kisah nabi yusuf as

Nabi Yusuf as

Nabi Yusuf  adalah  putera  ke  tujuh  daripada  dua  belas  putera-puteri  Nabi Ya'qub.  Ia
dengan adiknya yang bernama Benyamin adalah beribukan Rahil, saudara sepupu Nabi
Ya'qub. Ia dikurniakan Allah rupa yang bagus, paras tampan dan tubuh yang tegap yang
menjadikan idaman setiap wanita dan kenangan gadis-gadis remaja. Ia adalah anak yang
dimanjakan  oleh  ayahnya,  lebih  disayang  dan  dicintai  dibandingkan  dengan  saudara-
saudaranya yang lain, terutamanya setelah ditinggalkan iaitu wafatnya ibu kandungnya
Rahil    semasa    ia    masih    berusia    dua    belas    tahun.

Perlakuan    yang    diskriminatif    dari    Nabi   Ya'qub    terhadap    anak-anaknya    telah
menimbulkan rasa iri-hati dan dengki di antara saudara-saudara Yusuf yang lain, yang
merasakan bahawa  mereka  dianak-tirikan  oleh ayahnya  yang  tidak adil sesama  anak,
memanjakan    Yusuf    lebih    daripada    yang    lain.
Rasa    jengkel    mereka    terhadap    kepada    ayahnya    dan    iri-hati    terhadap   Yusuf
membangkitkan  rasa  setia  kawan  antara  saudara-saudara  Yusuf,  persatuan  dan  rasa
persaudaraan    yang    akrab    di    antara    mereka.

Saudara-saudara Yusuf mengadakan pertemuan

Dalam pertemuan rahsia yang mrk adakan untuk merundingkan nasib yang mrk alami
dan  mengatur  aksi  yang  harus  mrk  lakukan  bagi  menyedarkan  ayahnya,  menuntut
perlakuan  yang  adil  dan  saksama,  berkata  salah  seorang  drp  mrk:"  Tidakkah  kamu
merasakan bahawa perlakuan terhadap kita sebagai anak-anaknya tidak adil dan berat
sebelah?  Ia  memanjakan  Yusuf  dan  menyintai  serta  menyayangi  lebih  daripada  kita,
seolah-olah Yusuf dan Benyamin sahajalah anak-anak kandungnya dan kita anak-anak
tirinya  ,  padahal kita adalah lebih tua dan lebih cekap daripada mereka berdua serta
kitalah  yang  selalu  mendampingi  ayah,mengurus  segala  keperluannya  dan  keperluan
rumahtanggannya. Kita merasa hairan mengapa hanya Yusuf dan Benyamin sahaja yang






menjadi  keistimewaan  disisi  ayah.  Apakah  ibunya  lebih  dekat  kepada  hati  ayah
berbanding  dengan  ibu  kita?  Jika  memang  itu  alasannya  ,maka  apakah  salah  kita?
Bahawa kita lahir daripada ibu yang mendapat tempat kedua di hati ayah ataukah paras
Yusuf yang lebih tampan dan lebih cekap drp paras dan wajah kita yang memang sudah
demikian diciptakan oleh Tuhan dan sesekali bukan kehendak atau hasil usaha kita? Kita
amat sesalkan atas perlakuan dan tindakan ayah yang sesal dan keliru ini serta harus
melakukan sesuatu untuk mengakhiri keadaan yang pincang serta menjengkelkan hati
kami    semua."

