {disebabkan}
perhambaan darimu terhadap Bani Isra'il." 23.~ Fir'aun bertanya: "Apa Tuhan semesta
alam itu?"24.~ Musa menjawab: "Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang diantara
keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu sekalian {orang-orang} mempercayainya". 25.~
Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: "Apakah kamu tidak mendengarkan?".
26.~ Musa berkata: "Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu"
27.~  Fir'aun  berkata:  "Sesungguhnya  Rasulmu  yang  diutuskan  kepada  kamu  sekalian
benar-benar orang gila". 28.~ Musa berkata: "Tuhan yang menguasai timur dan barat dan
apa yang ada di antara keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu mempergunakan akal".
29.~ Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyenbah Tuhan selain aku benar-benar aku
akan  menjadikan  kamu  salah  seorang  yang  dipenjarakan".  30.~  Musa  berkata:  "Dan
apakah  kamu  {akan  melakukan  itu}  walaupun  aku  tunjukkan  kepadamu  sesuatu
{keterangan} yang nyata jika kamu adlah termasuk orang-orang yang benar."  { Asy-
Syura : 18 ~ 31 }


Musa mempertunjukkan dua mukjizat kepada Fir'aun

Menjawab tentangan Fir'aun yang menuntut bukti atas kebenarannya Musa dengan serta-
merta meletakkan tongkat mukjizatnya di atas yang segera menjelma menjadi seekor ular
besar   yang   melata   menghala   ke   Fir'aun.   Karena   ketakutan   melompat   lari   dari
singgahsananya melarikan diri seraya berseru kepada Musa: " Hai Musa demi asuhanku
kepadamu  selama  delapan  belas  tahun  panggillah  kembali  ularmu  itu."  Kemudian
dipeganglah    ular    itu    oleh    Musa    dan    kembali    menjadi    tongkat    biasa.

Berkata Fir'aun kepada Musa setelah hilang dari rasa heran dan takutnya: "Adakah bukti
yang    dapat    engkau    tunjukkan    kepadaku?"






"Ya, lihatlah." Musa menjawab serta memasukkan tangannya ke dalam saku bajunya.
Kemudian  tatkala  tangannya  dikeluarkan  dari  sakunya,  bersinarlah  tangan  Musa  itu
menyilaukan  mata  Fir'aun  itu  dan  orang-orang  yang  sedang  berada  disekelilingnya.
Fir'aun  sebagai  raja  yang  menyatakan  dirinya  sebagai  tuhan  tentu  tidak  akan  mudah
begitu saja menyerah kepada Musa bekas anak pungutnya walaupun kepadanya telah
diperlihatkan dun mukjizat. Ia bahkan berkata kepada kaumnya  yang  ia khuatir akan
terpengaruh oleh kedua mukjizat Musa itu bahwa itu semuanya adalah perbuatan sihir
dan bahwa Musa dan Harun adalah ahli sihir yang mahir yang datang dengan maksud
menguasai   Mesir   dan   para   penduduknya   akan   kekuatan   dengan   sihirnya   itu.

Fir'aun dianjurkan oleh penasihatnya yang dikepalai oleh Haman agar mematahkan sihir
Musa dan Harun itu dengan mengumpulkan ahli-ahli sihir yang terkenal dari seluruh
daerah kerajaan untuk bertanding melawan Musa dan Harun. Anjuran mana disetujui oleh
Fir'aun  yang  merasa  itu  adalah  fikiran  yang  tepat  dan  jalan  yang  terbaik  untuk
melumpuhkan  kedua  mukjizat  Allah  yang  oleh  mereka  dianggapnya  sebagai  sihir.
Anjuran  itu  lalu  ditawarkan  kepada  Musa  yang  seketika  tanpa  ragu-ragu  sedikit  pun
menerima tentangan Fir'aun untuk beradu dan bertanding melawan ahli-ahli sihir. Musa
berkeyakinan penuh bahwa dengan perlindung Allah ia akan keluar sebagai pemenang
dalam pertarungan itu, pertandingan antara perbuatan sihir yang diilham oleh syaitan
melawan    mukjizat    yang    dikurniakan    oleh    Allah.

Pada suatu hari raya kerajaan telah bersetuju untuk mengadakan hari pertandingan sihir
maka berduyun-duyunlah penduduk kota menuju ke tempat yang telah ditentukan untuk
menyaksikan perlumbaan kepandaian menyihir yang buat pertama kalinya diadakan di
kota  Mesir.  Juga  sudah  berada  di  tempat  ahli-ahli  sihhir  yang  terpandai  yang  telah
dikumpulkan dari seluruh wilayah kerajaan masing-masing membawa tongkat , tali dan
lain-lain alat sihirnya. Mrk cukup bersemangat dan akan berusaha sepenuh kepandaian
mrk untuk memenangi pertandingan. Mrk telah memperolhi janji dari Fir'aun akan diberi
hadiah  dan  wang  dalam  jumlah  yang  besar  bila  berhasil  mengalahkan  Musa  dengan
mematahkan    daya    sihirnya.

Setelah  segala  sesuatu  selesai  disiapkan  dan  masing-masing  pembesar  negeri  sudah
mengambil   tempatnya   mengelilingi   raja   Fir'aun   yang   telah   duduk   di   atas   kursi
singgahsananya maka dinyatakanlah pertandingan dimulai. Kemudian atas persetujuan
Musa dipersilakan para lawannya beraksi lebih dahulu mempertujukan kepandai sihirnya.
Segeralah ahli-ahli sihir Fir'aun menujukan aksinya melemparkan tongkat dan tali-temali
mrk ke tengah-tengah lapangan . Musa merasa takut ketika terbayang kepadanya bahwa
tongkat-tongkat dan tali-tali itu seakan-akan ular-ular yang merayap cepat. Namun Allah
tidak mebiarkan hamba utusan-Nya berkecil hati menghadapi tipu-daya orang-orang kafir
itu. Allah berfirman kepada Musa disaat ia merasa cemas itu: "Janganlah engkau merasa
takut dan cemas hai Musa! engkau adalah yang lebih unggul dan akan menang dalam
pertandingan    ini.    Lemparkanlah    yang    ada    ditanganmu    segera."

Para ahli-ahli sihir yang pandai dalam bidangnya itu tercengang ketika melihat ular besar
yang  menjelma  dari  tongkat  Nabi  Musa  dan  menelan  ular-ular  dan  segala  apa  yang
terbayangsebagai  hasil  tipu  sihir  mrk.  Mrk  segera  menyerah  kalah  bertunduk  dan






bersujud {kepada Allah} dihadapan Musa seraya berkata: "Itu bukanlah perbuatan sihir
yang  kami  kenal  yang  diilhamkan  oleh  syaitan  tetapi  sesuatu  yang  digerakkan  oleh
kekuatan ghaib yang mengatakan kebenaran kata-kata Musa dan Harun maka tidak ada
alasan bagi kami untuk tidak mempercayai risalah mereka dn beriman kepada Tuhan
mereka sesudah apa yang kami lihat dan saksikan dengan mata kepala kami sendiri."

Fir'aun  raja  yang  congkak  dan  sombong  yang  menuntut  persembahan  dari  rakyatnya
sebagai tuhan segera membelalakkan matanya tanda marah dan jengkel melihat ahli-ahli
sihirnya begitu cepat menyerah kalah kepada Musa bahkan menyatakan beriman kepada
Tuhannya  dan  kepada  kenabiannya  serta  menjadi  pengikut-pengikutnya.  Tindakan
mereka  itu  dianggapnya  sebagai  pelanggaran  terhadap  kekuasaannya,  penentangan
terhadap   ketuhanannya   dan   merupakan   suatu   tamparan   bagi   kewibawaan   serta
prestasinya. Ia berkata kepada mrk: "Adakah kamu berani beriman kepada Musa dan
menyerah kepada keputusannya sebelum aku izinkan kepada kamu?" Bukankah ini suatu
persekongkolan drp kamu terhadapku? Musa dpt mengalah kamu sebab ia mungkin guru
dan pembesar yang telah mengajarkan seni sihir kepadamu dan kamu telah mengatur
bersama-samanya tindakan yang kamu sandiwarakan di depanku hari ini. Aku tidak akan
tinggal  diam  menghadapi  tindakan  khianatmu  ini. Akanku  potong  tangan-tangan  dan
kaki-kakimu  serta  akanku  salibkan  kamu  semua  pada  pangkal  pohon  kurma  sebagai
hukuman    dan    balasan    bagi    tindakan    khianatmu    ini."

Ancaman Fir'aun itu disambut mrk dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. Karena Allah
telah membuka mata hati mereka dengan cahaya iman sehingga tidak akan terpengaruh
dengan kata-kata kebathilan yang menyesatkan atau ancaman Fir'aun yang menakutkan.
Mrk sebagai-orang-orang yang ahli dalam ilmu dan seni sihir dpt membedakan yang
mana satu sihir dan yang mana bukan. Maka sekali mrk diyakinkan dengan mukjizat
Nabi Musa yang membuktikan kebenaran kenabiannya tidaklah keyakinan itu akan dpt
digoyahkan  oleh  ancaman   apa  pun.  Berkata  mereka  kepada  Fir'aun   menanggapi
ancamannya:  "Kami  telah  memdpat  bukti-bukti  yang  nyata  dan  kami  tidak  akan
mengabaikan kenyataan itu sekadar memenuhi kehendak dan keinginanmu. Kami akan
berjalan terus megikut jejak dan tuntutan Musa dan Harun sebagai pesuruh oleh yang
benar. Maka terserah kepadamu untuk memutuskan apa yang engkau hendak putuskan
terhadap   diri   kami.   Keputusan   kamu   hanya   berlaku   di   dunia   ini   sedang   kami
mengharapkan    pahala    Allah    di    akhirat    yang    kekal    dan    abadi."

Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 32 sehingga ayat
51    juz    19    sebagai    berikut    :~

"32~ Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu {menjadi ular}. 33~
Dan ia menarik tangannya {dr dalam saku bajunya} maka tiba-tiba tangan itu menjadi
putih  {bersinar}  bagi  orang-orang  yang  melihatnya.  34~  Fir'aun  berkata  pembesar-
pembesar yang berada di sekelilingnya: "Sesungguhnya Musa itu benar-benar seorang
ahli sihir yang pandai, 35~ ia hendak mengusir kamu dari negeri kamu sendiri dengan
sihirnya maka karena itu apakah yang kamu anjurkan?" 36~ Mrk menjawab: "Tundalah
{urusan}  dia  dan  saudaranya  dan  kirimlah  ke  seluruh  negeri  orang-orang  yang  akan
mengumpulkan {ahli sihir}, 37~ nescaya mereka akan mendatangkan semua ahli sihir






yang  pandai  kepadamu".  38~  Lalu  dikumpulkanlah  ahli-ahli  sihir  pada  waktu  yang
ditetapkan di hari yang maklum, 39~ dan dikatakan kepada orang ramai: "Berkumpullah
kamu sekalian, 40~ semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir, jika mereka adalah orang-orang
yang menang". 41~ Maka tatkala ahli-ahli sihir dtg , mrk pun bertanya kepada Fir'aun:
"Apakah kami sungguh-sungguh mendpt upah yang besar jika kami adalah orang-orang
yang menang?" 42~ Fir'aun menjawab: "Ya, kalu demikian, sesungguhnya kamu sekalian
benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan {kepadaku}". 43~ Berkatalah Musa
kepada mrk: "Jatuhkalah apa yang kamu hendak jatuhkan". 44~ Lalu mrk menjatuhkan
tali-temali   dan   tongkat-tongkat   mereka   lalu   berkata:   "   Demi   kekuasaan   Fir'aun,
sesungguhnya kami akan benar-benar akan menang". 45~ kemudian Musa menjatuhkan
tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu.
46~  Maka  tersungkurlah  ahli-ahli  sihir  sambil  bersujud  {kepada Allah},  47~  mereka
berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam , 48~ yaitu Tuhan Musa dan Harun".
49~ Fir'aun berkata: "Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelumaku memberi
izin  kepadamu?  Sesungguhnya  dia  benar-benar  pemimpinmu  yang  mengajar  sihir
kepadamu, maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui {akibat perbuatanmu},
sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku
akan menyalibmu semuanya". 50~ Mereka berkata: "Tidak ada kemudharatan {kepada
kami}, sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami, 51~ sesungguhnya kami
amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami
adalah orang-orang yang pertama sekali beriman." {Asy-Syu'ara : 32 ~ 51 }


Fir'aun tetap keras  kepala dan semakin bingung

Nabi  Musa  yang  telah  mengalahkan  ahli-ahli  sihir  dengan  kedua  mukjizatnya  makin
meluas    pengaruhnya,    sedan    Fir'aun    dengan    kekalahan    ahli    sihirnya    merasa
kewibawaannya  merosot  dan  kehormatannya  menurun.  ia  khuatir  jika  gerakan  Musa
tidak  segera  dipatahkan  akan  mengancam  keselamatan  kerajaannya  serta  kekekalan
mahkotanya.   Para   penasihat   dan   pembantu-pembantu   terdekatnya   tidak   berusaha
menghilangkan  rasa  kecemasan  dan  kekhuatirannya,  tetapi  mereka  sebaliknya  makin
membakar dadanya dan makin menakutu-nakutinya. Mrk berkata kepadanya: "Apakah
engkau akan terus membiarkan Musa dan kaumnya bergerak secara bebas dan meracuni
rakyat dengan amcam-macam kepercayaan dan ajaran-ajaran yang menyimpang dari apa
yang telah kita warisi dari nenek-moyang kita? Tidakkah engkau sedar bahwa rakyat kita
makin  lama  makin  terpengaruh  oleh  hasutan-hasutan  Musa.  sehingga  lama-kelamaan
nescaya kita dan tuhan-tuhan kita akan ditinggalkan oleh rakyat kita dan pada akhirnya
akan    hancur    binasalah    negara    dan    kerajaanmu    yang    megah    ini."

Fir'aun  menjawab:  "Apa  yang  kamu  huraikan  itu  sudah  menjadi  perhatiku  sejak
dikalahkannya ahli-ahli sihir kita oleh Musa. Dan memang kalau kita membiarkan Musa
terus   melebarkan   sayapnya   dan   meluaskan   pengaruhnya   di   kalangan   pengikut-
pengikutnya yang makin lama makin bertambah jumlahnya, pasti pada akhirnya akan
merusakkan  adab  hidup  masyarakat  negara  kita  serta  membawa  kehancuran  dan
kebinasaan  bagi  kerajaan  kita  yang  megah  ini.  karenanya  aku  telah  merancang  akan
bertindak terhadap Bani Isra'il dengan membunuh setiap orang lelaki dan hanya wanita






sahaja    akanku    biarkan    hidup."

Rancangan jahat fir'aun diterapkan oleh pegawai dan kaki tangan kerajaannya. Aneka
ragam gangguan dan macam-macam tindakan kejam ditimpakan atas Bani Isra'il yang
memang menurut anggapan masyarakat, mereka itu adalah rakyat kelas kambing dalam
kerajaan Fir'aun yang zalim itu. Dengan makin meningkatnya kezaliman dan penindasan
yang mereka terima dari alat-alat kerajaan Fir'aun, datanglah Bani Isra'il kepada Nabi
Musa, mengharapkan pertolongan dan perlindungannya. Nabi Musa tidak dpt berbuat byk
pada masa itu bagi Bani Isra'il yang tertindas dan teraniaya. Ia hanya menenteramkan hati
mereka, bahwa akan tiba saatnya kelak,di mana mrk akan dibebaskan oleh Allah dari
segala penderitaan yang mrk alami. Dianjurkan oleh Nabi Musa agar mereka bersabar
dan bertawakkal seraya memohon kepada Allah agar Allah memberikan pertolongan dan
perlindungan-Nya karena Allah telah menjanjikan akan mewariskan bumi-Nya kepada
hamba-hamba-Nya    yang    soleh,    sabar    dan    bertakwa!

Fir'aun  bertujuan  melemahkan  kedudukan  Nabi  Musa  dengan  tindakan  kejamnya
terhadap Bani Isra'il yang merupakan kaumnya, bahkan tulang belakang Nabi Nusa. Akan
tetapi gerak dakwah Nabi Musa tidak sedikit pun terhambat oleh tindakan Fir'aun itu.
Demikian pula tidak seorang pun drp pengikut-pengikutnya yang terpengaruh dengan
tindakan Fir'aun itu. Sehingga tidak menjadi luntur iman dan keyakinan mrk yang sudah
bulat    terhadap    risalah    Musa.
Karena sasaran yang dituju dengan tindakan kekejaman yang tidak berperikamanusiaan
itu tidak tercapai dan tidak dpt menerima dakwah Nabi Musa dan para pengikutnya, yang
dilhatnya bahkan semakin bersemangat menyiarkan ajaran iman dan tauhid, maka Fir'aun
tidak mempunyai pilihan selain harus menyingkirkan orang yang menjadi pengikutnya,
yaitu    dengan    membunuh    Nabi    Musa.

Fir'aun    memanggil   para   penasihat   dan   pembesar-pembesar    kerajaannya    untuk
bermesyuarat dan merancang pembunuhan Musa. Di antara mereka yang di undang itu
terdapat   seorang    mukmin   dari   Keluarga   Fir'aun    yang    merahsiakan   imannya.
Di tengah-tengah perdebatan dan perundingan yang berlangsung dalam pertemuan yang
diadakan   oleh   Fir'aun   untuk   membincangkan   cara   pembunuhan   Nabi   Musa   itu,
bangkitlah  berdiri  mukmin  itu  mengucapkan  pembelaannya  terhadap  Nabi  Musa  dan
nasihat  serta  tuntunan  bagi  mereka  yang  hadir.  Ia  berkata:  "Apakah  kamu  akan
membunuh  seseorang  lelaki  yang  tidak  berdosa,  hanya  berkata  bahwa  Allah  adalah
Tuhannya? Padahal ia menyatakan iman dan kepercayaannya itu kepada kamu bukan
tanpa dalil dan hujjah. Ia telah mempertunjukkan kepada kamu bukti-bukti yang nyata
untuk menyakinkan kamu akan kebenaran ajarannya. Jika andainya dia seorang pendusta,
maka dia sendirilah yang akan menanggung dosa akibat dustanya. Namun jika ia adalah
benar dalam kata-katanya, maka nescaya akan menimpa kepada kamu bencana azab yang
telah  dijanjikan  olehnya.  Dan  dalam  keadaan  yang  demikian  siapakah  yang  akan
menolong    kamu    dari    azab    Allah    yang    telah    dijanjikan    itu?"

Fir'aun  memotong  pidato  orang  mukmin  itu  dengan  berkata:  "Rancanganku  harus
terlaksana dan Musa harus dibunuh. Aku tidak mengemukan kepadamu melainkan apa
yang  aku pandang baik dan aku tidak menunjukkan  kepadamu melainkan jalan  yang






benar,    jalan    yang    akan    menyelamatkan    kerajaan    dan    negara."
Berucap  orang  mukmin  dari  keluarga  Fir'aun  itu  melanjutkan:  "Sesungguhnya  aku
khuatir, jika kamu tetap berkeras kepala dan enggan menempuh jalan yang benar yang
dibawa   oleh   para   nabi-nabi,   bahwa   kamu   akan   ditimpa   azab   dan   seksa   yang
membinasakan , sebagaimana telah dialami oleh kaum Nuh, kaum Aad, kaum Tsamud
dan umat-umat yang datang sesudah mereka. Apa yang telah dialami oleh kaum-kaum itu
adalah akibat kecongkakan dan kesombongan mereka karena Allah tidak menghendaki
berbuat    kezaliman    terhadap    hamba-hamba-Nya".

Mukmin itu meneruskan nasihatnya:"Wahai kaumku! Sesungguhnya aku khuatir kamu
akan menerima seksa dan azab Tuhan di hari qiamat kelak, di mana kamu akan berpaling
kebelakang, tidak seorang pun akan dapat menyelamatkan kamu itu dari seksa Allah. Hai
kaum ikutilah nasihatku, aku hanya ingin kebaikan bagimu dan mengajak kamu ke jalan
yang  benar.  Ketahuilah  bahwa  kehidupan  di  dunia  ini  hanya  merupakan  kesenangan
sementara, sedangkan kesenangan dan kebahagiaan yang kekal adalah di akhirat kelak."

Orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu tidak dpt mengubah sikap Fir'aun dan pengikut-
pemgikutnya, walaupun ia telah berusaha dengan menggunakan kecekapan berpidatonya
dan susunan kata-katanya yang rapi, lengkap dengan contoh-contoh dari sejarah umat-
umat   yang   terdahulu   yang   telah   dibinasakan   oleh   Allah   karena   perbuatan   dan
pembangkangan    mereka    sendiri.
Fir'aun dan pengikut-pengikutnya bahkan menganjurkan kepada orang mukmin itu, agar
meninggalkan sikapnya yang membela Musa dan menyetujui rancangan jahat mereka. Ia
dinasihat untuk melepaskan pendiriannya yang pro Musa dan mengabungkan diri dalam
barisan mereka menentang Musa dan segala ajarannya. Ia diancam dengan dikenakan
tindakan kekerasan bila ia tidak mahu mengubah sikap pro kepada Musa secara suka rela.

Berkata orang mukmin itu menanggapi anjuran Fir'aun: "Wahai kaumku, sgt aneh sekali
sikap dan pendirianmu, aku berseru kepada kamu untuk kebaikan dan keselamatanmu,
kamu berseru kepadaku untuk berkufur kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan
apa yang aku tidak ketahui, sedang aku berseru kepadamu untuk beriman kepada Allah,
Tuhan YAng Maha Esa, Maha Perkasa, lagi Maha Pengampun. Sudah pasti dan tidak
dapat diragukan lagi, bahwa apa yang kamu serukan kepadaku itu tidak akan menolongku
dari  murka  dan  seksa Allah  di  dunia  mahupun  di  akhirat.  Dan  sesungguhnya  kamu
sekalian akan kembali kepada Allah yang akan memberi pahala syurga bagi orang-orang
yang soleh, bertakwa dan beriman, sedang orang-orang kafir yang telah melampaui batas
akan  diberi  ganjaran  dengan  api  neraka.  Hai  kaumku  perhatikanlah  nasihat  dan
peringatanku ini. Kamu akan menyedari kebenaran kata-kataku ini kelak bila sudah tidak
berguna lagi orang menyesal atau merasa susah karena perbuatan yang telah dilakukan.
Aku  hanya  menyerahkan  urusan  ku  dan  nasibku  kepada  Allah.  Dialah  Yang  Maha
Mengetahui    dan    Maha    Melihat    perbuatan    dan    kelakuan    hamba-hamba-Nya."

Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Al-A'raaf" ayat 127 sehingga ayat 129 juz
9 dan surah "Al-Mukmin" ayat 28 sehingga ayat 33 dan ayat 38 sehingga ayat 45 juz 24
sebagai    berikut    :~






"127~ Berkata pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun {kepada Fir'aun}: "Apakah kamu
akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakkan di negeri ini {Mesir}
dan  meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?" Fir'aun  menjawab:  "Akan  kita bunuh
anak-anak  lelaki  mereka  dan  kita  biarkan  hidup  perempuan-perempuan  mereka  dan
sesungguhnya kita berkuasa penuh ke atas mereka". 128~ Musa berkata kepada kaumnya:
"Mohonlah   pertolongan   kepada  Allah   dan   bersabarlah   sesungguhnya   bumi   {ini}
kepunyaan  Allah  dipusakakannya  kepada  siapa  yang  dikehendaki-Nya  dari  hamba-
hamba-Nya. Dan kesusahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa". 129~
Kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas {oleh Fir'aun} sebelum kamu datang kepada
kami    dan    sesudah    kamu    datang."    Musa    menjawab:    "Mudah-mudahan   Allah
membinasakan musuh-musuh kamu dan menjadikan kamu khalifah di bumi{-Nya} maka
Allah   akan   melihat   bagaimana   perbuatanmu."   {   Al-A'raaf   :   127   ~   129   }

"28~  Dan  seorang  laki-laki  yang  beriman  di  antara  pengikut-pengikut  Fir'aun  yang
mneyembunyikan imannya berkata: "Apakah  kamu akan membunuh  seorang laki-laki
karena dia menyatakan "Tuhanku ialah Allah" padahal dia telah datang kepadamu dengan
membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika dia seorang pendusta, maka
dialah yang menanggung {dosa} dustanya itu dan jika dia seorang yang benar, nescaya
sebahagia {bencana} yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu." Sesungguhnya
Allah  tidak  menunjuki  orang-orang  yang  melampaui  batas  lagi  pendusta.  29~  Hai
kaumku utkmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang
akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita?" Fir'aun berkata: "Aku
tidak mengemukakan kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak
menunjukkan  kepadamu  selain  jalan  yang  benar."  30~  Dan  orang  yang  beriman  itu
berkata: "Hai kaumku sesungguhnya aku khuatir kamu akan ditimpa {bencana} seperti
peristiwa {kehancuran} golongan yang bersekutu, 31~ {yakni} seperti keadaan kaum
Nuh,  Aad,  Tsamud  dan  orang-orang  yang  datang  sesudah  mereka.  Dan  Allah  tidak
menghendaki   berbuat   kezaliman   terhadap   hamba-hamba-Nya.   32~   HAi   kaumku,
sesungguhnya  aku  khuatir  terhadapmu  akan  seksaan  hari  panggil-memanggil.  33~
{yaitu} hari {ketika} kamu {lari} berpaling kebelakang, tidak ada bagimu seseorang pun
yang menyelamatkan kamu dari {azab} Allah dan siapa yang disesatkan Allah nescaya
tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk." { Al-Mukmin : 28 ~ 33 }

"38~  Orang  yang  beriman  itu  berkata:  "Hai  kaumku  ikutilah  aku  akan  menunjukkan
kepadamu  jalan  yang  benar.  39~  Hai  kaumku!  Sesungguhnya  kehidupan  dunia  ini
hanyalah kesenangan {sementara} dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.
40~ Barabg siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan
sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa yang mengerja amal yang soleh baik
laki-laki  mahupun  perempuan  sedang  ia  dalam  keadaan  beriman,  maka  mereka  akan
masuk syurga, mereka diberi rezeki didalamnya tanpa hisab. 41~ Hai kaumku! Bagaiman
kamu ini, aku menyeru kamu kepada keselamatan tetapi kamu menyeru aku ke neraka?
42~ {kenapa} kamu menyerukan supaya kufur kepada Allah dan mempersekutukan-Nya
dengan apa yang tidakku ketahui padahal aku menyeru kamu {beriman} kepada Yang
Maha  Perkasa  lagi  Maha  Pengampun?"  43~  Sudah  pasti  bahwa  apa  yang  kamu  seru
supaya aku {beriman} kepadanya tidak dpt memperkenankan seruan apa pun, baik di
dunia mahu pun di akhirat. Dan sesungguhnya kembali kita adalah kepada Allah dan






sesungguhnya  orang-orang  yang  melampaui  batas,  mrk  itulah  penghuni  neraka.  44~
Kelak  kamu  akan  ingat  kepada  apa  yang  aku  katakan  kepada  kamu.  Dan  aku
menyerahkan urusan aku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-
hamba-Nya. 45~ Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka dan Fir'aun
berserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk." { Al-Mukmin : 38 ~ 45 }


Fir'aun menghina dan mengejek Musa

Selain tindakan kekerasan yang ditimpakan ke atas Bani Isra'il kaumnya Nabi Musa,
Fir'aun  melontarkan  penghinaan  dan  kata-kata  ejekan  terhadap  Nabi  Musa  dalam
usahanya memerangi dan membendung pengaruh Nabi Musa yang semakin beertambah
semenjak ia keluar sebagai pemenang dalam pertandingan melawan tukang-tukang sihir
kaum    Fir'aun.
Berkata  Fir'aun  kepada  pembesar-pembesar  kerajaannya:  "Biarkanlah  aku  membunuh
Musa  dan  biarlah  ia  memohon  dari  Tuhannya  untuk  melindunginya. Aku  ingin  tahu
sampai  sejauh   mana   ia  dapat   melepaskan  diri   dari   kekuasaanku  dan  biarlah   ia
membuktikan kebenaran kata-kata, bahwa Tuhannya akan melindunginya dari segala tipu
daya    musuh-musuhnya."

Dalam  lain  kesempatan  Fir'aun  berkata  kepada  rakyatnya  yang  sudah  diperhambakan
jiwanya, terbiasa memuja-mujanya, mengiakan kata-katanya dan mengaminkan segala
perintahnya: "Hai rakyatku! Tidakkah kamu melihat bahwa aku memiliki kerajaan Mesir
yang  megah  dan  besar  ini  di  mana  sungai-sungai  mengalir  dibawah  telapak  kakiku,
sungai-sungai yang memberi kemakmuran hidup dan kebahagiaan hidup bagi rakyatku?
Dan tidakkah kamu melihat kekuasaanku yang luas dan ketaatan rakyatku yang bulat
kepadaku? Bukankah aku lebih baik dan lebih agung dari Musa yang hina-dina itu yang
tidak  cekap  menguraikan  isi  hatinya  dan  menerangkan  maksud  tujuannya.  Megapa
Tuhannya  tidak  memakaikan  gelang  emas,  sebagaimana  lazimnya  orang-orang  yang
diangkat menjadi raja, pemimpin atau pembesar? Atau mengapa ia tidak diiringi oleh
malaikat-malaikat sebagai tanda kebesarannya dan bukti kebenarannya bahwa ia adalah
pesuruh    Tuhannya?"

Kelompok orang yang mendengar kata-kata Fir'aun itu dengan serta-merta mengiyakan
dan  membenarkan  kata-kata  rajanya  serta  menyatakan  kepatuhan  yang  bulat  kepada
segala titah dan perintahnya sebagai warga yang setia kepada rajanya, namun zalim dan
fasiq    terhadap    Tuhannya.
Dalam pd itu kesabaran Nabi Musa sampai pd puncaknya, melihat Fir'aun dan pembantu-
pambantunya tetap berkeras kepala menentang dakwahnya, mendustakan risalahnya dan
makin  memperhebatkan  tindakan  kejamnya  terhadap  kaum  Bani  Isra'il  terutama  para
pengikutnya yang menyembunyikan imannya karena ketakutan daripada kejaran Fir'aun
dan pembalasannya yang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Maka disampaikan oleh
Nabi  Musa  kepada  mrk  bahwa  Allah  tidak  akan  membiarkan  mereka  terus-menerus
melakukan  kekejaman,  kezaliman  dan  penindasan  terhamba-hamba-Nya  dan  berkufur
kepada Allah dan Rasul-Nya. Akan ditimpakan oleh Allah kepada mereka bila tetap tidak
mahu sedar dan beriman kepada-Nya, bermacam azb dan seksa di dunia semasa hidup






mereka    sebagai    pembalasan    yang    nyata!

Berdoalah Nabi Musa, memohon kepada Allah: "Ya Tuhan kami, engkau telah memberi
kepada Fir'aun dan kaum kerabatnya kemewahan hidup, harta kekayaan yang meluap-
luap dan kenikmatan duniawi, yang kesemua itu mengakibatkan mereka menyesatkan
manusia, hamba-hamba-Mu, dari jalan yang Engkau redhai dan tuntunan yang Engkau
berikan.  Ya  Tuhan  kami,  binasakanlah  harta-benda  mereka  dan  kunci  matilah  hati
mereka. Mrk tidak akan beriman dan kembali kepada jalan yang benar sebelum melihat
seksaan-Mu    yang    pedih."

Berkat  doa  Nabi  Musa  dan  permohonannya  yang  diperkenankan  oleh  Allah,  maka
dilandakanlah  kerajaan  Fir'aun  oleh  krisis  kewangan  dan  makanan,  yang  disebabkan
mengeringnya sungai Nil sehingga tidak dapat mengairi sawah-sawah dan ladang-ladang
disamping serangan hama yang ganas yang telah menghabiskan padi dan gandum yang
sudah    menguning    dan    siap    untuk    diketam.
Belumlagi krisis kewangan dan makanan teratasi datang menyusul bala banjir yang besar
disebabkan oleh hujan yang turun dengan derasnya, sehingga menghanyutkan rumah-
rumah, gedung-gedung dan membinasakan binatang-binatang ternak. Dan sebagai akibat
dari  banjir  itu  berjangkitlah  bermacam-macam  wabak  dan  penyakit  yang  merisaukan
masyarakat seperti hidung berdarah dan lain-lain. Kemudian datanglah barisan kutu-kutu
busuk dan katak-katak yang menyerbu ke dalam rumah-rumah sehingga mengganggu
ketenteraman   hidup   mereka,menghilangkan   kenikmatan   makan,   minum   dan   tidur,
disebabkan menyusupnya binatang-binatang itu ke dalam tempat-tempat tidur, hidangan
makanan    dan    di    antara    sela-sela    pakaian    mereka.

Pada  waktu  azab  menimpa  dan  bencana-bencana  itu  sedang  melanda  berdatanglah
mereka kepada Nabi Musa minta pertolongannya demi kenabiannya, agar memohonkan
kepada Allah mengangkat bala itu dari atas mereka dengan perjanjian bahwa mrk akan
beriman dan menyerahkan Bani Isra'il kepada Nabi Musa sekirannya mereka dpt ditolong
dan    terhindar    dari    azab    bala    itu.
Akan  tetapi begitu bala-bala itu tercabut dari atas mrk  dan hilanglah gangguan yang
diakibatkan olehnya, mrk mengingkari janji mereka dan kembali bersikap memusuhi dan
menentang   Nabi   Musa,   seolah-olah   apa   yang   terjadi   bukanlah   karena   doa   dan
permohonan    Musa    kepada    Allah    tetapi    karena    hasil    usaha    mrk    sendiri.

Bacalah tentang isi cerita di atas ayat 26 dari surah "Al-Mukmin" ; ayat 51 sehingga ayat
54 surah "Az-Zukhruf" ; ayat 88 dan 89 surah "Yunus" dan ayat 130 sehingga ayat 135
surah    "Al-A'raaf"    sebagimana    berikut    :~

"Dan berkata Fir'aun {kepada pembesar-pembesarnya} "Biarlah aku membunuh Musa,
dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khuatir dia akan
menukar  agama  atau  menimbulkan  kerusakan  di  muka  bumi."  { Al-Mukmin  :  26  }

"Dan  Fir'aun  berseru  kepada  kaumnya  {seraya}  berkata:  "Hai  kaumku!  Bukankah
kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan {bukankah} sungai-sungai ini mengalir dibawahku,
maa apakah yang kamu tidak melihatnya? 52~ Bukankah aku lebih baik dari orang yang






hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan {perkataannya}? 53~ Mengapa tidak
dipakaikan  kepadanya  gelang  emas,  atau  malaikat  datang  bersama-sama  dia  untuk
mengiringkannya." 54~ Mak Fir'aun mempergaruhi kaumnya {dengan perkataan itu} lalu
mereka  patuh  kepadanya  kerana  sesungguhnya  mereka  itu  adalah  kaum  yang  fasiq."
{    Az-Zukhruf    :    51    ~    54    }

"88~  Musa  berkata:  "Ya  Tuhan  kami,  sesungguhnya  Engkau  telah  memberi  kepada
Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan
dunia, Ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan {manusia} dari jalan Engkau. Ya
Tuhan  kami,  binasakanlah  harta  benda  mereka  dan  kunci  matilah  hati  mereka  maka
mereka tidak beriman hingga mereka melihat seksaan yang pedih." 89~ Allah berfirman:
"Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua sebab itu tetaplah kamu
berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sesekali kamu mengikuti jalan orang-orang
yang    tidak    mengetahui."    {    Yunus    :    88    sehingga    89    }

"130~  Dan  sesungguhnya  Kami  telah  menghukum  {Fir'aun  dan}  kaumnya  dengan
mendatangkan  musim  kemarau  yang  panjang  dan  kekurangan  buah-buahan,  supaya
mereka   mengambil   pengajaran   131~   Kemudian   apabila   datang   kepada   mereka
kemakmuran mereka berkata: "Ini adalah kerana {usaha} kami." Dan jika mereka ditimpa
kesusahan mrk lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang berserta
dengannya. Ketahuilah sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah,
akan  tetapi  kebanyakkan  mereka  tidak  mengetahui.  132~  Mrk  berkata  kepada  Musa:
Bagaiman kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan
keterangan itu, maka sesekali kami tidak akan beriman kepadamu." 133.~ Maka Kami
{Allah} kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti
yang jelas tetapi mrk tetap menyombong diri dan mrk adalah kaum yang berdosa. 134~
Dan ketika mrk ditimpa azab {yang telah diterangkan itu} mereka pun berkata: " Hai
Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan {perantaraan} kenabian yang
diketahui oleh Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan
azab itu drp kami pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Isra'il
pergi bersamamu." 135~ Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mrk hingga batas
waktu yang mrk sampai kepadanya, tiba-tiba mrk mengingkarinya." { Al-A'raaf : 130 ~
135 }

Bani Isra'il keluar dari Mesir

Bani Isra'il yang cukup menderita akibat tindasan Fir'aun dan kaumnya cukup merasakan
penganiayaan dan hidup dalam ketakutan di bawah pemerintahan Fir'aun yang kejam dan
bengis itu, pada akhirnya sedar bahwa Musalah yang benar-benar dikirimkan oleh Allah
untuk  membebaskan  mereka  dari  cengkaman  Fir'aun  dan  kaumnya.  Maka  berduyun-
duyunlah    mereka    datang    kepada    Nabi    Musa    memohon    pertolongannya    agar
mengeluarkan    mereka    dari    Mesir.
Kemudian  bertolaklah  rombongan  kaum  Bani  Isra'il  di  bawah  pimpinan  Nabi  Musa
meninggalkan Mesir menuju Baitul Maqdis. Dengan berjalan kaki dengan cepat karena
takut tertangkap oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang mengejar mereka dari belakang
akhirnya tibalah mereka pada waktu fajar di tepi lautan merah setelah selama semalam






suntuk    dapat    melewati    padang    pasir    yang    luas.

Rasa cemas dan takut makin mencekam hati para pengikut Nabi Musa dan Bani Isra'il
ketika melihat laut terbentang di depan mereka sedang dari belakang mrk dikejar oleh
Fir'aun  dan  bala  tenteranya  yang  akan  berusaha  mengembalikan  mereka  ke  Mesir.
Mereka tidak meragukan lagi bahwa bila mrk tertangkap, maka hukuman matilah yang
akan    mereka    terima    dari    Fir'aun    yang    zalim    itu.
Berkatalah  salah  seorang  dari  sahabat  Nabi  Musa,  bernama Yusha'  bin  Nun:  "Wahai
Musa, ke mana kami harus pergi?" Musuh berada di belakang kami sedang mengejar dan
laut berada di depan kami yang tidak dapat dilintasi tanpa sampan. Apa yang harus kami
perbuat    untuk    menyelamatkan    diri    dari    kejaran    Fir'aun    dan    kaumnya?"

Nabi  Musa  menjawab:  "Janganlah  kamu  khuatir  dan  cemas,  perjalanan  kami  telah
diperintahkan oleh Allah kepadaku, dan Dialah yang akan memberi jalan keluar serta
menyelamatkan    kami    dari    cengkaman    musuh    yang    zalim    itu."
Pada saat yang kritis itu, di mana para pengikut Nabi Musa berdebar-debar ketakutan,
seraya menanti tindakan Nabi Musa yang kelihatan tenang sahaja, turunlah wahyu Allah
kepada Nabi-Nya dengan perintah agar memukulkan air laut dengan tongkatnya. Maka
dengan izin Allah terbelah laut itu, tiap-tiap belahan merupakan seperti gunung yang
besar. Di antara kedua belahan air laut itu terbentang dasar laut yang sudah mengering
yang segera di bawah pimpinan Nabi Musa dilewatilah oleh kaum Bani Isra'il menuju ke
tepi    timurnya.

Setelah mrk sudah berada di bahagian tepi timur dalam keadaan selamat terlihatlah oleh
mereka Fir'aun dan bala tenteranya menyusuri jalan yang sudah terbuka di antara dua
belah gunung air itu. Kembali rasa cemas dan takut mengganggu hati mereka seraya
memandang  kepada  Nabi  Musa  seolah-olah  bertanya  apa  yang  hendak  dia  lakukan
selanjutnya.  Dalam  pada  itu  Nabi  Musa  telah  diilhamkan  oleh Allah  agar  bertenang
menanti Fir'aun dan bala tenteranya turun semua ke dasar laut. Karena takdir Allah tela
mendahului    bahwa    mrk    akan    menjadi    bala    tentera    yang    tenggelam.