Seorang saudara lain berkata menyambung:" Soal cinta atau benci simpati atau antipati
adalah soal hati yang tumbuh laksana jari-jari kita, tidak dapat ditanyakan mengapa yang
satu lebih rebdah dari yang lain dan mengapa ibu jari lebih besar dari jari kelingking.
Yang  kita  sesalkan  ialah  bahwa  ayah  kita  tidak  dpt  mengawal  rasa  cintanya  yang
berlebih-lebihan kepada Yusuf dan Benyamin sehingga menyebabkannya berlaku tidak
adil terhadap kami semua selaku sesama anak kandungnya. Keadaan yang pincang dalam
hubungan  kita  dengan  ayah  tidak  akan  hilang,  jika  penyebab  utamanya  tidak  kita
hilangkan. Dan sebagaimana kamu ketahui bahwa penyebab utamanya dari keadaan yang
menjengkel hati ini ialah adanya Yusuf di tengah-tengah kita. Dia adalah penghalang bagi
kita untuk dpt menerobos ke dalam lubuk hati ayah kita dan dia merupakan dinding tebal
yang memisahkan kita dari ayah kita yang sangat kita cintai. Maka jalan satu-satunya
untuk mengakhiri kerisauan kita ini ialah dengan melenyapkannya dari tengah-tengah
kita dan melemparkannya jauh-jauh dari pergaulan ayah dan keluarga kita. Kita harus
membunuh dengan tangan kita sendiri atau mengasingkannya di suatu tempat di mana
terdpt binatang-binatang buas yang akan melahapnya sebagai mangsa yang empuk dan
lazat. Dan kita tidak perlu meragukan lagi bahwa bila Yusuf sudah lenyap dari mata dan
pergaulan ayah , ia akan kembali menyintai dan menyayangi kita sebagai anak-anaknya
yang patut mendapat perlakuan adil dan saksama dari ayah dan suasana rumahtangga
akan kembali menjadi rukun, tenang dan damai, tiada sesuatu yang merisaukan hati dan
menyesakkan    dada."

Berkata Yahudza, putera keempat dari Nabi Ya'qub dan yang paling cekap dan bijaksana
di antara sesama saudaranya:" Kita semuanya adalah putera-putera Ya'qub pesuruh Allah
dan anak dari Nabi Ibrahim, pesuruh dan kekasih Allah. Kami semua adalah orang-orang
yang beragama dan berakal waras. Membunuh adalah sesuatu perbuatan yang dilarang
oleh agama dan tidak diterima oleh akal yang sihat, apa lagi yang kami bunuh itu atau
serahkan  jiwanya  kepada  binatang  buas  itu  adalah  saudara  kita  sendiri  ,  sekandung,
sedarah , sedaging yang tidak berdosa dan tidak pula pernah melakukan hal-hal yang
menyakitkan hati atau menyentuh perasaan. Dan bahwa ia lebih dicntai dan disayangi
oleh ayah, itu adalah suatu yang  berada di luar kekuasaannya  dan sesekali tidak dpt
ditimpakan dosanya kepadanya. Maka menurut fikiran saya kata Yahudza melanjutkan
bahasnya    ialah    dengan    jalan    yang    terbaik    untuk    melenyapkan   Yusuf    ialah
melemparkannya   ke   dalam   sebuah   perigi   yang   kering   yang   terletak   di   sebuah
persimpangan jalan tempat kafilah-kafilah dan para musafir berhenti beristirehat memberi
makan dan minum kepada binatang-binatang kenderaannya. Dengan cara demikian terdpt
kemungkinan    bahwa    salah    seorang    daripada    musafir    itu    menemukan   Yusuf,
mengangkatnya dari dalam perigi dan membawanya jauh-jauh sebagai anak pungut atau






sebagai  hamba  sahaya  yang  akan  diperjual-belikan  .Dengan  cara  aku  kemukakan  ini
,kami telah dapat mencapai tujuan kami tanpa melakukan pembunuhan dan merenggut
nyawa    adik    kami    yang    tidak    berdosa."

Fikiran dan cadangan yang dikemuka oleh Yahudza itu mendapat sambutan baik dan
disetujui bulat oleh saudara-saudaranya yang lain dan akan melaksanakannya pada waktu
dan  kesempatan  yang  tepat.  Pertemuan  secara  rahsia  itu  bersurai  dengan  janji  dari
masing-masing saudara hadir, akan menutup mulut dan merahsiakan rancangan jahat ini
seketat-ketatnya  agar  tidak  bocor  dan  tidak  didengar  oleh  ayah  mereka  sebelum
pelaksanaannya.