Berkatalah Fir'aun kepada kaumnya tatkala melihat jalan terbuka bagi mereka di antara
dua belah gunung air itu: "Lihat bagaimana lautan terbelah menjadi dua, memberi jalan
kepada kami untuk mengejar orang-orang yang melarikan diri itu. Mrk mengira bahwa
mrk akan dpt melepaskan dari kejaran dan hukumanku. Mrk tidak mengetahui bahwa
perintahku berlaku dan ditaati oleh laut, jgn lagi oleh manusia. Tidakkah ini semuanya
membuktikan bahwa aku adalah yang berkuasa yang harus disembah olehmu?" Maka
dengan rasa bangga dan sikap sombongnya turunlah Fir'aun dan bala tenteranya ke dasar
laut yang  sudah  mengering itu melakukan gerak-cepatnya  untuk menyusul  Musa  dan
Bani Isra'il yang sudah berada di tepi bahagian timur sambil menanti hukuman Allah
yang    telah    ditakdirkan    terhamba-hamba-Nya    yang    kafir    itu.

Demikianlah maka setelah Fir'aun dan bala tenteranya berada di tengah-tengah lautan
yang membelah itu, jauh dari ke dua tepinya, tibalah perintah Allah dan kembalilah air
yang  menggunung  itu  menutupi  jalur  jalan  yang  terbuka  di  mana  Fir'aun  dengan
sombongnya  sedang  memimpin  barisan  tenteranya  mengejar  Musa  dan  Bani  Isra'il.






Terpendamlah mrk hidup-hidup di dalam perut laut dan berakhirlah riwayat hidup Fir'aun
dan  kaumnya  untuk  menjadi  kenangan sejarah  dan ibrah  bagi generasi- akan  datang.

Pada detik-detik akhir hayatnya, seraya berjuang untuk menyelamatkan diri dari maut
yang sudah berada di depan matanya, berkatalah Fir'aun: "Aku percaya bahwa tiada tuhan
selain Tuhan Musa dan Tuhan Bani Isra'il. Aku beriman pada Tuhan mereka dan berserah
diri    kepada-Nya    sebagai    salah    seorang    muslim."
Berfirmanlah  Allah  kepada  Fir'aun  yang  sedang  menghadapi  sakaratul-maut:  "Baru
sekarangkah  engkau  berkata  beriman  kepada  Musa  dan  berserah  diri  kepada-Ku?
Tidakkah   kekuasaan   ketuhananmu   dpt   menyelamatkan   engkau   dari   maut?   Baru
sekarangkah   engkau   sedar   dan   percaya   setelah   sepanjang   hidupmu   bermaksiat,
melakukan penindasan dan kezaliman terhadap hamba-hamba-Ku dan berbuat-sewenang-
wenang,   merusak   akhlak   dan   aqidah   manusia-manusia   yang   berada   di   bawah
kekuasaanmu. Terimalah sekarang pembalasan-Ku yang akan menjadi pengajaran bagi
orang-orang yang akan datang sesudahmu. Akan Aku apungkan tubuh kasarmu untuk
menjadi    peringatan    bagi    orang-orang    yang    meragukan    akan    kekuasaan-Ku."

Bani Isra'il pengikut-pengikut Nabi Musa masih meragukan kematian Fir'aun. Mrk masih
terpengaruh dengan kenyataan yang ditanamkan oleh Fir'aun semasa ia berkuasa sebagai
raja bahwa dia adalah manusia luar biasa lain drp yang lain dan bahwa dia akan hidup
kekal sebagai tuhan dan tidak akan mati. Khayalan yang masih melekat pd fikiran mrk
menjadikan mrk tidak mahu percaya bahwa dengan tenggelamnya, Fir'aun sudah mati.
Mrk menyatakan kepada Musa bahwa Fir'aun mungkin masih hidup namun di alam lain.

Nabi Musa berusaha menyakinkan kaumnya bahwa apa yang terfikir oleh mrk tentang
Fir'aun adalah suatu khayalan belaka dan bahwa Fir'aun sebagai orang biasa telah mati
tenggelam  akibat  pembalasan  Allah  atas  perbuatannya,  menentang  kekuasaan  Allah
mendustakan  Nabi  Musa  dan  menindaskan  serta  memperhambakan  Bani  Isra'il.  Dan
setelah  melihat  dengan  mata  kepala  sendiri,  tubuh-tubuh  Firaun  dan  orang-orangnya
terapung-apung  di  permukaan  air,  hilanglah  segala  tahayul  mrk  tentang  Fir'aun  dan
kesaktiannya.

Menurut catatan sejarah, bahwa mayat Fir'aun yang terdampar di pantai diketemukan
oleh  orang-orang Mesir,  lalu  diawet  hingga  utuh  sampai  sekarang,  sebagai  mana  dpt
dilihat    di    muzium    Mesir.


Tentang isi cerita yang terurai di atas dapat di baca dalam surah "Thaha" ayat 77
sehingga 79 ; surah "Asy-Syua'ra" ayat 60 sehingga 68 ; surah "Yunus" ayat 90
sehingga    92    sebagaimana    berikut    :~

"77~ Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu dengan
hamba-hamba-Ku {Bani  Isra'il} di malam hari, maka buatklah untuk mrk  jalan yang
kering di laut itu, kamu tidak usah khuatir akan tersusul dan tidak usah takut {akan
tenggelam}." 78~ Maka Fir'aun dengan bala tenteranya mengejar mrk, lalu mrk ditutup
oleh laut yang menenggelamkan mrk. 79~ Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan






tidak    memberi    peetunjuk."    {    Thaha    :    77    ~    79    }

"60~ Maka Fir'aun dan bala tenteranya dpt menyusuli mrk di waktu matahari terbit. 61~
Maka  setelah  kedua golongan  itu saling  melihat,  berkatalah pengikut-pengikut Musa:
"Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku bersertaku, kelak
Dia  akan  memberi  petunjuk  kepadaku.  63~  Lalu  Kami  wahyukan  kepada  Musa:
"Pukullah  lautan  itu  dengan  tongkatmu."  Maka  terbelahlah  lautan  itu  dan  tiap-tiap
belahan  itu  adalah  seperti  golongan  yang  lain.  65~  Dan  Kami  selamatkan  Musa  dan
orang-orang yang bersertanya semuanya. 66~ Dan Kami tenggelamkan golongan yang
lain itu. 67~ Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda
yang  besar  {mukjizat}  dan  kebanyakkan  mrk  tidak  beriman.  68~  Dan  sesungguhnya
Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mulia Perkasa lai Maha Penyayang." { Asy-Syu'ara :
60    ~    68    }

"90~ Dan Kami memungkinkan Bani Isra'il melintasi lau, lalu mrk diikiti oleh Fir'aun
dan  bala  tenteranya,  karena  hendak  menganiaya  dan  menindas  {mereka}  hingga  bila
Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Isra'il dan saya termasuk orang-orang yang
berserah  diri  {kepada  Allah}."  91~  Apakah  sekarang  {baru  kamu  percaya}  padahal
sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang
berbuat kerusakkan. 92~ Maka pada hari ini Kami akan selamatkan badanmu supaya
kamu   dapat   menjadi   pengajaran   bagi   orang-orang   yang   datang   sesudahmu   dan
sesungguhnya  kebanyakkan  dari  manusia  lengah  dari  tanda-tanda  kekuasaan  Kami."
{ Yunus : 90 ~ 92 }


Nabi Musa A.S. dan Bani Isra'il setelah keluar dari Mesir

Dalam perjalanan menuju Thur Sina setelah melintasi lautan di bahagian utara dari Laut
Merah dan setelah mereka merasa aman dari kejaran Fir'aun dan kaumnya. Bani Isra'il
yang  dipimpin  oleh  Nabi  Musa  itu  melihat  sekelompok  orang-orang  yang  sedang
menyembah berhala dengan tekunnya. Berkatalah mrk kepada Nabi Musa: "Wahai Musa,
buatlah untuk kamu sebuah tuhan berhala sebagaimana mrk mempunyai berhala-berhala
yang disembah sebagai tuhan." Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah orang-
orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat. Persembahan mereka itu kepada berhala
adalah perbuatan yang sesat dan bathil serta pasti akan dihancurkan oleh Allah. Patutkah
aku mencari tuhan untuk kamu selain Allah yang telah memberikan kurnia kepada kamu,
dengan menyelamatkan kamu dari Fir'aun, melepaskan kamu dari perhambaannya dan
penindasannya    serta    memberikan    kamu    kelebihan    di    atas    umat-umat    yang
lain.Sesungguhnya suatu permintaan yang aneh drp kamu, bahwa kamu akan mencari
tuhan selain Allah yang demikian besar nikmatnya atas kamu, Allah pencipta langit dan
bumi serta alam semesta. Allah yang baru saja kamu saksikan kekuasaan-Nya dengan
ditenggelamkannya Fir'aun berserta bala tenteranya untuk keselamatan dan kelangsungan
hidupmu."

Perjalanan Nabi Musa dan Bani Isra'il dilanjutkan ke Gurun Sinai di mana panas matahari






sgt teriknya dan sunyi dari pohon-pohon atau bangunan di mana orang dpt berteduh di
bawahnya.  Atas  permohonan  Nabi  Musa  yang  didesak  oleh  kaumnya  yang  sedang
kepanasan diturunkan oleh Allah di atas mereka awan yang tebal untuk mrk bernaung dan
berteduh  di  bawahnya  dari  panas  teriknya  matahari.  Di  samping  itu  tatkala  bekalan
makanan dan minuman mereka sudah berkurangan dan tidak mencukupi keperluan. Allah
menurunkan hidangan makanan "manna" - sejenis makanan yang manis sebagai madu
dan "salwa" - burung sebangsa puyuh dengan diiringi firman-Nya: "Makanlah Kami dari
makanan-makanan    yang    baik    yang    Kami    telah    turunkan    bagimu."

Demikian  pula  tatkala  pengikut-pengikut  Nabi  Musa  mengeluh  kehabisan  air  untuk
minum dan mandi di tempat yang tandus dan kering itu, Allah mewahyukan kepada Musa
agar memukul batu dengan tongkatnya. Lalu memancarlah dari batu yang dipukul itu dua
belas mata air, untuk dua belas suku bangsa Isra'il yang mengikuti Nabi Musa, masing-
masing suku mengetahui sendiri dari mata air mana mereka mengambil keperluan airnya.
Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang sangat manja itu, merasa masih belum cukup atas
apa  yang  telah  Allah  berikan  kepada  mrk  yang  telah  menyelamatkan  mereka  dari
perhambaan  dan  penindasan  Fir'aun,  memberikan  mereka  hidangan  makanan  dan
minuman yang lazat dan segar di tempat yang kering dan tandus mereka menuntut lagi
dari  Nabi  Musa  agar  memohon  kepada  Allah  menurunkan  bagi  mereka  apa  yang
ditumbuhkan  oleh  bumi  dari  rupa-rupa  sayur-mayur,  seperti  ketimun,  bawang  putih,
kacang adas dan bawang merah karena mereka tidak puas dengan satu macam makanan.

Terhadap tuntutan mereka yang aneh-aneh itu berkatalah Nabi Musa: "Mahukah kamu
memperoleh sesuatu yang rendah nilai dan harganya sebagai pengganti dari apa yang
lebih baik yang telah Allah kurniakan kepada kamu? Pergilah kamu ke suatu kota di
mana  pasti  kamu  akan  dapat  apa  yang  telah  kamu  inginkan  dan  kamu  minta."


Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-A'raaf
ayat 138 sehingga 140 dan 160 ; serta surah "Al-Baqarah" ayat 61 yang berbunyi
sebagai    berikut    :~

"138~ Dan Kami seberangkan Bani Isra'il ke seberang lautan itu, maka setelah mereka
sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala, mereka {Bani Isra'il} berkata:
"Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan {berhala} sebagaimana mereka mempunyai
beberapa tuhan {berhala}". Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang
tidak mengetahui {sifat-sifat Tuhan}". 139~ Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan
kepercayaan yang dianutnya dan akan batal yang selalu mereka kerjakan. 140~ Musa
berkata: "Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu yang selain dari Allah, padahal Dialah
yang   telah   melebihkan   kamu   atas   segala   umat".   {   Al-A'raaf   :   138   ~   140   }

"160~ Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah
besar  dan  Kami  wahyukan  kepada  Musa  ketika  kaumnya  meminta  air  kepadanya:
"Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Maka memancarlah drpnya dua belas mata air.
Sesungguhnya  tiap-tiap  suku  mengetahui  tempat  minum  masing-masing.  Dan  Kami
naungkan Awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa.






{Kami berfirman}: "Makanlah baik-baik dari apa yang Kami telah rezekikan kepadamu."
Mereka  tidak  menganiaya  Kami,  tetapi  merekalah  yang  selalu  menganiaya  dirinya
sendiri."    {    Al-A'raaf    :    160    }

"61~  Dan  ingatlah  ketika  kamu  berkata:  "Hai Musa,  kami  tidak boleh sabar  {tahan}
dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu,
Agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi, yaitu sayur-
mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya dan bawah merahnya." Musa
berkata: "Mahukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih
baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperolehi apa yang kamu minta." { Al-
Baqarah : 61 }


Musa bermunajat dengan Allah

Menurut riwayat sementara ahli tafsir, bahawasanya tatkala Nabi Musa berada di Mesir,
ia telah berjanji kepada kaumnya akan memberi mereka sebuah kitab suci yang dapat
digunakan sebagai pedoman hidup yang akan memberi bimbingan dan sebagai tuntunan
bagaimana   cara   mereka   bergaul   dan   bermuamalah   dengan   sesama   manusia   dan
bagaimana mereka harus melakukan persembahan dan ibadah mereka kepada Allah. Di
dalam kitab suci itu mereka akan dapat petunjuk akan hal-hal yang halal dan haram,
perbuatan  yang  baik  yang  diredhai  oleh Allah  di  samping  perbuatan-perbuatan  yang
mungkar    yang    dapat    mengakibatkan    dosa    dan    murkanya    Tuhan.

Maka setelah perjuangan menghadapi Fir'aun dan kaumnya yang telah tenggelam binasa
di  laut,  selesai, Nabi  Musa  memohon  kepada Allah  agar diberinya  sebuah  kitab  suci
untuk   menjadi   pedoman   dakwah   dan   risalahnya   kepada   kaumnya.   Lalu   Allah
memerintahkan kepadanya agar untuk itu ia berpuasa selama tiga puluh hari penuh, iaiut
semasa bulan Zulkaedah. Kemudian pergi ke Bukit Thur Sina di mana ia akan diberi
kesempatan  bermunajat  dengan  Tuhan  serta  menerima  kitab  penuntun  yang  diminta.

Setelah berpuasa selama tiga puluh hari penuh dan tiba saat ia harus menghadap kepada
Allah  di  atas  bukit  Thur  Sina  Nabi  Musa  merasa  segan  akan  bermunajat  dengan
Tuhannya  dalam  keadaan  mulutnya  berbau  kurang  sedap  akibat  puasanya.  Maka  ia
menggosokkan  giginya  dan  mengunyah  daun-daunan  dalam  usahanya  menghilangkan
bau  mulutnya.  Ia  ditegur  oleh  malaikat  yang  datang  kepadanya  atas  perintah Allah.
Berkatalah    malaikat    itu    kepadanya:    "Hai    Musa,    mengapakah    engkau    harus
menggosokkan gigimu untuk menghilangkan bau mulutmu yang menurut anggapanmu
kurang sedap, padahal bau mulutmu dan mulut orang-orang yang berpuasa bagi kami
adalah lebih sedap dan lebih wangi dari baunya kasturi. Maka akibat tindakanmu itu,
Allah  memerintahkan  kepadamu  berpuasa  lagi  selama  sepuluh hari  sehingga  menjadi
lengkaplah    masa    puasamu    sepanjang    empat    puluh    hari."

Nabi Musa mengajak tujuh puluh orang yang telah dipilih diantara pengikutnya untuk
menyertainya  ke  bukit  Thur  Sina  dan  mengangkat  Nabi  Harun  sebagai  wakilnya
mengurus  serta  memimpin  kaum  yang  ditinggalkan  selama  kepergiannya  ke  tempat






bermunajat    itu.
Pada  saat  yang  telah  ditentukan  tibalah  Nabi  Musa  seorang  diri  di  bukit  Thur  Sina
mendahului tujuh puluh orang yang diajaknya turut serta. Dan ketika ia ditanya oleh
Allah:  "Mengapa  engkau  datang  seorang  diri  mendahului  kaummu,  hai  Musa?"  Ia
menjawab: "Mereka sedang menyusul di belakangku, wahai Tuhanku. Aku cepat-cepat
datang    lebih    dahulu    untuk    mencapai    redha-Mu."

Berkatalah Musa dalam munajatnya dengan Allah: "Wahai Tuhamku, nampakkanlah zat-
Mu    kepadaku,    agar    aku    dapat    melihat-Mu"
Allah berfirman: "Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi cubalah lihat bukit itu,
jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya sebagaimana sedia kala, maka nescaya engkau
akan  dapat  melihat-Ku."  Lalu  menolehlah  Nabi  Musa  mengarahkan  pandangannya
kejurusan bukit yang  dimaksudkan  itu yang  seketika itu juga dilihatnya hancur luluh
masuk ke dalam perut bumi tanpa menghilangkan bekas. Maka terperanjatlah Nabi Musa,
gementarlah    seluruh    tubuhnya    dan    jatuh    pengsan.

Setelah ia sedar kembali dari pengsannya, bertasbih dan bertahmidlah ia seraya memohon
ampun kepada Allah atas kelancangannya itu dan berkata: "Maha Besarlah Engkau wahai
Tuhanku,  ampunilah  aku  dan  terimalah  taubatku  dn  aku  akan  menjadi  orang  yang
pertama    beriman    kepada-Mu."
Dalam kesempatan bermunajat  itu, Allah  menerimakan  kepada  Nabi Musa  kitab suci
"Taurat" berupa kepingan-kepingan batu-batu atau kepingan kayu menurut sementara ahli
tafsir  yang  di  dalamnya  tertulis  segala  sesuatu  secara  terperinci  dan  jelas  mengenai
pedoman    hidup    dan    penuntun    kepada    jalan    yang    diredhai    oleh    Allah.

Allah mengiring pemberian "Taurat" kepada Musa dengan firman-Nya: "Wahai Musa,
sesungguhnya  Aku  telah  memilih  engkau  lebih  dari  manusia-manusia  yang  lain  di
masamu, untuk membawa risalah-Ku dan menyampaikan kepada hamba-hamba-Ku. Aku
telah  memberikan  kepadamu  keistimewaan  dengan  dapat  bercakap-cakap  langsung
dengan  Aku,  maka  bersyukurlah  atas  segala  kurnia-Ku  kepadamu  dan  berpegang
teguhlah  pada  apa  yang  Aku  tuturkan  kepadamu.  Dalam  kitab  yang  Aku  berikan
kepadamu terhimpun tuntunan dan pengajaran yang akan membawa Bani Isra'il ke jalan
yang benar, ke jalan yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat bagi mereka.
Anjurkanlah kaummu Bani Isra'il agar mematuhi perintah-perintah-Ku jika mereka tidak
ingin    Aku    tempatkan    mereka    di    tempat-tempat    orang-orang    yang    fasiq."

Bacalah tentang kisah munajat Nabi Musa ini, surah "Thaha" ayat 83 dan 84 dan
surah   "Al-a'raaf"    ayat    142   sehingga    ayat    145    sebagaimana    berikut    :~

"83~  Mengapa  kamu  datang  lebih  cepat  daripada  kaummu,  hai  Musa?"  84~  Berkata
Musa: "Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera kepadamu ya Tuhanku,
agar    supaya    Engkau    redha    kepadaku."    {    Thaha    :    83    ~    84    }

"142~  Dan  Kami  telah  janjikan  kepada  Musa  {memberikan  Taurat}  sesudah  berlalu
waktu  tiga  puluh  malam  dan  Kami  sempurnakan  jumlah  malam  itu  dengan  sepuluh
{malam lagi}, maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh






malam.  Dan  berkata  Musa  kepada  saudaranya,  yaitu  Harun:  "Gantilah  aku  dalam
{memimpin} kaumku dan perbaikilah dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang
yang  membuat kerusakkan". 143~ Dan tatkala Musa  datang untuk {munajat} dengan
{Kami} pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman {langsung}
kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku nampakkanlah {Zat Engkau} kepadaku agar
aku  dapat  melihat  kepada  Engkau." Tuhan  berfirman:  "Kamu  sesekali  tidak  sanggup
melihat-Ku,  tetapi  melihatlah  ke  bukit  itu,  maka  jika  ia  tetap  di  tempatnya  {sebagai
sediakala} nescaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya nampak bagi gunung itu,
kejadian itu menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pengsan. Maka
setelah Musa sedar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada-Mu
dan aku orang yang pertama beriman." 144~ Allah berfirman: "Hai Musa sesungguhnya
Aku memilih kamu lebih dari manusia yang lain {di masamu} untuk membawa risalah-
Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku sebab itu berpegang teguhlah kepada apa
yang   Aku   berikan   kepadamu   dan   hendaklah   kamu   termasuk   orang-orang   yang
bersyukur." 145~ Dan Kami telah tuliskan untuk Musa luluh {Taurat} segala sesuatu
sebagai  pengajaran  bagi  sesuatu.  Maka  Kami  berfirman:  "Berpeganglah  kepadanya
dengan  teguh  dan  suruhlah  kaummu  berpegang  kepada  {perintah-perintahnya}  yang
sebaik-baiknya,  nanti  Aku  akan  memperlihatkan  kepadamu  negeri  orang-orang  yang
fasiq." { Al-A'raaf: 142 ~ 145 }

Bani Isra'il kembali menyembah patung anak lembu

Nabi Musa berjanji kepada Bani Isra'il yang ditinggalkan di bawah pimpinan Nabi Harun
bahwa  ia  tidak  akan  meninggalkan  mereka  lebih  lama  dari  tiga  puluh  hari,  dalam
perjalananya  ke  Thur  Sina  untuk  berminajat  dengan  Tuhan.  Akan  tetapi  berhubung
dengan  adanya  perintah Allah  kepada  Musa  untuk  melengkapi  jumlah  hari  puasanya
menjadi  empat  puluh  hari,  maka  janjinya  itu  tidak  dapat  ditepati  dan  kedatangannya
kembali ke tengah-tengah mereka tertunda menjadi sepuluh hari lebih lama drp yang
telah    dijanjikan.

Bani Isra'il merasa kecewa dan menyesalkan kelambatan kedtgan Nabi Musa kembali ke
tengah-tengah  mrk.  Mrk  menggerutu  dan  mengomel  dengan  melontarkan  kata-kata
kepada Nabi Musa seolah-olah ia telah meninggalkan mrk dalam kegelapan dan dalam
keadaan yang tidak menentu. Mrk merasa seakan-akan telah kehilangan pimpinan yang
biasanya    memberi    bimbingan    dan    petunjuk-petunjuk    kepada    mrk.
Keadaan yang tidak puas dan bingung yang sedang meliputi kelompok Bani Isra'il itu,
digunakan oleh seprg munafiq, bernama Samiri yang telah berhasil menyusup ke tengah-
tengah  mrk,  sebagai  kesempatan  yang  baik  untuk  menyebarkan  benih  syiriknya  dan
merusakkan akidah para pengikut Nabi Musa yang baru saja menerima ajaran tauhid dan
iman kepada Allah. Samiri yang munafiq itu menghasut mrk dengan kata-kata bahwa
Musa telah tersesat dalam tugasnya mencari Tuhan bagi mereka dan bahawa dia tidak
dapat diharapkan kembali dan karena itu dianjurkan oleh Samiri agar mereka mencari
tuhan    lain    sebagai    ganti    dari    Tuhan    Musa.

Samiri  melihat  bahwa  hasutan  itu  dapat  menggoyahkan  iman  dan  akidah  pengikut-
pengikut Musa yang memang belum meresapi benar ajaran tauhidnya segera membuat






patung  bagi  mereka  untuk  disembah  sebagai  tuhan  pengganti  Tuhannya  Nabi  Musa.
PAtung  itu  berbentuk  anak  lembu  yang  dibuatnya  dari  emas  yang  dikumpulkan  dari
perhiasan-perhiasan para wanita. Dengan kepandaian tektiknya patung itu dibuat begitu
rupa sehingga dapat mengeluarkan suara menguap seakan-akan anak lembu sejati yang
hidup. Maka diterimalah anak patung lembu itu oleh Bani Isra'il pengikut Nabi Musa
yang  masih  lemah  iman  dan  akidahnya  itu  sebagai  tuhan  persembahan  mereka.

Ditegurlah  mereka  oleh  Nabi  Harun  yang  berkata:  "Alangkah  bodohnya  kamu  ini!
Tidakkah kamu melihat anak lembu yang kamu sembah ini tidak dapat bercakap-cakap
dengan kamu dan tidak pula dapat menuntun kamu ke jalan yang benar. Kamu telah
menganiaya   diri   kamu   sendiri   dengan   menyembah   pada   sesuatu   selain   Allah."
Teguran Nabi Harun itu dijawab oleh mereka yang telah termakan hasutan Samiri itu
dengan  kata-kata:  "Kami  akan  tetap  berpegang  pada  anak  lembu  ini  sebagai  tuhan
persembahan    kami    sampai    Musa    kembali    ke    tengah-tengah    kami."

Nabi  Harun  tidak  dapat  berbuat  banyak  menghadapi  kaumnya  yang  telah  berbalik
menjadi murtad itu, karena ia khuatir kalau mereka dihadapi dengan sikap yang keras,
akan terjadi perpecahan di antara mereka dan akan menjadi keadaan yang lebih rumit dan
gawat sehingga dapat menyulitkan baginya dan bagi Nabi Musa kelak bila ia datang
untuk mencarikan jalan  keluar dari krisis iman yang melanda kaumnya itu. Ia hanya
memberi  peringatan  dan  nasihat  kepada  mereka  sambil  menanti  kedatangan  Musa
kembali    dari    Thur    Sina.

Dalam  pada  itu,  Nabi  Musa  setelah  selesai  bermunajat  dengan  Tuhan  dan  dalam
perjalanannya  kembali  ke  tempat  di  mana  kaumnya  sedang  menunggu  memperolehi
isyarat tentang apa yang telah terjadi dan dialami oleh Nabi Harun selama ketiadaannya.
Nabi Musa sgt marah dan sedih hati tatkala ia tiba di tempat dan melihat kaumnya sedang
berpesta mengelilingi anak patung lembu emas, menyembahnya dan memuji-mujinya.
Dan karena sgt marah dan sedihnya ia tidak dapat menguasai dirinya, kepingan-kepingan
Taurat  dilemparkan  berantakan. Harun  saudaranya  dipegang rambut kepalanya  ditarik
kepadanya  seraya  berkata  menegur:  "Apa  yang  engkau  buat  tatkala  engkau  melihat
mereka  tersesat  dan  terkena  oleh  hasutan  dan  fitnahan  Samiri?  Tidakkah  engkau
mematuhi  perintahku  dan  pesanku  ketika  aku  menyerahkan  mereka  kepadamu  untuk
engkau  pimpin?  Tidakkah  engkau  berdaya  melawan  hasutan  Samiri  dengan  memberi
petunjuk dan penerangan kepada mereka dan mengapa engkau tidak cepat memadamkan
api    kemurtadan    ini    sebelum    menjadi    besar    begini?"

Harun berkata menanggapi teguran Musa: "Hai anak ibuku, janganlah engkau memegang
jangut dan rambut kepalaku, menarik-narikku. Aku telah berusaha memberi nasihat dan
teguran  kepada  mereka,  namun  mereka  tidak  mengindahkan  kata-kataku.  Mereka
menganggapkan aku lemah dan mengancam akan membunuhku. Aku khawatir jika aku
menggunakan sikap dan tindakan yang keras, akan terjadi perpecahan dan permusuhan di
antara  sesama  kita,   hal  mana  akan   menjadikan   engkau   lebih   marah   dan  sedih.
Lepaskanlah  aku  dan  janganlah  membuatkan  musuh-musuhku  bergembira  melihat
perlakuanmu terhadap diriku. Janganlah disamakan aku dengan orang-orang yang zalim."






Setelah  mereda  rasa  jengkel  dan  sedihnya  dan  memperoleh  kembali  ketenangannya,
berkatalah Nabi Musa kepada Samiri, orang munafiq yang menjadi biang keladi dari
kekacauan dan kesesatan itu: "Hai Samiri, apakah yang mendorongmu menghasut dan
menyesatkan  kaumku,  sehingga  mereka  kembali menjadi  murtad,  menyembah patung
yang    engkau    buatkan    dari    emas    itu?"
Samiri menjawab: "Aku telah melihat sesuatu yang mereka tidak melihatnya. Aku telah
melihat  kuda  malaikat  Jibril.  aku  mengambil  segenggam  tanah  bekas  jejak  telapak
kakinya itu, lalu aku lemparkannya ke dalam emas yang mencair di atas api dan terjadilah
patung anak lembu yang dapat menguak, mengeluarkan suara sebagaimana anak lembu
biasa.Demikianlah    hawa    nafsuku    membujukku    untuk    berbuat    itu."

Berkata Nabi Musa kepada Samiri: "Pergilah engkau dan jauhilah pergaulan manusia
sebab karena perbuatan kamu itu engkau harus dipencilkan dan menjadi tabu {sesuatu
yang terlarang} jika disentuh atau menyentuh seseorang ia akan menderita sakit demam
panas.  Ini  adalah  ganjaranmu  di  dunia,  sedang  di  akhirat  nerakalah  akan  menjadi
tempatmu.  Dan  tuhanmu  yang  engkau  buat  dan  sembah  ini  kami  akan  bakar  dan
campakkannya    ke    dalam    laut."
Kemudian berpalinglah Nabi Musa kepada kaumnya berkata: "Hai kaumku, alangkah
buruknya  perbuatan  yang  kamu  telah  kerjakan  setelah  kepergianku!  Apakah  engkau
hendak mendahului janji Tuhanmu? Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu
janji  yang  baik,  berupa  kitab  suci? Ataukah  engkau  menghendaki  kemurkaan  Tuhan
menimpa atas dirimu, karena perbuatanmu yang buruk itu dan perlanggaranmu terhadap
perintah-perintah    dan    ajaran-ajaranku."

Kaum Musa menjawab: "Kami tidak sesekali melanggar perjanjianmu dengan kemahuan
kami  sendiri,  akan  tetapi  kami  disuruh  membawa  beban-beban  perhiasan  yang  berat
kepunyaan orang Mesir yang atas anjuran Samiri kami lemparkan ke dalam api yang
sedang  menyala.  Kemudian  perhiasan-perhiasan  yang  kami  lemparkan  itu  menjelma
menjadi  patung  anak  lembu  yang  bersuara,  sehingga  dapat  menyilaukan  mata  kepala
kami   dan   menggoyahkan   iman   yang   sudah   tertanam   di   dalam   dada   kami."

Berkata Musa kepada mrk: "Sesungguhnya kamu telah berbuat dosa besar dan menyia-
nyiakan    dirimu    sendiri    dengan    menjadikan    patung    anak    lembu    itu    sebagai
persembahanmu, maka bertaubatlah kamu kepada Tuhan, Penciptamu dan Pencipta alam
semesta dan mohonlah ampun drpnya agar Dia menunjukkan kembali kepada jalan yang
benar."
Akhirnya kaum Musa itu sedar atas kesalahannya dan mengakui bahwa mereka telah
disesatkan  oleh  syaitan  dan  memohon  ampun  dan  rahmat  Allah  agar  selanjutnya
melindungi mereka dari godaan syaitan dan iblis yang akan merugikan mereka di dunia
dan akhirat. Demikian pula Nabi Musa beristighfar memohon ampun baginya dan bagi
Harun saudaranya setalah ternyata bahwa  ia tidak melalaikan tugasnya sebagai wakil
Musa dalam menghadapi krisis iman yang dialami oleh kaumnya. Berdoa Musa kepada
Tuhannya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami berdua ke
dalam  lingkaran  rahmat-Mu  sesungguhnya  Engkaulah  Maha  Pengampun  lagi  Maha
Penyayang."






Setelah suasana yang meliputi hubungan Musa dengan Harun di satu pihak dan hubungan
mereka  berdua  dengan  kaumnya  di  lain  pihak  menjadi  tenang  kembali,  kepingan-
kepingan  Taurat  yang  bertaburan  sudah  dihimpun  dan  disusun  sebagaimana  asalnya,
maka Allah  memerintahkan  kepada  Musa  agar  membawa  sekelompok  dari  kaumnya
menghadap untuk meminta ampun atas dosa mereka menyembah patung anak lembu.
Tujuh puluh orang dipilih oleh Nabi Musa di antara kaumnya untuk diajak pergi bersama
ke Thur  Sina memenuhi  perintah Allah  meminta  ampun atas  dosa  kaumnya.  Mereka
diperintahkan untuk keperluan itu agar berpuasa, mensucikan diri, pakaian mereka dan
pada waktu yang telah ditentukan berangkatlah Nabi Musa bersama tujuh puluh orang itu
menuju    ke    bukit    Thur    Sina.

Setiba mereka di Thur Sina turunlah awan yang tebal meliputi seluruh bukit, kemudian
masuklah  Nabi  Musa  diikuti  para  pengikutnya  ke  dalam  awan  gelap  itu  dan  segera
mereka bersujud. Dan sementara bersujud terdengarlah oleh kelompok tujuh puluh itu
percakapan Nabi Musa dengan Tuhannya. Pada saat itu timbullah dalam hati mereka
keinginan  untuk  melihat  Zat  Allah  dengan  mata  kepala  mereka  setelah  mendengar
percakapan-Nya dengan telinga.Maka setelah selesai Nabi Musa bercakap-cakap dengan
Allah berkatalah mereka kepadanya: "Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami
melihat  Allah  dengan  terang."  Dan  sebagai  jawapan  atas  keinginan  mereka  yang
menunjukkan  keingkaran  dan  ketakaburan  itu,  Allah  seketika  itu  juga  mengirimkan
halilintar    yang    menyambar    dan    merenggut    nyawa    mereka    sekaligus.

Nabi Musa merasa sedih melihat nasib fatal yang menimpa kelompok tujuh puluh orang
yang  merupakan  orang-orang  yang  terbaik  di  antara  kaumnya.  Ia  berseru  memohon
kepada Allah agar diampuni dosa mereka seraya berkata: "Wahai Tuhanku, aku telah
pergi ke Thur Sina dengan tujuh puluh orang yang terbaik di antara kaumku kemudian
aku akan kembali seorang diri, pasti kaumku tidak akan mempercayaiku. Ampunilah dosa
mereka, wahai Tuhanku dan kembalilah kepada mereka nikmat hidup yang Engkau telah
cabut  sebagai  pembalasan  atas  keinginan  dan  permintaan  mereka  yang  durhaka  itu."

Alah  memperkenankan  doa  Musa  dan  permohonannya  dengan  dihidupkan  kembali
kelompok tujuh puluh orang itu, maka bangunlah mereka seakan-akan orang yang baru
sedar dari pengsannya. Kemudian pada kesempatan itu Nai Musa mengambil janji dari
mereka bahwa mereka akan berpegangan teguh kepada kitab Taurat sebagai pedoman
hidup   mereka   melaksanakan   perinta-perintahnya   dan   menjauhi   segala   apa   yang
dilarangnya.


Pokok cerita yang dihuraikan di atas, dikisahkan oleh Al-Quran dalam banyak tempat, di
antaranya surah "Thaha" ayat 85 sehingga 98, surah "Al-A'raaf ayat 149, 151, 154, 155
dan    surah    "Al-Baqarah"    ayat    55,    56,    63    dan    64    sebagai    berikut    :~

"85~  Allah  berfirman:  "Maka  sesungguuhnya  Kami  telah  menguji  kaummu  sesudah
kamu tinggalkan dan mereka telah disesatkan oleh Samiri." 86~ Kemudian Musa kembali
kepada kaumnya, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik?
Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu melanggar perjanjian






dengan  aku?"  87~  Mereka  berkata:  "Kami  sesekali  tidak  melanggar  perjanjian  kamu
dengan  kemahuan  kami  sendiri,  tetapi  kami  disuruh  membawa  beban-beban  dari
perhiasan  kaum  itu,  maka  kami  telah  melemparkannya,  dan  demikian  pula  Samiri
melemparkannya."  88~  Kemudian  Samiri  mengeluarkan  untuk  mrk  anak  lembu  yang
bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah tuhanmu dan tuhan Musa tetapi
Musa telah lupa." 89~ Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahawapatung anak
lembu  itu  tidak  dapat  memberi  jawapan  kepada  mereka  dan  tidak  dapat  memberi
kemudharatan  kepada  mereka  dan  tidak  pula  kemanfaatan?  90~  Dan  sesungguhnya
Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: " Hai kaumku, sesungguhnya kamu itu
hanya diberi cubaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah Tuhan
Yang Maha Pemurah maka ikutilah aku dan taatilah perintahku." 91~ Mereka menjawab:
"Kami  akan  tetap  menyambah  patung  anak  lembu  ini,  hingga  Musa  kembali  kepada
kami." 92~ Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat
telah  tersesat,  93~  {sehingga}  kamu  tidak  mengikuti  aku?  Maka  apakah  kamu  telah
sengaja mendurhakai perintahku?" 94~ Harun menjawab: "Hai putera ibuku, janganlah
kamu  pegang  jangutku  dan  jangan  pula  kepalaku;  sesungguhnya aku  khuatir  bahawa
kamu akan berkata {kepadaku}: " Kamu telah memecah antara Bani Isra'il dan kamu
tidak  memelihara  amanatku."  95~  Berkatalah  Musa:  "Apakah  yang  mendorongmu
{berbuat demikian} hai Samiri?" 96~ Samiri menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang
mereka  tidak  mengetahuinya  maka  aku  ambil  segenggam  aari  jejak  rasul,  lalu  aku
melemparkannya dan demikianlah nafsuku membujukku." 97~ berkata Musa: "Pergilah
kamu,  maka  sesungguhnya  bagi  kamu  di  dalam  kehidupan  di  dunia  ini  hanya  dapat
menyatakan : Janganlah menyantuh {aku}." Dan sesungguuhnya bagimu hukuman {di
akhirat} yang kami sesekali tidak dapat menghindarinya dan lihatlah tuhanmu itu yang
kamu  tetap  menyembahnya.  Sesungguhnya  kami  akan  membakarnya  kemudian  kami
sesungguhnya akan menghamburkannya ke dalam laut {berupa abu yang berserakan}
98~   Sesungguhnya  Tuhanmu   hanyalah  Allah   yang   tidak   ada  Tuhan   selain   Dia.
Pengetahuan-Nya    meliputi    segala    sesuatu."    {    Thaha    :    85    ~    98    }

"149~ Dan setelah mereka sgt menyesali perbuatanya dari mengetahui bahwa mereka
telah sesat, mereka pun berkata: "Sesungguhnya jika Tuhan kami tidak memberi rahmat
kepada kami dan tidak mengampuni kami pastilah kami menjadi orang-orang yang rugi."
{    Al-A'raaf    :    149    }

"151~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami
ke dalam rahmat Engkau dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para Penyayang."
{    Al-A'raaf    :    151    }

"154~ Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya kembali luh-luh {Taurat} itu;
dan dalam tulisannya terdpt petunjuk dan rahmatbutk orang-orang yang takut kepada
Tuhannya.   155~   Dan   Musa   memilih   tujuh   puluh   orang   dari   kaumnya   untuk
{memohonkan taubat kepada Kami} pada waktu yang telah Kami tentukan. Mak ketika
mereka digoncang genpa bumi Musa berkata: "Ya Tuhanku! kalau Engkau kehendaki
tentulah Engkau telah membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau akan
membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang krg akal di antara kami? Itu
hanyalah cubaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cubaan itu siapa yang Engkau






kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah
yang memimpin kami maka ampunilah kami dan berikanlah kepada kami rahmat dan
Engkaulah    Pemberi    ampun    sebaik-baiknya."    {    Al-A'raaf    :    154    ~    155    }

"55~  Dan  {ingatlah}  ketika  kamu  berkata:  "Hai  Musa,  kami  tidak  akan  beriman
kepadamu,  sebelum  kami  melihat  Allah  dengan  terang  karena  itu  kamu  disambar
halilintar,  sedang  kamu  menyaksikannya"  56~  Setelah  itu  Kami  bangkitkan  kamu
sesudah   kamu   mati,   supaya   kamu   bersyukur."   {   Al-Baqarah   :   55   ~   56   }

"63~  Dan  {ingatlah}  ketika  Kami  mengambil  janji  dari  kamu  dan  Kmai  angkatkan
gunung { Thur Sina } di atas {seraya Kami berfirman} : "Peganglah teguh-teguh apa
yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu
bertakwa. Kemudian kamu berpaling setelah {adanya perjanjian} itu, maka kalau tidak
ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atasmu, nescaya kamu tergolong orang yang rugi."
{ Al-Baqarah : 63 ~ 64 }


Bani Isra'il mengembara tidak berketentuan tempat tinggalnya

Tidak kurang-kurang kurniaan Allah yang diberikan kepada kaum Bani Isra'il. Mereka
telah   dibebaskan   dari   kekuasaan   Fir'aun   yang   kejam   yang   telah   menindas   dan
memperhambakan  mereka  berabad-abad  lamanya.  Telah  diperlihatkan  kepada  mereka
bagaimana  Allah  telah  membinasakan  Fir'aun  ,  musuh  mereka  tenggelam  di  laut.
Kemudian tatkala mereka berada di tengah-tengah padang pasir yang kering dan tandus,
Allah  telah  memancarkan  air  dari  sebuah  batu  dan  menurunkan  hidangan  makanan
"Manna    dan    Salwa"    bagi    keperluan    mereka.