Nabi Yusuf bermimpi

Pada malam di mana para saudaranya mengadakan pertemuan sulit yang mana untuk
merancangkan muslihat dan rancangan jahat terhadap diri adiknya yang ketika itu Nabi
Yusuf sedang tidur nyenyak , mengawang di alam mimpi yang sedap dan mengasyikkan
,tidak mengetahui apa yang oleh takdir di rencanakan atas dirinya dan tidak terbayang
olehnya bahwa penderitaan yang akan dialaminya adalah akibat dari perbuatan saudara-
saudara  kandungnya  sendiri,  yang  diilhamkan  oleh  sifat-sifat  cemburu,  iri  hati  dan
dengki.

Pd mlm yang nahas itu Nabi Yusuf melihat dalam mimpinya seakan-akan sebelas bintang,
matahari dan bulan yang berada di langit turun dan sujud di depannya. Terburu-buru
setelah bangun dari tidurnya, ia datang menghampiri ayahnya , menceritakan kepadanya
apa    yang    ia    lihat    dan    alami    dalam    mimpi.
Tanda gembira segera tampak pada wajah Ya'qub yang berseri-seri ketika mendengar
cerita mimpi Yusuf, puteranya. Ia berkata kepada puteranya:" Wahai anakku! Mimpimu
adalah mimpi yang berisi dan bukan mimpi yang kosong. Mimpimu memberikan tanda
yang  membenarkan  firasatku  pada  dirimu,  bahwa  engkau  dikurniakan  oleh  Allah
kemuliaan  ,ilmu  dan  kenikmatan  hidup  yang  mewah.Mimpimu  adalah  suatu  berita
gembira dari Allah kepadamu bahwa hari depanmu adalah hari depan yang cerah penuh
kebahagiaan,  kebesaran  dan  kenikmatan  yang  berlimpah-limpah.Akan  tetapi  engkau
harus  berhati-hati,  wahai  anakku  ,janganlah  engkau  ceritakan  mimpimu  itu  kepada
saudaramu yang aku tahu mereka tidak menaruh cinta kasih kepadamu, bahkan mereka
mengiri kepadamu karena kedudukkan yang aku berikan kepadamu dan kepada adikmu
Benyamin. Mrk selalu berbisik-bisik jika membicarakan halmu dan selalu menyindir-
nyindir dalam percakapan mrk tentang kamu berdua. Aku khuatir, kalau engkau ceritakan
kepada  mrk  kisah  mimpimu  akan  makin  meluaplah  rasa  dengki  dan  iri-hati  mereka
terhadapmu dan bahkan tidak mungkin bahwa mereka akan merancang perbuatan jahat
terhadapmu  yang  akan  membinasakan  engkau.  Dan  dalam  keadaan  demikian  syaitan
tidak  akan  tinggal  diam,  tetapi  akan  makin  mambakar  semangat  jahat  mereka  dan
mengorbankan rasa dengki dan iri hati yang bersemayam dalam dada mrk. Maka berhati-
hatilah, hai anakku, jangan sampai cerita mimpimu ini bocor dan didengar oleh mereka."

Isi cerita tersebut di atas terdapat dalam Al_Quran ,dalam surah "Yusuf" ayat 4 sehingga
ayat    10    yang    berbunyi    sebagai    berikut:






Maksudnya:"  {Ingatlah}  ketika  Yusuf  berkata  kepada  ayahnya  :  "Wahai  ayahku,
sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas buah bintang, matahari dan bulan, kulihat
semuanya  sujud kepadaku". 5. Ayahnya  berkata: "Hai  anakku ,jgnlah  kamu ceritakan
mimpimu    itu    kepada    saudar-saudaramu,    maka    mrk    membuat    muslihat    {utk
membinasakanmu} .Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia."
6.  Dan  demikianlah  Tuhanmu  memilih  kamu  {utk  menjadi  Nabi}  dan  diajarkannya
kepada kamu sebahagian dari takdir mimpi-mimpi dan disempurnakannya nikmat-Nya
kepadamu   dan   kepada   keluarga  Ya'qub   sebagaimana   Dia   telah   menyempurnakan
nikmatnya   kepada   dua   orang   bapamu   sebelum   itu,   {iaitu}   Ibrahim   dan   Ishaq.
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. 7. Sesungguhnya ada
beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada {kisah} Yusuf dan saudara-saudaranya bagi
orang yang bertanya. 8. {Iaitu} ketika mereka berkata: "Sesungguhnya Yusuf dan saudara
kandungnya {Benyamin} lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita
{ini}  adalah  satu  golongan  {yang  kuat}  .Sesungguhnya  ayah  kita  adalah  dalam
kekeliruan yang nyata." 9. Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah {yang tidak
dikenal} supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja dan sesudah itu hendaklah
kamu menjadi orang-orang yang baik." 10. Seorang daripada mrk berkata: "Janganlah
kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah ia ke dalam perigi, supaya dia dipungut oleh
beberapa orang musafir jika kamu hendak berbuat." { Yusuf :4 ~ 10 }

Yusuf dimasukan kedalam perigi

Pada esok harinya setelah semalam suntuk saudara kandung Yusuf bertemu berundingkan
siasat  dan  merancangkan  penyingkiran  adiknya  yang  merupakan  saingan  yang  berat
dalam merebut hati si ayah, datanglah mereka menghadapi Nabi Ya'qub ayahnya meminta
izin membawa Yusuf berekreasi bersama mereka di luar kota. Berkata juru cakap mrk
kepada si ayah: " Wahai ayah yang kami cintai! Kami berhajat berekreasi dan berkelah di
luar kota beramai-ramai dan ingin sekali bahawa adik kami Yusuf turut serta dan tidak
ketinggalan , menikmati udara yang cerah di bawah langit biru yang bersih. Kami akan
bawa  bekal  makanan  dan  minuman  yang  cukup  untuk  santapan  kami  selama  sehari
berada di luar kota untuk bersuka ria dan bersenang-senang ,menghibur hati yang lara dan
melapangkan  dada  yang  sesak,  seraya  mempertebal  rasa  persaudaraan  dan  semangat
kerukunan    di    antara    sesama    saudara."

Berkata Ya'qub kepada putera-puteranya: " Sesungguhnya akan sangat merungsingkan
fikiranku  bila  Yusuf  berada  jauh  dari  jangkauan  mataku  ,apalagi  akan  turut  serta
bersamamu  keluar  kota  ,di  lapangan  terbuka,  yang  menurut  pendengaranku  banyak
binatang buas seperti serigala yang banyak berkeliaran di sana .Aku khuatir bahwa kamu
akan  lengah  menjaganya  ,karena  kesibukan  kamu  bermain-main  sendiri  sehinggakan
menjadikannya mangsa bagi binatang-binatang buas itu. Alangkah sedihnya aku bila hal
itu terjadi. Kamu mengetahui betapa sayangnya aku kepada Yusuf yang telah ditingglkan
oleh    ibunya."

Putera-puteranya menjawab:" Wahai ayah kami! Maskan masuk di akal, bahwa Yusuf
akan diterkam oleh serigala atau lain binatang buas di depan mata kami sekumpulan ini?
Padahal  tidak  ada  di  antara  kami  yang  bertubuh  lemah  atau  berhati  penakut.  Kami






sanggup menolak segala gangguan atau serangan dari mana pun datangnya, apakah itu
binatang buas atau makhluk lain. Kami cukup kuat serta berani dan kami menjaga Yusuf
sebaik-baiknya,  tidak  akan  melepaskannya  dari  pandangan  kami  walau  sekejap  pun.
Kami  akan  mempertaruhkan  jiwa  raga  kami  semua  untuk  keselamatannya  dan  di
manakah  kami  akan  menaruh  wajah  kami  bila  hal-hal  yang  mengecewakan  ayah
mengenai    diri    Yusuf."

Akhirnya   Nabi   yusuf   tidak  ada   alasan   untuk  menolak  permintaan   anak-anaknya
membawa  Yusuf  berekreasi  melepaskan  Yusuf  di  tangan  saudara-saudaranya  yang
diketahui mrk tidak menyukainya dan tidak menaruh kasih sayang kepadanya. Ia berkat
kepada  anak  anaknya:"  Baiklah  jika  kamu  memang  sanggup  bertanggungjawab  atas
keamanan  dan  keselamtannya  sesuai  dengan  kata-kata  kamu  ucapkan  itu,  maka  aku
izinkan  Yusuf  menyertaimu,  semoga  Allah  melindunginya  bersama  kamu  sekalian."