Di samping itu Allah mengutuskan beberapa orang rasul dan nabi dari kalangan mererka
sendiri untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada mereka. Akan tetapi kurnia dan
nikmat Allah yang susul-menyusul yang diberikan kepada mereka, tidaklah mengubah
sifat-sifat mereka yang tidak mengenal syukur, berkeras kepala dan selalu membangkang
terhadap    perintah    Allah    yang    diwahyukan    kepada    rasul-Nya.
Demikianlah   tatkala  Allah   mewahyukan   perintah-Nya   kepada   Nabi   Musa   untuk
memimpin  kaumnya  pergi  ke  Palestin,  tempat  suci  yang  telah  dijanjikan  oleh Allah
kepada Nabi Ibrahim untuk menjadi tempat tinggal anak cucunya, mereka membangkang
dan enggan melaksanankan perintah itu. Alasan penolakan mereka ialah karena mereka
harus menghadapi suku "Kana'aan" yang menurut anggapan mereka adalah orang-orang
yang kuat dan perkasa yang tidak dapat dikalahkan dan diusir dengan aduan kekuatan.
Mereka tidak mempercayai janji Allah melalui Musa, bahwa dengan pertolongan-Nya
mereka  akan  dapat  mengusir  suku  Kan'aan  dari  kota  Ariha  untuk  dijadikan  tempat
pemukiman    mereka    selama-lamanya.

Berkata mereka tanpa malu, menunjuk sifat pengejutnya kepada Musa: "Hai Musa, kami
tidak akan memasuki Ariha sebelum orang-orang suku Kan'aan itu keluar. KAmi tidak
berdaya  menghadapi  mereka  dengan  kekuatan  fizikal  kerana  mereka  telah  terkenal
sebagai   orang-orang   yang   kuat   dan   perkasa.   Pergilah   engkau   berserta  Tuhanmu






memerangi dan mengusir orang-orang suku Kan'aan itu dan tinggalkanlah kami di sini
sambil    menanti    hasil    perjuanganmu."
Naik pitamlah Nabi Musa melihat sikap kaumnya yang pengecut itu yang tidak mau
berjuang  dan  memeras  keringat  untuk  mendapat  tempat  pemukiman  tetapi  ingin
memperolehnya   secara   hadiah   atau   melalui   mukjizat   sebagaimana   mereka   telah
mengalaminya dan banyak peristiwa. Dan yang menyedihkan hati Musa ialah kata-kata
mengejek mereka yang menandakan bahwa dada mereka masih belum bersih dari benih
kufur    dan    syirik    kepada    Allah.

Dalam keadaan marah setelah mengetahui bahawa tiada seorang drp kaumnya yang akan
mendampinginya melaksanakan perintah Allah itu, berdoalah Nai Musa kepada Allah:
"Ya  Tuhanku,  aku  tidak  menguasai  selain  diriku  dan  diri  saudaraku  Harun,  maka
pisahkanlah kami dari orang-orang yang fasiq yang mengingkari nikmat dan kurnia-Mu."
Sebagaimana hukuman bagi Bani Isra'il yang telah menolak perintah Allah memasuki
Palestin, Allah mengharamkan negeri  itu atas  mereka  selama empat puluh  tahun dan
selama itu mereka akan mengembara berkeliaran di atas bumi Allah tanpa mempunyai
tempat mukim yang tetap. Mereka hidup dalam kebingungan sampai musnahlah mereka
semuanya dan datang menyusul generasi baru yang akan mewarisi negeri yang suci itu
sebagaimana   yang   telah   disanggupkan   oleh   Allah   kepada   Nabi   Ibrahim   a.s.

Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-Maidah
ayat    20    sehingga    ayat    26    sebagaimana    berikut    :~

"20~  Dan  {ingatlah}  ketika  Musa  berkata  kepada  kaumnya:  "Hai  kaumku,  ingatlah
nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikannya
kamu orang-orang merdeka dan diberi-Nya kepada mu apa yang belum pernah diberi-
Nya kepada seorang pun di antara umat-umat yang lain." 21~ HAi kaumku, masuklah ke
tanah suci {Palestin} yang telah ditentukan oleh Allah bagimu dan janganlah kamu lari
kebelakang {karena takut kepada musuh} maka kamu akan menjadi orang-orang yang
rugi. 22~ Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang
yang  gagah  perkasa  sesungguhnya  kami  tidak  sesekali  akan  memasukinya  sebelum
mereka keluar drpnya. Jika mereka keluar drpnya, pasti kami akan memasukinya" 23~
Berkatalah dua orang di antara orrg-orang yang takut {kepada Allah} yang Allah telah
memberi nikmat atas keduanya: " Serbulah mereka melalui pintu gerbang {kota} itu,
maka bila kamu memasukinya nescaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah
hendaklah  kamu  bertawakkal,  jika  kamu  orang-orang  yang  beriman."  24~  Mereka
berkata: "Hai Musa, kami sesekali tidak akan memasuki selama-lamanya selagi mereka
ada di dalamnya karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu
berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja." 25~ Berkata Musa: "Ya
Tuhanku,   aku   tidak   menguasai   kecuali   diriku   sendiri   dan   saudaraku.   Sebab   itu
pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasiq itu." 26~ Allah berfirman : {Jika
demikian} maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh
tahun  {selama  itu}  mereka  akan  berpusing-pusing  kebingungan  di  bumi  itu.  Maka
janagnlah kamu bersedih hati {memikirkan nasib} orang-orang yang fasiq itu." { Al-
Maidah : 20 ~ 26 }







Kisah sapi Bani Isra'il

Salah satu dari beberapa mukjizat yang telah dinerikan oleh Allah kepada Nabi Musa
ialah    penyembelihan    sapi    yang    terkenal    dengan    sebutan    sapi    Bani    ISra'il.
Dikisahkan  bahwa  ada  seorang  anak  laki-laki  putera  tunggal  dari  seorang  kaya-raya
memperolehi warisan harta peninggalan yang besar dari ayahnya yang telah wafat tanpa
meninggalkan    seorang    pewaris    selain    putera    tunggalnya    itu.
Saudara-saudara  sepupu  dari  putera  tunggal  itu  iri  hati  dan  ingin  menguasai  harta
peninggalan yang besar itu atau setidak-tidaknya sebahagian daripadanya. Dan kerana
menurut hukum yang berlaku pada waktu itu yang tidak memberikan hak kepada mereka
untuk memperoleh walau sebahagian dari peninggalan bapa saudara mereka , mereka
bersekongkol untuk membunuh saudara sepupu pewaris itu, sehingga bila ia sudah mati
hak    atau    warisan    yang    besar    itu    akan    jatuh    kepada    mereka.

Pembunuh  atas  pewaris  sah  itu  dilaksanakan  menurut  rencana  yang  tersusun  rapi
kemudian  datanglah  mereka  kepada  Nabi  Musa  melaporkan,  bahwa  mereka  telah
menemukan   saudara   sepupunya   mati   terbunuh   oleh   seorang   yang   tidak   dikenal
identitinya  mahupun  tempat  di  mana  iamenyembunyikan  diri.  Mereka  mengharapkan
Nabi  Musa  dapat  menyingkap  tabir  yang  menutupi  peristiwa  pembunuhan  itu  serta
siapakah    gerangan    pembunuhnya.
Utk keperluan itu, Nabi Musa memohon pertolongan Allah yang segera menwahyukan
perintah  kepadanya  agar  ia  menyembelih  seekor  sapi  dan  dengan  lidah  sapi  yang
disembelih  itu  dipukullah  mayat  sang  korban  yang  dengan  izin  Allah  akan  bangun
kembali memberitahukan siapakah sebenarnya yang telah melakukan pembunuhan atas
dirinya.

Tatkala Nabi Musa menyampaikan cara yang diwahyukan oleh Allah itu kepada kaumnya
ia ditertawakan dan diejek karena akal mereka tidak dapat menerima bahwa hal yang
sedemikian itu boleh terjadi. Mereka lupa bahwa Allah telah berkali-kali menunjukkan
kekuasaan-Nya melalui mukjizat yang diberikan kepada Musa yang kadang kala bahkan
lebih hebat dan lebih sukar untuk diterima oleh akal manusia berbanding mukjizat yang
mereka    hadapi    dalam    peristiwa    pembunuhan    pewaris    itu.
Berkata  mereka  kepada  Musa  secara  mengejek:  "Apakah  dengan  cara  yang  engkau
usulkan itu, engkau bermaksud hendak menjadikan kami bahan ejekan dan tertawaan
orang? Akan tetapi kalau memang cara yang engkau usulkan itu adalah wahyu, maka
cubalah tanya kepada Tuhanmu, sapi betina atau jantankah yang harus kami sembelih?
Dan apakah sifat-sifatnya serta warna kulitnya agar kami tidak dapat salah memilih sapi
yang    harus    kami    sembelih?"

Musa menjawab: "Menurut petunjuk Allah, yang harus disembelih itu ialah sapi betina
berwarna  kuning  tua,  belum  pernah  dipakai  untuk  membajak  tanah  atau  mengairi
tanaman    tidak    cacat    dan    tidak    pula    ada    belangnya."
Kemudian dikirimkanlah orang ke pelosok desa dan kampung-kampung mencari sapi
yang dimaksudkan itu yang akhirnya diketemukannya pd seorang anak yatim piatu yang
memiliki sapi itu sebagai satu-satunya harta peninggalan ayahnya serta menjadi satu-






satunya sumber nafkah hidupnya. Ayah anak yatim itu adalah seorang fakir miskin yang
soleh,  ahli  ibadah  yang  tekun  yang  pada  saat  mendekati  waktu  wafatnya,  berdoalah
kepada   Allah   memohon   perlindungan   bagi   putera   tunggalnya   yang   tidak   dapat
meninggalkan warisan apa-apa baginya selain seekor sapi itu. Maka berkat doa ayah yang
soleh  itu  terjuallah  sapi  si  anak  yatim  itu  dengan  harga  yang  berlipat  ganda  karena
memenuhi   syarat   dan   sifat-sifat   yang   diisyaratkan   oleh   Musa   untuk   disembelih.

Setelah disembelih sapi yang dibeli dari anak yatim itu, diambillah lidahnya oleh Nabi
Musa, lalu dipukulkannya pada tubuh mayat, yang seketika bangunlah ia hidup kembali
dengan izin Allah, menceritakan kepada Nabi Musa dan para pengikutnya bagaimana ia
telah    dibunuh    oleh    saudara-saudara    sepupunya    sendiri.
Demikianlah mukjizat Allah yang kesekian kalinya diperlihatkan kepada Bani Isra'il yang
keras  kepala  dan  keras  hati  itu  namun  belum  juga  dapat  menghilangkan  sifat-sifat
congkak dan membangkang mereka atau mengikis-habis bibit-bibit syirik dan kufur yang
masih    melekat    pada    dada    dan    hati    mereka.

Ayat-ayat Al-Quran yang mengisahkan pokok cerita di atas, terdapat dalam surah "Al-
Baqarah    ayat    67    sehingga    73    sebagaimana    tersebut    di    bawah    ini    :~

"67~  Dan  {ingatlah}  ketika  Musa  berkata  kepada  kaumnya:  "Sesungguhnya  Allah
menyuruh  kamu  menyembelih  sapi  betina."  Mereka  berkata:  "Apakah  kamu  hendak
menjadikan  kami  buah  ejekan."  Musa  menjawab:  "Aku  berlindung  kepada Allah  drp
menjadi  salah  seorang  dari  orang-orang  yang  jahil."  68~  Mrk  menjawab:  "Mohonlah
kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami sapi betina apakah itu?
Musa  menjawab:  "Sesungguhnya Allah  berfirman  bahwa  sapi  betina  itu  adalah  sapi
betina yang tidak tua dan tidak muda pertengahan antara itu maka kerjakanlah apa yang
telah diperintahkan kepadamu." 69~ Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu
untuk  kami  agar  Dia  menerangkan  kepada  kami  apakah  warnanya.  Musa  menjawab:
"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning tua
warnanya,  lagi  menyenangkan  orang-orang  yang  memandangnya."  70~  Mrk  berkata:
"Mohonkanlah  kepada  Tuhanmu  untuk  kami  agar  Dia  menerangkan  kepada  kami
bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu {masih} samar bagi
kami  dan  sesungguhnya  kami  insya-Allah  akan  dat  petunjuk."  71~  Musa  berkata:
"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina adalah sapi betina yang belum pernah
dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak cacat, tidak
ada  belangnya."  Mereka  berkata:  "Sekarang  barulah  kamu  menerangkan  hakikat  sapi
betina yang sebenar." Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak
melaksanakan perintah itu. 72~ Dan {ingatlah} ketika kamu membunuh seorang manusia
lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang
selama ini kamu sembunyikan. 73~ Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan
sebahagian anggota sapi betina itu." Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-
orang  yang  telah  mati  dan  memperlihatkan  padamu  tanda-tanda  kekuasaan-Nya  agar
kamu mengerti." { Al-Baqarah : 67 ~ 73 }

Nabi Musa A.S. dan Al-Khidir






Pada suatu ketika berpidatolah Nabi Musa di depan kaumnya Bani Isra'il. Ia berdakwah
kepada mereka, memberi nasihat dengan mengingatkan kepada mereka akan kurnia dan
nikmat Allah yang telah dicurahkan kepada mereka yang sepatutnya diimbangi dengan
syukur   dan   pelaksanaan   ibadah   yang   tulus,   melakukan   segala   perintah-Nya   dan
meninggalkan segala larangan-Nya. Kepada mereka yang beriman, bertaat dan bertakwa,
Nabi Musa menjanjikan pahala syurga dan bagi mereka yang mengingkari nikmat Allah
diancam    dengan    seksa    api    neraka.

Begitu  Nabi  Musa  mengakhiri  pidatonya  bangunlah  di  antara  para  hadiri  bertanya
kepadanya:  "Wahai  Musa,  siapakah  di  atas  bumi Allah  ini  paling  pandai  dan  paling
berpengetahuan?" "Aku", jawab Musa. Apakah tidak ada kiranya orang yang lebih pandai
dan lebih berpengetahuan daripadamu?" Tanya lagi si penanya itu. "Tidak ada" , ujar
Musa seraya berkata dalam hati kecilnya: " Bukankah aku Nabi terbesar di antara Bani
Isra'il? Aku  adalah  penakluk  Fir'aun,  pemegang  berbagai  mukjizat,  yang  telah  dapat
membelah laut dengan tongkatku dan akulah yang memperoleh kesempatan bercakap-
cakap langsung dengan Tuhan. Maka kemuliaan apa lagi yang dapat melebihi kemuliaan
serta kebesaran yang aku capai itu, yang belum pernah dialami dan dicapai oleh sesiapa
pun    sebelum    aku."

Rasa sombong dan keunggulan diri yang tercermin dalam kata-kata Nabi Musa, dicela
oleh Allah  yang  memperingatkan  kepadanya  bahwa  ilmu  itu  adalah  lebih  luas  untuk
dimiliki oleh seseorang walaupun ia adalah seorang rasul dan bahwa bagaimana luasnya
ilmu dan pengetahuan seseorang, nescaya akan terdapat orang lain yang lebih pandai dan
lebih alim daripadanya. Selanjutnya untuk melanjutkan kekurangan yang ada pada diri
Nabi Musa Allah memerintahkan kepadanya agar menemui seorang hamba-Nya di suatu
tempat di mana dua lautan bertemu. Hamba yang soleh yang telah diberinya rahmat dan
ilmu oleh Allah itu akan memberi tambahan pengetahuan dan ilmu kepada Nabi Musa
sehingga dapat menjadikan sedar bahwa tiada manusia yang dapat membanggakan diri
dengan mengatakan bahwa akulah orang yang terpandai dan berpengetahuan luas di atas
bumi    ini.

Berkata Musa kepada Tuhan: "Wahai Tuhanku, aku akan pergi mencari hamba-Mu yang
soleh itu, bagi memperolehi bunga api ilmunya dan mendapat titisan air pengetahuan dan
ilham    yang    Engkau    telah    berikan    kepadanya."
Allah berfirman kepada Musa: "Bawalah seekor ikan didalam sebuah keranjang dalam
perjalananmu  mencari  dia  dan  ketahuilah  bahwa  di  tempat  di  mana  engkau  akan
kehilangan ikan di dalam keranjang itu, di situ engkau akan menemui hamba-Ku yang
soleh  itu."  Nabi  Musa  menyiapkan  diri  untuk  perjalanan  yang  jauh,  didampingi  oleh
"Yusya' bin Nun" seorang drp para pengikutnya yang setia. Ia membawa bekal makanan
dan  minuman  di  antaranya  sebuah  keranjang  yang  terisi  seekor  ikan  sesuai  dengan
petunjuk Allah. Ia berkeras hati tidak akan kembali sebelum ia dapat menemui hamba
yang  soleh  itu  walaupun  ia  harus  melakukan  perjalanan  yang  berbulan-bulan  bahkan
bertahun-tahun bila perlu. Ia berpesan kepada teman sepejalanannya Yusya' bin Nun agar
segera memberitahu kepadanya bilamana ikan yang di dalam keranjang yang dibawanya
itu    hilang.






Tatkala Nabi Musa nerserta Yusya' bin Nun sampai di mana dua lautan bertemu yang
telah diisyaratkan dalam firman Allah kepadanya, tertidurlah ia di atas sebuah batu yang
besar yang berada di tepi lautan. Pada saat ia lagi tidur nyenyak, turunlah hujan rintik-
rintik, membasahi seekor di dalam keranjang itu dan tanpa mereka ketahui melompatlah
ikan    tersebut    itu    masuk    ke    dalam    laut.
Setelah Musa terjaga dari tidurnya, bangunlah mereka meneruskan perjalanan yang tidak
menentu arah mahupun tujuan. Dan dalam perjalanan yang sudah agak jauh, berhentilah
Musa beristirehat sekadar untuk menghilangkan rasa penatnya seraya meminta dari Yusya
bin Nun agar menyiapkan santapannya karena ia sudah sgt lapar. Ketika Yusya bin Nun
membuka  keranjang  untuk  mengambil  makanan  teringatlah  olehnya  akan  ikan  yang
hilang dan melompat ke dalam laut. Maka berkatalah Yusya' kepada Nabi Musa: "Aku
telah dilupakan oleh syaitan untuk memberitahu kepadamu segera, bahwa tatkala engkau
berada  di  atas  batu  karang  sedang  tidur  nyenyak,  ikan  kami  yang  berada  di  dalam
keranjang tiba-tiba hidup kembali setelah kejatuhan air hujan dan melompat masuk ke
dalam laut. Sepatutnya aku melapurkan kkepadamu segera, sesuai dengan pesananmu,
namun    aku    dilupakan    oleh    syaitan."

Wajah  Nabi  Musa  berseri-seri  menjadi  kegirangan  mendengar  berita  itu  dari  Yusya'
karena telah dapat mengetahui di mana ia akan dapat bertemu dengan hamba Allah yang
dicari itu. Berkata Musa kepada Yusya': "Inilah tempat yang kami tuju dan disini kami
akan menemui orang yang kami cari. Marilah kami kembali ke tempat batu karang itu
yang   menjadi   tempat   tujuan   terakhir   dari   perjalanan   kami   yang   jauh   ini."
Setiba  mereka  kembali  di  tempat  di  mana  mereka  kehilangan  ikan,  mereka  melihat
seorang  bertubuh kurus langsing yang  pada wajahnya tampak cahaya  dan iman  serta
tanda-tanda  orang  soleh.  Ia  sedang  menutpi  tubuhnya  dan  pakaiannya  sendiri,  yang
segera   disingkapnya   ketika   mendengar   kata-kata   salam   Nabi   Musa   kepadanya.

"Siapakah  engkau?"  bertanya  orang  soleh  itu.  Musa  menjawab:  "Aku  adalah  Musa."
Bertanya    kembali    orang    soleh    itu:    "Musa,    nabi    Bani    Isra'ilkah?"
"Betul", jawab Musa, seraya bertanya: "Dari manakah engkau mengetahui bahawa aku
adalah    Nabi    Bani    Isra'il?"
"Dari yang mengutusmu kepadaku", jawab orang soleh itu. "Inilah hamba Allah yang aku
cari",  berkata  Musa  dalam  hatinya,  seraya  mendekatinya  dan  berkata  kepadanya:
"Dapatkah engkau memperkenankan aku mengikutimu dan berjalan bersamamu ke mana
saja engkau pergi sebagai bayanganmu dan sebagai muridmu? Aku akan mematuhi segala
petunjuk    dan    perintahmu."