Pada  esok  harinya  berangkatlah  rombongan  putera-putera  Ya'qub  kecuali  Benyamin,
menuju  ke  tempat  rekreasi  atau  yang  sebenarnya  menuju  tempat  di  mana  menurut
rancangan, Yusuf akan ditinggalkan. Setiba mrk disekitar telaga yang menjadi tujuan ,
Yusuf segera ditanggalkan pakaiannya dan dicampakkannya di dalam telaga itu tanpa
menghiraukan jeritan tangisnya yang sedikit pun tidak mengubah hati abang-abangnya
yang  sudah  kehilangan  rasa  cinta  kepada  adik  yang  tidak  berdosa  itu.  Hati  mereka
menjadi lega dan dada mrk menjadi lapang karena rancangan busuknya telah berhasil
dilaksanakan dan dengan demikian akan terbukalah Hati Ya'qub seluas-luasnya bagi mrk,
dan kalaupun tindakan mrk itu akan menyedihkan ayahnya ,maka lama-kelamaan akan
hilanglah   kesedihan   itu   bila   mrk   pandai   menghiburnya   untuk   melupakan   dan
melenyapkan    bayangan    Ysuf    dari    ingatan    ayahnya.

Pada  petang  hari  pulanglah  mrk  kembali  ke  rumah  tanpa  Yusuf  yang  di  tinggalkan
seorang diri di dasar tegala yang gelap itu, dengan membawa serta pakaiannya setelah
disirami  darah  seorang  kelinci  yang  sengaja  dipotong  untuk  keperluan  itu  ,  mrk
mengadap Nabi Ya'qub seraya menangis mencucurkan airmata dan bersandiwara seakan-
akan dan susah hati berkatalah mrk kepada ayahnya:" Wahai ayah! Alangkah sial dan
nahasnya  hari  ini  bagi  kami  ,bahwa  kekhuatiran  yang  ayah  kemukakan  kepada  kami
tentang Yusuf kepada kami telah pun terjadi dan menjadi kenyataan bahwa firasat ayah
yang  tajam  itu  tidak  meleset. Yusuf  telah  diterkam  oleh  seekor  serigala  dikala  kami
bermain lumba lari dan meninggalkan Yusuf seorang diri menjaga pakaian. Kami cukup
hati-hati  menjaga  adik  kami  sesuai  dengan  pesanan  ayah,  namun  karena  menurut
pengamatan kami pada saat itu, tidak ada tanda-tanda atau jejak binatang-binatang buas
disekitar  tempat  kami  bermain,  kami  sesekali  tidak  melihat  adanya  bahaya  dengan
meninggalkan  Yusuf  sendirian  menjaga  pakaian  kami  yang  tidak  dari  tempat  kami
bermain bahkan masih terjangkau oleh pandangan mata kami. Akan tetapi serigala yang
rupanya  sudah  mengintai  adik  kami  Yusuf  itu,  bertindak  begitu  cepat  menggunakan
kesempatan  lengahnya  kami,  waktu  bermain  sehingga  tidak  keburu  kami  menolong
menyelamatkan jiwa adik kami yang sangat kami sayangi dan cintai itu. Oh ayah! Kami
sangat  sesalkan  diri  kami  yang  telah  gagal  menempati  janji  dan  kesanggupan  kami
kepada ayah ketika kami minta izin mambawa Yusuf, namun apa yang hendak dikatakan
bila takdir memang menghendaki yang demikian. Inilah pakaian Yusuf yang berlumuran






dengan darah sebagai bukti kebenaran kami ini, walau pun kami merasakan bahawa ayah
tidak    akan    mempercayai    kami    sekalipun    kami    berkata    yang    benar."