Hamba  soleh  atau  menurut  banyak  pendapat  ahli-ahli  tafsir  Nabi  Al-Khidhir  itu
menjawab:  "Engkau  tidak  akan  sabar  dan  tidak  dapat  menahan  diri  bila  engkau
mengikutiku dan berjalan bersamaku. Engkau akan mengalami dan melihat hal-hal yang
ajaib yang sepintas lalu nampak seakan-akan perbuatan yang salah dan mungkar namun
pada hakikatnya adalah perbuatan benar dan wajar dab engkau sebagai manusia tidak
akan berdiam diri melihatku melakukan perbuatan dan tingkah laku yang ganjil menurut
pandanganmu."

Musa  menjawab  dengan  sikap  seorang  murid  yang  ingin  belajar  dan  menambah






pengetahuan : "Insya-Allah engkau akan mendapati aku seorang yang sabar yang tidak
akan    melanggar    sesuatu    perintah    atau    petunjuk    daripadamu."
Berkata  Al-Khidhir  kepada  Musa:  "JIka  engkau  benar-benar  ingin  mengikutiku  dan
berjalan bersamaku maka engkau harus berjanji tidak akan mendahului bertanya tentang
sesuatu sebelum aku memberitahukan kepadamu. Engkau harus berjanji bahwa engkau
tidak akan menentang segala perbuatan dan tindakan yang aku lakukan dihadapan mu
walaupun menurut pandanganmu itu salah dan mungkar. Aku dengan sendirinya memberi
alasan dan tafsiran bagi segala tindakan dan perbuatanmu kepadamu kelak pada akhir
perjalanan    kami    berdua."

Dengan   diterimanya   pesyaratan   Nabi  Al-Khidhir   oleh   Musa   yang   berjanji   akan
mematuhinya bulat-bulat, maka diajaklah Nabi Musa  mengikutinya  dalam perjalanan.
Pelanggaran pertama terhadap persyaratan Al-Khidhir terjadi tatkala mereka sampai di
tepi pantai, di mana terdapat sebuah perahu sedang berlabuh. Nabi Al-Khidhir meminta
pertolongan pemilik perahu itu, agar menghantar mereka di suatu tempat yang di tuju.
Dengan senang hati diangkutlah mereka berdua secara percuma tanpa bayaran bahkan
dihormati dan diberi layanan yang baik kerana dilihatnya oleh pemilik perahu bahwa
kedua orang itu memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak terdapat pada orang biasa.

Tatkala  mereka  berada  dalam  perut  perahu  yang  sedang  meluncur  dengan  lajunya  di
antara gelombang-gelombang tiba-tiba Musa melihat Al-Khidhir melubangi perahu itu
dengan mengambil dua keping kayunya. Perbuatan mana yang dianggap oleh Musa suatu
gangguan  dan  pengrusakan  bagi  milik  seseorang  yang  telah  berbuat  baik  terhadap
mereka.
Musa lupa akan janjinya sendiri dan ditegulah Al-Khidhir dengan berkata: "Engkau telah
melakukan  perbuatan  mungkar  dengan  merusak  dan  melubangi  perahu  ini.  Apakah
dengan perbuatan kamu ini engkau hendak menenggelamkan perahu ini dengan semua
penumpangnya? Tidakkah engkau merasa kasihan kepada pemilik perahu ini yang telah
berjasa kepada kami dan menghantarkan kami ke tempat yang kami tuju tanpa membayar
sesen    pun?"

Berkata Al-Khidhir menjawab teguran Musa: "Bukankah aku telah katakan kepadamu
bahawa  engkau  tidak  akan  sabar  menahan  diri  melihat  tindak-tandukku  di  dalam
perjalanan    menyertaiku."
Musa berkata: "Maafkanlah daku. Aku telah lupa akan janjiku sendiri. Janganlah aku
dipersalahkan    dan    dimarahi    akan    kelupaanku."
Permintaan maaf Musa diterimalah oleh Al-Khidhir dan tibalah meeka berdua di tempat
yang dituju di sebuah pantai. Kemudian perjalanan dilanjutkan di darat dan bertemulah
mereka  dengan  seorang  anak  laki-laki  yang  sedang  bermain-main  dengan  kawan-
kawannya. Tiba-tiba dipanggillah anak itu oleh Al-Khidhir, dibawanya ke tempat yang
agak jauh, dibaringkannya dan dibunuhnya seketika itu. Alangkah terperanjatnya Musa
melihat   tindakan  Al-Khidhir   yang   dengan   sewenang-wenangnya   telah   membunuh
seorang  anak  yang  tidak  berdosa,  seorang  yang  mungkin  sekali  dalam  fikiran  Musa
adalah    harapan    satu-satunya    bagi    kedua    orang    tuanya.

Musa sebagai Nabi yang diutus oleh Allah untuk memerangi kemungkaran dan kejahatan






tidak dapat berdiam diri melihat Al-Khidhir melakukan pembunuhan yang tiada beralasan
itu, maka ditegurlah ia seraya berkata: "Mengapa engkau telah membunuh seorang anak
yang tidak berdosa? Sesungguhnya engkau telah melakukan perbuatan yang mungkar dan
keji."
Al-Khidhir menjawab dengan sikap dinginnya: "Bukankah aku telah berkata kepadamu,
bahwa    engkau    tidak    akan    sabar    menahan    diri    berjalan    dengan    aku?"

Dengan rasa malu mendengar teguran Al-Khidhir itu, berucaplah Musa: "Maafkanlah aku
untuk kedua kalinya dan perkenankanlah untuk aku meneruskan perjalanan bersamamu
dengan pergertian bahwa bila terjadi lagi perlanggaran dari pihakku untuk kali ketiganya,
maka janganlah aku diperbolehkan menyertaimu seterusnya.Sesungguhnya telah cukup
engkau    memberi    uzur    dan    memberi    maaf    kepadaku."
Dengan janji terakhir yang diterima oleh Al-Khidhir dari Musa diteruskanlah perjalanan
mereka  berdua  sampai  tiba  di  suatu  desa  di  mana  mereka  ingin  beristirehat  untuk
menghilangkan  lelah  dan  penat  mereka  akibat  perjalanan  jauh  yang  telah  ditempuh.
Mereka  berusaha  untuk  mendapat  tempat  penginapan  sementara  dan  sedikit  bahan
makanan untuk sekadar mengisi perut kosong mereka, namun tidak seorang pun dari
penduduk desa yang memang terkenal bachil {pelit} itu yang mahu menolong mereka
memberi tempat beristirehat atau sesuap makanan sehingga dengan rasa kecewa mereka
segera    meninggalkan    desa    itu.

Dalam  perjalanan  Musa  dan Al-Khidhir  hendak  keluar  dari  desa  itu  mereka  melihat
dinding salah satu rumah desa itu nyaris roboh. Segera AL-Khidhir menghampiri dinding
itu dan ditegakkannya kembali. Dan secara spontan, tanpa disedar, berkata Musa kepada
Al-Khidhir: "Hairan bin ajaib, mengapa engkau berbuat kebaikan bagi orang0orang yang
jahat dan pelit ini. Mereka telah menolak untuk memberi kepada kami tempat istirehat
dan sesuap makanan untuk perut kami yang lapar. Sepatutnya engkau menuntut upah bagi
usahamu menegakkan dinding itu, agar dengan upah yang engkau perolehi itu dapat kami
menutupi    keperluan    makan    minum    kami."

Al-Khidhir  menjawab:  "Wahai  Musa,  inilah  saat  untuk  kami  berpisah  sesuai  dengan
janjimu yang terakhir. Cukup sudah aku memberimu kesempatan dan uzur. Akan tetapi
sebelum  kami  berpisah  ,  akan  aku  berikan  kepadamu  tujuan  serta  alasan-alasan
perbuatan-perbuatanku    yang    engkau    rasakan    tidak    wajar    dan    kurang    patut."
"Ketahuilah   hai   Musa",  Al-Khidhir   melanjutkan   huraiannya,"bahawa   pengrusakan
bahtera  yang  kami  tumpangi  itu  adalah  dimaksudkan  untuk  menyelamatkannya  dari
pengambil-alihan  oleh  seorang  raja  yang  zalim  yang  sedang  mengejar  di  belakang
bahtera itu. Sedang bahtera itu adalah milik orang-orang fakir-miskin yang digunakan
sebagai sarana mencari nafkah bagi hidup mereka sehari-hari. Dengan melubangi yang
aku  lakukan  dalam  bahtera  itu,  si  raja  yang  zalim  itu  akan  berfikir  dua  kali  untuk
merampas bahtera itu yang dianggapnya rusak dan berlubang itu. Maka perbuatanku yang
pada    lahirnya    adalah    pengrusakan    milik    orang,    namun    tujuannya    ialah
menyelamatkannya    dari    tindakan    perampasan    sewenang-wenangnya."

"Adapun tentang anak yang aku bunuh itu ialah bertujuan menyelamatkan kedua orang
tuanya dari gangguan anak yang durhaka itu. Kedua orang tua anak itu adalah orang-






orang yang mukmin, soleh dan bertakwa yang aku khuatirkan akan menjadi tersesat dan
melakukan hal-hal yang buruk karena dorongan anaknya yang durhaka itu. Aku harapkan
dengan matinya anak itu Allah akan mengurniai anak pengganti yang soleh dan berbakti
kepada    mereka    berdua."
Sedang mengenai dinding rumah yang ku perbaiki dan ku tegakkan kembali itu adalah
karena dibawahnya terpendam harta peninggalan milik dua orang anak yatim piatu. Ayah
mereka adalah orang yang soleh ahli ibadah dan Allah menghendaki bahwa warisan yang
ditinggalkan  untuk  kedua  anaknya  itusampai  ketangan  mereka  selamat  dan  utuh  bila
mereka sudah mencapai dewasanya, sebagai rahmat dari Tuhan serta ganjaran bagi ayah
mereka    yang    soleh    dan    bertakwa    itu."

"Demikianlah  wahai  Musa,  apa  yang  ingin  engkau  ketahui  tentang  tujuan  tindakan-
tindakanku yang sepintas lalu engkau anggap buruk dan melanggar hukum. Semuanya itu
telah  kulakukan  bukan  atas  kehendakku  sendiri  tetapi  atas  tuntunan  wahyu  Allah
kepadaku."


Kisah Musa dan Al-Khidir ini dapat dibaca dalam surah "Al-Kahfi" ayat 60 sehingga ayat
82    yang    bermaksud    :~
"60~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti
berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan atau aku akan berjalan sampai
bertahun-tahun." 61~ Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua laut itu, mereka
lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. 62~ Maka
tatkala mereka berjalan lebih jauh berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari
makanan  kita  sesungguhnya  kita  telah  merasa  letih  karena  perjalanan  kita  ini."  63~
Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi,
maka sesungguhnya aku lupa menceritakan tentang ikan itu dan tidaklah yang melupakan
aku  untuk  menceritakannya  kecuali  syaitan  dan  ikan  itu  mengambil  jalannya  ke  laut
dengan cara yang aneh sekali." 64~ Musa berkata: "Itulah tempat yang kita cari." Lalu
keduanya kembali, mengikuti jejak mereka sendiri. 65~ Lalu mereka bertemu dengan
seorang  hamba  di  antara  hamba-hamba  Kami,  yang  telah  Kami  berikan  kepadanya
rahmat dari sisi Kami dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. 66~
Musa  berkata  Al-Khidhir:  "Bolehkah  aku  mengikutimu  supaya  kamu  mengajarkan
kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" 67~ Dia
menjawab: "Sesungguhnya kamu sesekali kamu tidak akan sanggup sabar bersamaku,
68~  dan  bagaimana  kamu  dapat  sabar  atas  sesuatu,  yang  kamu  belum  mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" 69~ Musa berkata: "Insya-Allah kamu akan
mendapati  aku  sebagai  seorang  yang  sabar  dan  aku  tidak  akan  menentangmu  dalam
sesuatu urusan pun." 70~ Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu
menanyakan  kepadaku  tentang  sesuatu  apa  pun,  sampai  aku  sendiri  menerangkannya
kepadamu." 71~ Maka berjalanlah keduanya, hingga keduanya menaiki perahu, lalu Al-
Khidhir  melubanginya.  Musa  berkata:  "Mengapa  kamu  melubangi  perahu  itu  yang
akibatnya kamu menenggelamkan penumpamgnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat
sesuatu  kesalahan  yang  besar.  72~  Dia  {Al-Khidhir}  berkata:  "Bukankah  aku  telah
katakan: "Sesungguhnya kamu sesekali tidak akan sabar bersama dengan aku." 73~ Musa
berkata:  "Janganlah  kamu  menghukum  aku  kerana  kelupaanku  dan  janganlah  kamu






membebani  aku  dengan  sesuatu  kesulitan  dalam  urusanku,"  74~  Maka  berjalanlah
keduanya hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang pemuda maka Al-Khidhir
membunuhnya. Musa berkata : "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan kerana
dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar."
75~ Al-Khidhir berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya
kamu  tidak  akan  dapat  sabar  bersamaku?"  76~  MUsa  berkata:  "Jika  aku  bertanya
kepadamu tentang sesuatu sesudah {kali ini} maka janganlah kamu memperbolehkan aku
menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku." 77~ Maka
keduanya berjalan hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk negeri itu tetapi
penduduk  negeri  itu  tidak  mahu  menjamu  mereka  kemudian  keduanya  dapati  dalam
negeri itu ada dinding rumah yang hampir roboh, maka Al-Khidhir menegakkan dinding
itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mahu nescaya kamu akan mengambil upah untuk itu."
78~ Al-Khidhir  berkata  :  "Inilah  perpisahan  antara  aku  dengan  kamu  kelak  akan  ku
beritahukan   kepadamu   tujuan   perbuatan-perbuatan   yang   kamu   tidak   dapat   sabar
terhadapnya. 79~ Adapun bahter itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja
di laut dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu kerana di hadapan mereka ada seorang
raja yang merampas tiap-tiap bahtera. 80~ Dan ada pun anak muda itu maka kedua orang
tuanya  adlah  orang-orang  mukmin  dan  kami  khuatir  bhe  dia  akan  mendorong  kedua
orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. 81~ Dan kami menghendaki supaya
Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari
anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya {kepada ibubapanya}. 82~ Adapun dinding
rumah itu kepunyaan dua orang anak muda yang yatim di kota itu sedang ayahnya adalah
seorang yang soleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada
kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu dan
bukanlah aku melakukannnya itu menurut kemahuanku sendiri. Demikianlah itu adlah
tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya." { Al-Kahfi : 60 ~
82 }

Nabi Musa A.S. dan Qarun si kaya raya

Qarun  adalah  nama  seorang  drp  kaum  Nabi  Musa  dan  keluarganya  yang  dekat.  Ia
dikurniai Allah  kelapangan  rezeki  dan  kekayaan  harta  benda  yang  besar  yang  tidak
ternilai  bilangannya.  IA hidup  mewah,  selalu  mujur  dalam  usahanya  mengumpulkan
kekayaan, sehingga menjadi padatlah khazanahnya dengan harta benda dan benda-2 yang
sgt berharga. Sampai-2 para juru kuncinya tidak berdaya membawa atau memikul kunci-
2 peti khazanahnya karena sgt byk dan beratnya. Ia hidup secara mewah dan menonjol di
antara kaum dan penduduk kotanya. Segala-galanya adlah luar biasa dan lain drp yang
lain. Gedung-2 tempat tinggalnya  ,pakaiannya  sehari-hari ,pelayan-2nya dan hamba-2
sahayanya  yang  bilangannya  melebihi  keperluan.  Dan  walaupun  ia  tenggelam  dalam
lautan kenikmatan duniawi yang tiada taranya pada masa itu, ia merasa masih belum puas
dengan tingkat kekayaan yang ia miliki dan terus berusaha mengisi khazanahnya yang
sudah padat itu, sifat mausia yang serakah yang tidak akan pernah puas dengan apa yang
sudah dicapai. Jika ia sudah memiliki segantang emas ia ingin memperolhi segantang
yang    kedua    dan    demikian    seterusnya.

Sebagaimana  halnya  dengan  kebykan  orang-orang  kaya  yang  telah  dimabukkan  oleh






harta bendanya maka Qarun tidak merasa sedikit pun bahwa dia mempunyai kewajiban
sosial dengan harta kekayaannya itu. Ia dalam hidupnya hanya memikirkan kesenangan
dan   kesejahteraan   peribadinya,   memikirkan   bagaimana   ia   dapat   menambahkan
kekayaannya  yang  sudah  melimpah-limpah  itu.  Ia  telah  dinasihati  oleh  pemuka-2
kaumnya agar ia menyediakan sebahagian daripada kekayaannya bagi menolong para
fakir miskin, menolong orang-orang yang telanjang yang tidak berpakaian dan lapar tidak
dapat makanan. Ia diperingatkan bahwa kekayaan yang ia perolehi itu adalah kurniaan
dari Tuhan yang harus disyukuri dengan beramal kebajikan terhadap sesama manusia dan
melakukan perbuatan-2 yang dapat meringankan penderitaan orang-orang yang ditimpa
musibah atau menderita cacat. Diperingatkan bahwa Allah yang telah memberinya rezeki
yang luas itu dapat sewaktu-waktu mencabutnya bila ia melalaikan kewajiban sosialnya.

Nasihat yang baik dan peringatan yang jujur yang dikemukakan oleh pemuka-pemuka
kaumnya itu tidak diendahkan oleh Qarun dan tidak mendapat tempat didalam hatinya.Ia
bahkan merasa bahwa karena kekayaannya ialah yang harus memberi nasihat dan bukan
menerima nasihat. Orang harus tunduk kepadanya, mematuhi perintahnya, mengiakan
kata-katanya  dan  membenarkan  segala  tindak  tanduknya.  IA  menyombongkan  diri
dengan mengatakan kepada orang-orang yang memberikan nasihat itu bahwa kekayaan
yang  ia  miliki  adalah  semata-mata  hasil  jerih  payahnya  dan  hasil  kecekapan  dan
kepandaiannya berusaha dan bukan merupakan kurnia atau pemberian dari sesiapa pun.
Karenanya ia bebas menggunakan harta kekayaannya menurut kehendak hatinya sendiri
dan tidak merasa terikat oleh kewajipan sosial berupa pertolongan dan bantuan kepada
para  fakir  miskin  dan  para  penderita  yang  memerlukan  bantuan  dan  pertolongan.

Sebagai tentangan bagi para orang yang menasihatinya, Qarun makin meningkatkan cara
hidup  mewahnya  dan  secara  menyolok  mempamerkan  kekayaannya  dengan  berlebih-
lebihan.  Bila  ia  keluar,  Ia  mengenakan  pakaian  dan  perhiasan  yang  bergemerlapan,
membawa  pengantar dan  pembantu  lebih  banyak  daripada biasanya  dan mengenderai
kuda-kuda yang dihiasi dengan indah dan cantik. Kemewahan yang ditonjolkan secara
menyolok  itu  ,merasakan  iri-hati  dikalangan  penduduk  terutama  mereka  yang  masih
lemah  imannya.  Mereka  berbisik-bisik  diantara  sesama  mereka  mengeluh  dengan
berkata: "Mengapa kami tidak diberi rezeki dan kenikmatan seperti yang telah diberikan
kepada  Qarun? Alangkah  mujurnya  nasib  Qarun  dan  alangkah  bahagianya  dia  dalam
hidupnya  di  dunia  ini!  Dan  mengapa  Tuhan  melimpahkan  kekayaan  yang  besar  itu
kepada  Qarun  yang  tidak  mempunyai  rasa  belas  kasihan  terhadap  orang-orang  yang
melarat dan sengsara, orang-orang yang fakir dan miskin yang memerlukan pertolongan
berupa pakaian mahupun makanan.Dimanakah letak keadilan Allah yang Maha Pemurah
lagi    Maha    Pengasih    itu?"

Qarun  yang  tidak  mengabaikan  anjuran  orang,  agar  ia  secara  sukarela  menyediakan
sebahagiaan   harta   kekayaannya   untuk   disedekahkan   kepada   orang-orang   yang
memerlukannya, melarat dan miskin akhirinya didatangi oleh Nabi Musa menyampaikan
kepadanya bahwa Allah telah mewahyukan perinyah berzakat bagi tiap-tiap orang yang
kaya dan berada. Diterangkan oleh Musa kepadanya bahwa dalam harta kekayaan tiap
ada bahagian yang telah ditentukan oleh Tuahn sebagai hak orang-orang yang melarat
dan    fakir    miskin    yang    wajib    diserahkan    kepada    mereka.







Qarun merasa jengkel memerima perintah wajib berzakat itu dan menyatakan keraguan
dan  kesangsian  kepada  Musa.  Ia  berkata:  "Hai  MUsa  kami  telah  membantumu  dan
menyokongmu  dalam dakwahmu kepada  agama  barumu.  Kami telah menuruti segala
perintahmu dan mendengarkan segala kata-katamu. Sikap kami yang lunak itu terhadap
dirimu telah memberanikan engkau bertindak lebih jauh dari apa yang sepatutnya dan
mulailah engkau ingin meraih harta benda kami. Engkau rupanya ingin juga menguasai
harta kekayaan kami setelah kami serahkan kepadamu hati dan fikiran kami sebulat-
bulatnya.  Dengan  perintah  wajib  zakatmu  ini  engkau  telah  membuka  topengmu  dan
menunjukkan dustamu dan bahwa engkau hanya seorang pendusta dan ahli sihir belaka."

Tuduhan Qarun yang ingin melepaskan dirinya dari wajib berzakat itu ditolak oleh Nabi
Musa yang menegaskan kembali bahwa kewajiban berzakat iut tidak dapat ditawar-tawar
dan  harus  dilaksanakan  karena  ia  adalah  perintah  Allah  yang  harus  ditaati  dan
dilaksanakan    dengan    semestinya.
Quran  tidak  dapat  jalan  untuk  mengelakkan  diri  dan  kewajiban  zakat  itu  setelah
berbantah dan berdebat dengan Musa maka ia menyerah dan ditentukan berapa besar
yang    harus    ia    keluarkan    zakat    harta    kekayaannya.

Setelah tiba di rumah dan menghitung-hitung bahagian yang harus dizakatkan dari harta
miliknya Qarun merasa terlampau besar yang harus dizakatkan dan merasa sayang bahwa
ia  harus  mengeluarkan  dari  khazanahnya  sejumlah  wang  tanpa  meperolehi  imbalan
sesuatu keuntungan dan laba. Fikir punya fikir dan timbang punya timbang akhirnya
Qarun mengambil keputusan untuk tidak akan mengeluarkan zakat walau apapun yang
akan    terjadi    akibat    tindakannya    itu.
Utk menguatkan aksi pemboikotannya terhadap kewajiban mengeluarkan zakat, Qarun
menyebarkan fitnah kepada Nabi Musa dengan maksud menarik orang agar menjadikan
penunjang aksinya dan mengikutinya menolak menolak kewajiban mengeluarkan zakat
sebagaimana  diperintahkan  oleh Nabi Musa.  Ia menyebarkan  fitnah  seolah-olah  Nabi
Musa dengan dakwahnya dan penyiaran agama barunya bertujuan ingin memperkayakan
diri  dan  bahwa  perintah  zakatnya  itu  adalah  merupakan  cara  perampasan  yang  halus
terhadap    milik-milik    para    pengikutnya.

Lebih jahat lagi untuk menjatuhkan Nabi Musa dan kewibawaannya, Qaru bersekongkol
dengan seorang  wanita yang  diajarinya agar mengaku didepan umum bahwa  ia telah
melakukan perbuatan zina dengan Musa. Akan tetapi Allah tidak rela nama Rasul-Nya
tercemar oleh tuduhan palsu yang diaturkan oleh Qarun itu. Maka digerakkanlah hati
wanita sewaannya itu untuk mengatakan keadaan yang sebenarnya dan bahwa apa yang
ia  tuduhkan  kepada  Nabi  Musa  adalah  fitnahan  dan  ajaran  Qarun  semata-mata  dan
bahawasannya    Musa    adalah    bersih    dari    perbuatan    yang    dituduh    itu.

Setelah ternyata bagi Nabi Musa bahwa Qarun tidak beriktikad baik dan bahwa ia tidak
dapat diharap menjadi pengikut yang soleh yang mematuhi perintah-2 Allah terutama
perintah wajib zakat bahkan ia dapat merusakkan akhlak dan iman para pengikut Musa
dengan  sikap  dan  cara  hidupnya  yang  berlebih-lebihan  mewahnya,  ditambahkan  pula
usahanya yang tidak henti-2 merusakkan kewibawaan Nabi Musa dengan melontarkan






fitnahan dan berbagai hasutan maka habislah kesabaran Nabi Musa ,lalu berdoa ia kepada
Allah agar menurunkan azab-Nya atas diri Qarun yang sombong dan congkak itu, agar
menjadi pengajaran dan ibrah bagi kaumnya yang sudah mulai goyah imannya melihat
kenikmatan  yang  berlimpah-limpah  yang  telah  Allah  kurniakan  kepada  Qarun  yang
membangkang    itu.

Maka dengan izin Allah yang telah memperkenankan doa Nabi Musa terjadilah tanah
runtuh yang dahsyat di atas mana terletak bangunan gedung-gedung yang mewah tempat
tinggal  Qarun dan  tempat penimbunan kekayaannya. Terbenamlah  seketika itu  Qarun
hidup-hidup    berserta    semua    milik    kekayaan    yang    menjadi    kebaggaannya.
Peristiwa yang menimpa Qarun dan harta kekayaannya itu menjadi ibrah bagi pengikut-2
Nabi Musa serta ubat rohani bagi mereka yang beriri hati dan mendambakan kenikmatan
dan  kemewahan  hidup  sebagaimana  yang  telah  dialami  oleh  Qarun.  Mereka  berkata
seraya bersyukur kepada Allah: "Sekiranya Allah telah melimpahkan rahmat dan kurnia-
Nya, nescaya kami dibenamkan pula seperti Qarun yang selalu kami inginkan kedudukan
duniawinya. Sesungguhnya kami telah tersesat ketika kami beriri hati dan mendambakan
kekayaannya yang membawa binasa baginya. Aduhai benar-2 tidaklah beruntung orang-
orang    yang    mengingkari    nikmat    Allah."

Isi cerita tersebut di atas dapat dibaca dalam surah "Qashash" ayat 76 sehingga 82 dan
surah    "Al-Ahzaab"    ayat    69    sebagaimana    berikut    :~

"76~Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa maka ia berlaku aniaya terhadap
mereka dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-
nya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-2. {Ingatlah{ ketika kaumnya
berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang  yang  terlalu  membanggakan  diri."  77~  Dan  carilah  pada  apa  yang  telah
dianugerahkan kepada mu {kebahagiaan} negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu  dari  {kenikmatan}  duniawi  dan  berbuat  baiklah  {kepada  orang  lain}
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakkan
di  {muka}  bumi  ini.  Sesungguhnya Allah  tidak  menyukai  orang-orang  yang  berbuat
kerusakkan. 78~ Qarun berkata: "Sesungguhnya aku diberi harta itu karena ilmu yang ada
padaku."   Dan   apakah   ia   tidak   mengetahui   bahwasannya   Allah   sungguh   telah
membinasakan  umat-2  sebelumnya  yang  lebih  kuat  daripadanya  dan  lebih  banyak
mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu
tentang   dosa-dosa   mereka.   79~   Mak   keluarlah   Qarun   kepada   kaumnya   dengan
kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: " Moga-
moga  kiranya  kita  mempunyai  seperti  apa  yang  telah  diberikan  kepada  Qarun  ,
sesungguhnya  ia  benar-benar  mempunyai  peruntungan  yang  besar."  80~  Berkatalah
orang-orang yang  telah  dianugerahi  ilmu: "Kecelakaan  yang  besarlah  bagimu,  pahala
Allah  adalah  lebihbaik  bagi  orang-orang  yang  beriman  dan  beramal  soleh  dan  tidak
diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar." 81~ Mak Kami benamkan
Qarun berserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun
yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang {yang
dapat} membela {dirinya}. 82~ Dan jadilah orang-orang yang kelmarin mencita-citakan
kedudukan Qarun itu berkata: "aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa






yang dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak
melimpahkan kurnia-Nya atas kita benar-benar Dia {Allah} telah membenamkan kita
{pula}.  Aduhai  benarlah,  tidak  beruntung  orang-orang  yang  mengingkari  {nikmat}
Allah."    {    Al-Qashash    :    76    ~    82    }

"Hai  orang-orang  yang  beriman,  janganlah  kamu  menjadi  seperti  orang-orang  yang
menyakiti  Musa  maka  Allah  membersihkannya  dari  tuduhan-tuduhan  yang  mereka
katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah."
{    Al-Ahzaab    :    69    }

Thalout diangkat sebagai raja Bani Isra'il

Setelah Bani Isra'il memasuki Palestin dan menguasainya di bawah pimpinan Yusya bin
Nun   mereka   selalu   menjadi   sasaran   penyerbuan   dan   serangan   dari   bangsa-2
sekelilingnya,  seperti  suku  Amaliqah  dari  bangsa  Arab,  bangsa  Palestin  sendiri  dan
bangsa   Aramiyin.   Kemenangan   dan   kekalahan   di   antara   meeka   silih   berganti.
Pada suatu waktu datanglah bangsa Palestin penduduk "Usydud" suatu daerah dekat Gaza
menyerbu  dan  menyerang  mereka  dan  terjadilah  pertempuran  yang  berakhir  dengan
kemenangan bangsa Palestin yang berhasil, mencerai-beraikan Bani Israil dan merampas
benda keramat mereka yang bernama "Tabout", yaitu sebuah peti tempat penyimpanan
kitab    Taurat.

Peti yang disebut Tabout itu adlah merupakan salah satu dari banyak kurnia yang telah
diberikan oleh Allah kepada Bani Isra'il. Mereka menganggap Tabout itu suatu benda
keramat yang dapat menginspirasikan kekuatan dan keberanian kepada mereka dikala
menghadapi musuh. Maka karenanya dalam tiap medan perang dibawanyalah Tabout itu
untuk memberi kekuatan batin dan semangat juang bagi mereka memberi rasa berani bagi
mereka dan rasa takut bagi musuh. Maka dengan dirampasnya Tabout itu oleh bangsa
Palestin hilanglah pegangan mereka dan berantakanlah barisannya, retaklah kesatuannya
sehingga    menjadi    laksana    binatang    ternakan    yang    ditinggalkan    gembalanya.

Dan memang sejak ditinggalkan oleh Nabi Mua, Bani Isra'il tidak mempunyai seorang
raja atau seorang pemimpin yang berwibawa yang dapat mengikat mereka di bawah satu
bendera dan menghimpun mereka di bawah satu komando bila terjadi serangan dari luar
dan penyerbuan oleh musuh. Mereka hanya dipimpin oleh hakim-hakim penghulu yang
memberi tuntunan kepada mereka dalam bidang keagamaan dan kadangkala menjadi juru
damai jika timbul perselisihan dan sengketa di antara sesama mereka. Di antara penghulu
itu terdapat seorang  penghulu yang  paling disegani dan di hormati bernama Somu'il.
Kata-katanya    selalu    didengar    dan    nasihat-2nya    selalu    diterima    dan    ditaati.

Kepada  Somu'il  datanglah  beberapa  pemuda  Bani  Isra'il  yang  merasa  sedih  melihat
keadaan kaumnya menjadi kacau bilau dan bercerai berai setelah dikalahkan oleh bangsa
Palestin dan dikeluarkan dari negeri mereka serta dirampasnya Tabout yang merupakan
peti wasiat dan benda keramat bagi mereka. Mereka mengutarakan kepada Samu'il bahwa
mereka  memerlukan  seorang  pemimpin  yang  kuat  yang  berwibawa  dan  mempunyai
kekuasaan  sebagai  seorang  raja  untuk  menghimpun  mereka  dan  seterusnya  menjadi






panglima    perang.

Samu'il yang mengenal baik watak mereka dan titik-titik kelemahan serta sifat-2 licik dan
pembangkang yang meletak pada diri mereka berkata: "Aku khuatir bahwa kamu akan
takut  dan  enggan  bertempur  melawan  musuh  bila  kepadamu  diperintahkan  untuk
berperang    menghalau    musuh    dari    negerimu."
Mereka menjawab: "Bagaimana kami menolak perintah semacam itu dan enggan maju
bertempur melawan musuh sedangkan kami telah dihina diusir dari rumah-rumah kami
dan  dipisahkan  dari  sanak  keluarga  kami.  Bukankah  suatu  hal  yang  memalukan  dan
menurun darjat kami sebagai bangsa, bila dalam keadaan yang sedang kami alami ini,
kami  masih  juga  enggan  berperang  melawan  musuh  yang  datang  menyerang  dan
menyerbu daerah kami. Kami akan maju dan tidak akan gentar masuk  dalam medan
perang, asalkan saja kami akan dapat pimpinan dari seorang yang cekap, berani serta
berwibawa sehingga komandonya dan segala perintahnya akan dipatuhi oleh kaum kami
semuanya."

Somu'il berkata: "Jika demikian ketetapan hatimu dan demikian pula keinginanmu untuk
memperoleh seorang raja yang akan memimpin dan membimbing kamu , maka berilah
waktu kepadaku untuk beristikharah memohon pertolongan Allah menunjukkan kepadaku
seseorang    yang    patut    dan    layak    menjadi    raja    bagimu."
Di dalam istikharahnya, Somuil mendapat ilham dan petunjuk dari Allah, agar ia memilih
serta  mengangkat  seorang  yang  bernama  "Thalout"  menjadi  raja  Bani  Isra'il.  Dan
walaupun ia belum pernah mendengar nama itu atau mengenalkan orangnya Allah akan
memberinya jalan dan tanda-tanda yang akan memungkinkan ia bertemu muka dengan
orang    itu    dan    mengenalinya    dengan    segera.

Thalout adalah seorang berbadan gemuk dan jangkung, tegak, kuat dan berparas tampan.
Dari  pancaran  kedua  matanya  orang  dapat  mengetahui  bahwa  ia  adalah  seorh  yang
cerdik, cekap dan bijaksana, memiliki hati yang tabah dan berani. IA hidup dan bertempat
tinggal di sebuah desa yang agak terpencil sehingga tidak banyak dikenal orang Ia hidup
bersama    ayahnya    bercucuk    tanam    dan    memelihara    haiwan    ternak.
Pada  suatu  hari  di  kala  Thalout  sedang  sibuk  bersama  ayahnya  menguruskan  tanah
ladangnya  terlepaslah  dari  kadang  seekor  keldai  dari  haiwan-2  peliharaannya  dan
menghilang  sesat.  Pergilah  Thalout  bersama  seorang  bujangnya  mencari  keldai  yang
hilang  itu  di  celah-2  lembah  dan  bukit-2  di  sekitar  desanya,  namun  tidak  berhasil
menemukan kembali haiwan yang terlepas itu. Akhirnya ia mengajak bujangnya kembali
karena khuatir ayahnya akan menjadi gelisah bila ia lebih lama meninggalkan rumahnya
mencari    keldai    yang    hilang    itu.

Berkata  sang  bujang  kepada  Thalout:  "Kami  sekarang  sudah  berada  di  daerah  Shuf
tempat   dimana   Somu'il   berada.   Alangkah   baiknya   kalau   kami   pergi   kepadanya
menanyakan kalau-2 ia dapat memberikan keterangan dan petunjuk kepada kami di mana
kiranya kami dapat menemukan keldai kami itu. Ia adalah seorang nabi yang menerima
petinjuk dari Tuhannya melalui para malaikat dan dia telah banyak kali mengungkapkan
hal-hal    ghaib    yang    ditanyakan    oleh    orang    kepadanya."
Thalout menerima baik cadangan bujangnya dan berangkatlah mereka berdua menuju






tempat tinggal Somu'il. Di tengah-2 perjalanan, mereka bertanya kepada beberapa gadis
yang ditemuinya sedang menimpa air dari sebuah perigi: "Di manakah tempat tinggal
Nabi Somu'il?" "Tidak usah kamu cepat-2 meneruskan perjalananmu. Somu'il sebentar
lagi akan datang ke sini. Ia sedang ditunggu kedatangannya di atas bukit oleh rakyat
tempat    itu."    Para    gadis    itu    menjawab.

Ternyata bahawa belum selesai para gadis itu memberikan keteranagnnya,  muncullah
Somu'il dengan wajahnya yang berseri-seri memancarkan cahaya kenabian dan kealiman
yang    mengesahkan.
Thalout segera mendekati Somu'il dan setelah saling pandang memandang, berkatalah
Thalout: "Wahai Nabi Allah, kami datang menemui bapak untuk memohon pertolongan
yaitu  dapatkah  kiranya  kami  diberi  keterangan  dan  petunjuk  di  manakah  kami  dapat
menemukan kembali keldai kami yang telah terlepas dari kandang dan menghilang tidak
kami   temukan   jejaknya   walaupun   sudah   tiga   hari   kami   berusaha   mencarinya."

Somu'il  setelah  memandang  wajah  Thalout  dengan  teliti  sedarlah  ia  bahwa  inilah
orangnya yang  oleh Allah ditunjuk untuk menjadi  raja  pemimpin dan penguasa Bani
Isra'il. Ia berkata kepada Thalout: "Keldai yang engaku cari itu sedang berada dalam
perjalanan kembali ke kandangnya  di tempat ayahmu.  Janganlah engkau rungsingkan
fikiranmu dan ributkan dirimu dengan urusan keldai itu. Kerana aku memang mencarimu
dan ingin menemuimu untuk urusan yang lebih besar dan lebih penting dari soal keldai.
Engaku   telah   dipilih   oleh   Allah   untuk   memimpin   Bani   Isra'il   sebagai   raja,
mempersatukan barisan mereka yang sudah kacau-balau serta membebaskan mereka dari
musuh-musuh yang sedang menyerbu dan menduduki negeri mereka. Dan insya-Allah
Tuhan   akan   menyertaimu   memberi   perlindungan   kepadamu   dan   mengurniakan
kemenangan    dan    kemujuran    dalam    segala    sepak    terajangmu."

Thalout  menjawab:  "Bagaimana  aku  dapat  menjadi  seorang  raja  dan  pemimpin  Bani
Isra'il sedang aku ini seorang dusun anak cucu Benyamin yang paling papa, terasing dari
pengaulan orang ramai, seorang anak tani dan penggembala haiwan yang tidak dikenal
orang?"
Berkata Somu'il: "Itu adlah kehendak Allah dan perintah-Nya. Dan lebih tahu pada siapa
Ia meletakkan amanat dan tugas-tugas-Nya. Dialah yang menugaskan dan Dia pulalah
yang  akan  melengkapi  segala  kekuranganmu.  Bersyukurlah  engkau  atas  nikmat  dan
kurniaan Allah  ini.  Terimalah  tugas  suci  ini  dengan  keteguhan  hati  dan  kepercayaan
penuh  akan  pertolongan  dan  perlindungan  Allah  kepadamu."  Kemudian  dipeganglah
tangan Thalout, diangkatnya keatas seraya menghadap kepada kaumnya dan berkata: "
Wahai kaumku, inilah orangnya yang oleh Allah telah dipilih untuk menjadi rajamu. Ia
berkewajiban memimpin kamu dan mengurus segala urusanmu dengan sebaik-baiknya
dan   setepat-tepatnya   dan   kamu   berkewajiban   taat   kepadanya,   mematuhi   segala
perintahnya dan berdiri tegak di belakang komandinya. Bersatu padulah kamu di bawah
bendera  raja Thalout  dan  bersiap-siaplah  untuk  berjuang  melawan  musuh-musuhmu."

Bani   Isra'il   yang   sedang   berkumpul   mengerumuni   somu'il   mendengarkan   pidato
pelantikannya  mengangkat  Thalout  sebagai  raja,  tercengang  dan  terkejut  dan  dengan
mulut ternganga mereka melihat satu kepada yang lain, berpindahan pandangan mereka






dari wajah Somu'il ke wajah thalout yang menandakan kehairanan dan ketidak-puasan
dengan pengangkatan itu. Selintas pun tidak terfikir oleh mereka bahwa seorang seperti
Thalout  yang  papa  dan  miskin  dan  tidak  dikenal  orang  ialah  yang  akan  dipilih  oleh
Somu'il    soal    pemilihan    dan    pengangkatan    seorang    raja    bagi    mereka.

Berkata  mereka  kepada  Somu'il:  "Bagaimana  seorang  seperti  Thalout  ini  akan  dapat
memimpin kami sebagai raja padahal ia seorang yang miskin yang tidak dikenal orang
dan  pergaulan  sehari-harinya  hanya  terbatas  didesanya.  selain  ituia  bukannya  dari
keturunan "Lawi" yang menurunkan para nabi Bani Israil, juga bukan dari keturunan
"Yahuda" yang menurunkan raja-raja Bani Isra'il sejak dahulu kala. Ia pun tidak memiliki
pengalaman  dan  kecekapan  yang  diperlukan  oleh  seorang  raja  untuk  mengurus  serta
mempertahankan kerajaannya. Mengapa tidak dipilih sahaja seorang drp mereka yang
berada   di   kota   yang   pandai-pandai,   berpengalaman   dan   berkeadaan   cukup?"

berkata Somu'il menanggapi keberatan-2 yang dikemukakan oleh kaumnya: "Pengurusan
kerajaan  dan  pemimpin  perang  tidak  memerlukan  kebangsawanan  atau  kekayaan.  Ia
memerlukan  kecekapan,  kebijaksanaan,  kecerdasan  berfikir  dan  kecekatan  bertindak.
sifat-2 itu terdapat dalam dir Thalout di samping ia memiliki tubuh yang kuat, perawakan
tg tegap dan kekar serta paras muka yang tampan yang memberi kesan baik bagi orang-
orang yang menghadapinya. Selain itu semuanya, ia adalah pilihan dan tunjukan Allah
Yang Maha Mengetahui dan Maha Mengenal hamba-hamba-Nya. Maka tidak patutlah
kami    memilih    orang    lain    setelah    Allah    menjatuhkan    pilihan-Nya."

"Baiklah", kata mereka, "Jika yang demikian itu pilihan dan kehendak Allah, maka kami
tidak dapat berbuat lain selain meneriam kenyataan ini. Akan tetapi untuk menghilangkan
keragu-raguan kami tentang diri Thalout, berilah kepada kami suatu tanda yang dapat
menyakinkan    kami    bahwa    Thalout    benar-benar    pilihan    Allah."
Somu'il menjawab: "Sesungguhnya Allah telah mengetahui watak dan tabiat kamu yang
kaku dan keras kepala. Imanmu tidak berada di dalam hati tetapi di kelopak mata. Kamu
tidak mempercayai sesuatu tanpa bukti yang dapat kamu rasa dengan pancaindera kamu.
Maka  sebagai bukti  bahwa Allah merestui pengangkatan Thalout  menjadi  raja  kamu,
ialah bahawa kamu akan menemukan kembali peti keramatmu "Tabout" yang telah hilang
dan dirampas oleh bangsa Palestin. Kamu akan menemukan itu datang kepadamu dibawa
oleh   malaikat.   Pergilah   kamu   keluar   kota   sekarang   juga   untuk   menerimanya."

Setelah ternyata bagi mereka kebenaran kata-kata Somu'il dengan ditemuinya kembali
Tabout  yang  sudah  tujuh  bulan  berada  di  tangan  orang-orang  Palestin  itu,  maka
diterimalah  pengangkatan  Thalout  sebagai  raja  mereka  dengan  memberikan  bai'at
kepadanya dan janji akan taat serta mematuhi segala nasihat dan perintahnya.


Raja Thalout

Tugas  pertama  yang  dilakukan  oleh  thalout  setelah  dinobatkan  sebagai  raja  ialah
menyusun kekuatan dengan menghimpunkan para pemuda dan orang-orang yang masih
kuat untuk menjadi tentera yang akan mengahdapi bangsa Palestin yang terkenal kuat dan






berani.
Ia  menyusun  bala  tenteranya  dari  orang-orang  yang  masih  kuat,  tidak  mempunyai
tanggungan   keluarga,   tidak   mempunyai   ikatan-2   dagang   usaha   sehingga   dapat
membulatkan  tekadnya  untuk  berjuang  dan  memusatkan  fikiran  dan  tenaga  bagi
mencapai kemenangan dna menghalaukan musuh dari negeri mereka dengan semangat
yang teguh yang tidak tergoyahkan. Sebagai ujian untuk mengetahui sampai sejauh mana
rakyatnya atau barisan tenteranya yang disusun itu berdisiplin mengikuti komando dan
perintahnya,  Thalout  berkata  mereka:  "Kamu  dalam  perjalananmu  di  bawah  terik
panasnya  matahari  akan  melalui  sebuah  sungai.  Maka  barang  siapa  di  antara  kamu
minum  dari  air  sungai  itu,  ia  bukan  pengikutku  yang  setia  yang  dapat  kupercayai
kesungguhan hatinya dan kebulatan tekadnya. Sebaliknya barangsiapa di antara kamu
yang   hanya   menciduk   air   sungai   itu   seciduk   tangan   untuk   sekadar   membasahi
kerongkongannya, maka ia ialah seorang pengikutku dan tentera yang benar-benar dapat
kuandalkan    keberaniannya    dan    kedisiplinannya."

Ternyata apa yang dikhuatirkan oleh Thalout telah terjadi dan menjadi kenyataan. Setiba
barisan tentera Thalout di sungai yang dimaksudkan itu, hanya sebahagian kecil sahajalah
dari mereka yang berdisiplin mengikuti petunjuk Thalout secara tepat. Sedang bahagian
yang  besar  tidak  dapat  bersabar  menahan  dahaganya  dan  minumlah  mereka  dari  air
sungai    itu    sepuas-puas    hatinya.
Walaupun   telah   terjadi   pelanggaran   disiplin   oleh   sebahagian   besar   dari   anggota
tenteranya,  thalout  tetap  berkeras  hati  melanjutkan  perjalanannya  menuju  ke  medan
perang dg pasukan yang tidak bersatu padu dan berdisiplin sebagaimana ia menduga dan
mengharapkannya. Ia hanya bersandar dan mengandalkan kekuatan tenteranya kepada
bahagian kecil yang sudah ternyata setia dan patuh kepada perintah dan petunjuknya.
Sedang terhadap mereka yang sudah melanggar perintahnya dan minum dari air sungai
itu, Thalout bersikap sabar, lunak dan bijaksana untuk menghindari keretakan di dalam
barisan    tenteranya    sebelum    menghadapi    musuh.

Tatkala mereka tiba di medan perang dan berhadapan dengan musuh, sebahagian drp
pasukan Thalout ialah mereka yang telah melanggar disiplin dan minum dari air sungai,
merasa kecil hati dan ketakutan melihat pasukan musuh yang terdiri dari orang-orang
kuat dan besar-besar dengan peralatan yang lebih lengkap dan jumlah tentera yang lebih
besar    di    bawah    pimpinan    seorang    komandan    bernama    "Jalout".
Jalout,  panglima  komandan  pasukan  musuh  terkenal  seorang  panglima  yang  berani,
cekap  dan  terkenal  tidak  pernah  kalah  dalam  peperangan.  Tiap  orang  yang  berani
bertarung dengan dia pasti jatuh terbunuh. Namanya telah menimbulkan rasa takut dan
kecil hati pada bahagian besar dari pasukan Thalout. berkata mereka kepadanya: "Kami
tidak  berdaya  dan  tidak  akan  sanggup  menghadapi  dan  melawan  Jalout  berserta
tenteranya  hari  ini.  Mereka  lebih  lengkap  peralatannya  dan  lebih  besar  bilangannya
daripada    pasukan    kami."

Akan tetapi kelompok yang setia yang merupakan golongan yang kecil dalam pasukan
Thalout, tidak merasa takut dan gentar menghadapi Jalout dan bala tenteranya, walaupun
mereka  lebih  besar  dan  lebih  lengkap  peralatannya  karena  mereka  keluar  ke  medan
perang mengikuti Thalout dengan tekad yang bulat hendak membebaskan negerinya dari






para  penyerbu  dengan  berbekal  tawakkal  dan  iman  kepada  Allah.  Sejak  mereka
melangkahkan  kaki  keluar  dari  rumah  mereka  sudah  berniat  bulat  berjuang  bermati-
matian melawan musuh yang telah merampas rumah dan tanah mereka dan bersedia mati
untuk  tugas  suci  itu.  Berkata  mereka  kepada  kawan-2nya  kelompok  pengecut  itu:
"Majulah terus untuk bertempur melawan musuh. Kami tidak akan kalah karena bilangan
yang sedikit atau kerana kelemahan fizikal. Kami akan menggondol kemenangan bila
iman di dalam dada kami tidak tergoyahkan dan kepercayaan kami akan pertolongan
Allah tidak menipis. Berapa banyak terjadi sudah, bahwa kelompok yang kecil jumlahnya
mengalahkan   kelompok  yang  besar,   bila  Allah  mengizinkannya   dan   memberikan
pertolongan-Nya. Dan Allah selalu berada di sisi orang-orang yang beriman, sabar dan
bertawakkal."

Dengan  tidak  menghiraukan  kasak-kusuk  dan  bisikan  kelompok  pengecut  yang  ingin
mundur dan melarikan diri dari kewajiban berperang, Raja Thalout terus maju memimpin
pasukannya seraya bertawakkal kepada Allah memohon pertolongan dan perlindungan-
Nya.
Setelah  kedua  pasukan  merapat  berhadapan  satu  dengan  yang  lain  dan  pertempuran
dimulai,  keluarlah  dari  tengah-2  barisan  bangsa  Palestin,  panglima  besarnya  yang
bernama Jalout berteriak dengan sekuat suaranya menentang pasukan Thalout mengajak
bertarung seorang lawan seorang Berulang-ulang ia berseru dengan suara yang lantang
agar  pihat  Thalout  mengeluarkan  seorang  yang  akan  melawan  dia  bertanding  dan
bertarung   namun   tidak   seorang   pun   keluar   adri   tengah   pasukan   Bani   Isra'il
menghadapinya.  Kata-kata  ejekan  dan  hinaan  dilontarkan  oleh  Jalout  kepada  pihak
musuhnya,  pasukan  Bani  Isra'il  yang  sedang  dicekam  oleh  rasa  takut  dan  bimbang
menghadapi Jalout yang sudah termasyur sebagai jaguh yang tidak pernah terkalahkan
itu.

Pada saat yang kritis dan tegang itu di mana rasa malu rendah diri memenuhi dada dan
hati para pemimpin pasukan Bani Isra'il yang sedang memandang satu kepada yang lain,
seray bertanya-tanya dalam hati masing-2 gerangan siapakah di antara mereka yang dapat
maju membungkam ,ulut si Jalout yang berteriak-teriak itu dan melawannya, datanglah
pada saat itu menghadap raja Thalout seorang lelaki remaja berparas tampan, bertubuh
kekar dan tegak, sinar matanya memancarkan keberanian dan kecerdasan. Ia meminta
izin  dari  sang  raja  untuk  keluar  menyambut  tentangan  Jalout  dan  menandinginya.

Thalout merasa kagum akan keberanian pemuda yang telah menawarkan dirinya untuk
bertarung  dengan  Jalout,  sementara  orang-orang  dari  pasukannya  sendiri  yang  sudah
berpengalaman berperang tidak ada yang tergerak hatinya untuk menyahut cabaran Jalout
yang   berteriak-teriak   melontarkan   ejekan   dan   hinaan.   Thalout   dengan   cermat
memperhatikan perawakan sang pemuda itu merasa berat dan ragu-ragu untuk memberi
izin kepadanya turun ke gelanggang melawan Jalout. Ia tidak membayangkan seorang
dalam   usia   semuda   itu,   yang   belum   pernah   turun   ke   medan   perang   dan   tiak
berpengalaman  bertarung  akan  selamat  dan  keluar  hidup  dari  pertarungan  melawan
Jalout. Ia benar-benar bukan tandingannya, kata hati Thalout, bahkan merupakan suatu
dosa bila ia melepaskan pemuda itu bertarung dengan Jalout. Sayang bagi usianya yang
masih  muda itu bila ia  akan menjadi  korban dan makanan pedang  Jalout yang  tidak






pernah    memberi    ampun    kepada    lawan-lawannya.

Sang pemuda dengan memperhatikan roman muka Thalout dapat menangkap isi hatinya
bahwa ia ragu-ragu dan bimbang untuk melepaskannya bertarung dengan Jalout maka
berkatalah ia kepadanya: "Janganlah engkau terpengaruh oleh usia mudaku dan keadaan
fizikalku yang menjadikan engkau ragu-ragu dan khuatir melepaskan aku melawan Jalout
karena  yang  menentukan  dalampertarungan  bukanlah  hanya  kekuatan  fizikal  dan
kebesaran badan akan tetapi yang lebih penting dari itu ialah keteguhan hati dan keuletan
bertempur serta iman dan kepercayaan kepada Allah yang menentukan hidup matinya
seseorang  hamba-Nya.  beberapa  hari  yang  lalu  aku  telah  berhasil  menangkap  seekor
singa dan membunuhnya tatkal ia hendak menyergap dombaku dan sebelum itu terjadi
pula aku menghadang seekor beruang yang ganas dan berhasil membunuhnya setelah
bergulat mati-matian. Maka bukanlah usia atau kekuatan badan yang merupakan faktor
yang  menentukan  dalam  pertempuran  tetapi  keberanian  dan  keteguhan  hati  serta
kelincahan  dan  kecepatan  bergerak  dengan  disertai  perhitungan  yang  tepat,  itulah
merupakan senjata yang lebih ampuh dalam setiap pertarungan."

Mendengar kata-kata yang penuh semangat yang keluar dari hati yang ikhlas dan jujur
sedarlah  Thalout  bahawa  pemuda  itu  berkemahuan  keras  ingin  melawan  Jalout.  Ia
percaya kepada dirinya sendiri bahwa ia dapat mengalahkannya maka diberinyalah izin
dan restu oleh Thalout untuk melaksanakan kehendaknya dengan diiringi doa semuga
Allah  melindunginya  dan  mengurniainya  dengan  kemenangan  yang  diharap-harapkan
oleh seluruh anggota pasukan. Kemudian ia diberinya pedang, topi baja dan zirah baju
besi namun ia enggan mengenakan pakaian yang berat itu dan pedang pun ia menolak
untuk membawanya dengan alasan ia belum biasa menggunakan senjata itu. Ia hanya
membawa sebuah tongkat beberapa batu kerikil dan sebuah bandul untuk melemparkan
batu-batu itu.

Berkatalah   Thalout   kpanya:   "Bagaimana   engkau   dapat   bertarung   dengan   hanya
bersenjatakan tongkat, bandul dan batu-batu melawan Jalout yang bersenjatakan pedang,
panah dan berpakaian lengkap?"

Pemuda  itu  menjawab:  "Tuhan  yang  telah  melindungiku  dan  taring  singa  dan  kuku
beruang akan melindungiku pula dari pedang dan panah Jalout yang durhaka itu." Lalu
dengan berbekalkan senjata yang sgt sedrhana itu, keluarlah ia dari tengah-2 barisan Bani
Isra'il menuju gelanggang di mana Jalout sedang menari-nari mengelu-elukan pedangnya
seraya berteriak-teriak mengejek dan menyombangkan diri.

Tatkala  Jalout  melihat  bahwa  yang  masuk  gelanggang  hendak  bertanding  dengan  dia
adalah seorang pemuda remaja tidak bersenjatakan pedang atau panah dan tidak pula
mengenakan topi baja dan zirah, dihinalah ia dan diejek dengan kata-kata: "Utk apakah
tongkat yang engkau bawa itu."Utk mengejar anjingkah atau untuk memukul anak-anak
yang sebaya dengan engkau? Di mana pedangmu dan zirahmu? Rupa-rupanya engkau
sudah bosan hidup dan ingin mati padahal engkau masih muda yang belum merasakan
suka-dukanya kehidupan dan yang masih harus banyak belajar dari pengalaman. Majulah
engkau  ke  sini  akan  aku  habiskan  nyawamudalam  sekelip  mata  dan  akan  kujadikan






dagingmu  makanan  yang  lazat  bagi  binatang-2  di  darat  dan  burung-2  di  udara."

Sang pemuda menjawab: "Engkau boleh bangga dengan zirah dan topi bajamu, boleh
merasa  kuat  dan  ampuh  dengan  pedang  dan  panahmu  yang  tidak  akan  sanggup
menyelamatkan nyawamu dan tanganku yang masih halus dan bersih ini. Aku datang ke
sini dengan nama Allah Tuhan Bani Isra'il yang telah lama engkau hina, engkau jajah dan
engkau tundukkan. Engkau sebentar lagi akan mengetahui pedang dan panahkah yang
akan mengakhiri hayatku atau kehendak Allah dan kekuasaan-Nya yang akan meranggut
nyawamu dan mengirimkan engkau ke neraka Jahannam?"

Melihat Jalout melangkah maju, maka sebelum ia sempat mendekatinya, sang pemuda
segera mengeluarkan batu dari sakunya, melemparkannya dengan bandul tepat ke arah
kepala Jalout yang seketika itu juga mengalirkan darah dengan derasnya hingga menutupi
kedua matanya, lalu diikuti dengan lemparan batu kedua dan ketiga oleh sang pemuda
hingga  terjatuhlah  Jalout  tertiarap  di  atas  lantai  menghembuskan  nafas  terakhirnya.
Bergemuruhlah suara teriakan gembira dan sorak-sorai dari pihak pasukan Bani Isra'il
menyambut kemenangan pemuda gagah perkasa itu atas Jalout jaguh dan kebanggaan
bangsa Palestin. Dan dengan matinya Jalout hilanglah semangat tempur pasukan Palestin
dan mundurlah mereka melarikan diri tunggang-langgang seraya dikejar dan diajar tanpa
ampun oleh pasukan Thalout yang telah memperoleh kembali semangat juangnya dan
harga diri serta kebanggaan nasionalnya.

Isi cerita di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-Baqarah" ayat 246 sehingga
251 yang bermaksud :~

"246~ Apakah  kamu  tidak  memperhatikan  pemuka-pemuka Bani  Isra'il  sesudah  Nabi
Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami
seorang raja supaya kami dapat berperang {di bawah pimpinannya} di jalan Allah." Nabi
mereka berkata: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan
berperang`." Mereka menjawab : "Mengapa kami tidak mahu berperang di jalan Allah,
padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak
kami?" Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali
beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang
yang  zalim.  247~  Nabi  mereka  mengatakan  kepada  mereka:  "Sesungguhnya  Allah
mengangkat   Thalout   menjadi   rajamu."   Mereka   menjawab:   "Bagaimana   Thalout
memerintah kami padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya,
sedang  dia  pun  tidak  diberi  kekayaan  yang  cukup  banyak?"  Nabi  mereka  berkata:
"Sesungguhnya Allah  telah  memilihnya  menjadi  rajamu  dan  menganugerahinya  ilmu
yang  luas dan tubuh yang  perkasa." Allah memberi  pemerintahan  kepada siapa  yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. 248~
Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja
ialah kembalinya tabout kepadamu di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan
sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun tabout itu dibawa oleh malaikat.
Sesungguhnya  pada  yang  demikian  itu  terdapat  tanda  bagimu  jika  kamu  orang  yang
beriman.   249~   Maka   tatkala   Thalout   ke   luar   membawa   tenteranya   ia   berkata:
"Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan satu sungai. Maka siapa di antara kamu






meminum  airnya,  bukanlah  ia  pengikutku.  Dan  barangsiapa  tidak  merasakan  airnya
kecuali  orang  yang  hanya  menciduk  seciduk  tangan,  maka  ia  adalah  pengikutku."
Kemudian  mereka  meminumnnya  terkecuali  beberapa  orang  di  antara  mereka.  Maka
tatkala Thalout dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai
itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini
untuk melawan Jalout dan tenteranya." Orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan
menemui  jalan  Allah  berkata:  "Berpa  banyak  terjadi  golongan  yang  sedikit  dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah dan Allah berserta orang-orang
yang sabar. 250~ tatkala Jalout dan tenteranya telah nampak oleh mereka, mereka pun
berdoa:  "Ya  Tuhan  kami,  tuangkanlah  kesabaran  atas  diri  kami  dan  kukuhkanlah
pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir." 251~ Mereka {tentera
Thalout}  mengalahkan  tentera  Jalout  dengan  izin Allah  dan  {dalam  peperangan  itu}
Daud membunuh Jalout, kemudian Allah memberikan kepadanya {Daud} pemerintahan
dan hikmah {sesudah meninggalkan Thalout} serta Allah mengajarkan kepadanya apa
yang dikehendaki-Nya." { Al-Baqarah : 246 ~ 251

Catatan tambahan

Nabi Musa wafat pada usia 150 tahun di atas sebuah bukit bernama "Nabu", di mana ia
diperintahkan oleh Allah untuk melihat tanah suci yang dijanjikan {Palestin} namun tidak
sampai memasukinya.

Leave a Reply