Nabi Ya'qub yang sudah memperolehi firasat tentang apa yang akan terjadi keatas diri
Yusuf putera kesayangannya dan mengetahui bagaimana sikap abang-abangnya terhadap
Yusuf  adiknya,  tidak dapat  berbuat  apa-apa  selain  berpasrah kepada  takdir  Illahi  dan
seraya menekan rasa sedih, cemas dan marah yang sedang bergelora di dalam dadanya,
berkatalah beliau kepada putera-puteranya:" Kamu telah memperturutkan hawa nafsumu
dan mengikut apa yang dirancangkan oleh syaitan kepadamu. Kamu telah melakukan
suatu perbuatan yang akan kamu akan rasa sendiri akibatnya kelak jika sudah terbuka
tabir  asapnya  yang  patut  dimintai  pertolong-Nya  dalam  segala  hal  dan  peristiwa.

Isi  cerita  ini  telah  dapat  dibacakan  didalam  Al-Quran  pada  surah  "Yusuf"  ayat  11
sehingga    18    sebagai    berikut:

" 11. Mereka berkata : "Wahai ayah kami! apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami
terhadap  Yusuf  ,padahal  sesungguhnya  kami  adalah  orang-orang  yang  mengingini
kebaikan  baginya."  12.  Biarkan  lah  ia  pergi  bersama  kami  besok,  agak  dia  {dapat}
bersenang-senang dan {dapat} bermain-main dan sesungguhnya kami pasti menjaganya."
13. Berkata Ya'qub:" Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkan
dan aku khuatir kalau-kalau dia dimakan serigala sedang kamu lengah daripadanya." 14.
Mereka berkata: " Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami adalah golongan
{yang  kuat}  ,sesungguhnya  kami kalau  demikian adalah orang-orang yang  rugi."  15.
Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dalam telaga {lalu
mereka masukkan dia} dan {di waktu dia sudah dalam telaga }Kami wahyukan kepada
{Yusuf}:" Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini,
sedang mereka tidak ingat lagi. 16. Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di
petang hari sambil menangis. 17. Mereka berkata: "Wahai ayah kami! Sesungguhnya
kami pergi berlumba-lumba dan kami tinggalkan Yusuf dekat barang-barang kami, lalu
dia dimakan serigala dan kamu sesekali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami
adalah orang-orang yang benar." 18. Mereka datang membawa baju kemejanya {yang
berlumuran} dengan darah palsu. Ya'qub berkata:" Sebenarnya diri kamu sendirilah yang
memandang  baik  perbuatan  {yang  buruk}  itu  maka  kesabaran  yang   baik  itulah
{kesabaran}. Dan Allah sajalah yang dimohon perlindungannya terhadap apa yang kamu
ceritakan."

Yusuf dijual-beli sebagai hamba sahaya

Yusuf  sedang  berada  di  dalam  perigi  itu  seorang  diri,  diliputi  oleh  kegelapan  dan
kesunyian  yang  mencekam.  Ia  melihat  ke  atas  dan  ke  bawah  ke  kanan  dan  ke  kiri
memikirkan bagaimana ia dapat mengangkatkan dirinya dari perigi itu , namun ia tidap
melihat  sesuatu  yang  dpt  menolongnya.  IA hanya  dapat  melihat  bayangan  tubuhnya
dalam  air  yang  cetek  di  bawah  kakinya.  Sungguh  suatu  ujian  yang  amat  berat  bagi
seorang semuda Yusuf yang masih belum banyak pengalaman nya dalam penghidupan,
bah   baru   pertama   kali   ia   berpisah   dari   ayahnya   yang   sangat   menyayangi   dan
memanjakannya.    Lebih-lebih    terasa    beratnya    uijian    itu    ialah    karena    yang






melemparkannya  ke  dasar  telaga  itu  adalah  abang-abangnya  sendiri,  putera-putera
ayahnya.

Yusuf  di  samping  memikirkan  nasibnya  yang  sedang  dialami,  serta  bagaimana  ia
menyelamatkan dirinya dari bahaya kelaparan sekiranya ia lama tidak tertolong, ia selalu
mengenangkan ayahnya ketika melihat abang-abangnya kembali pulang ke rumah tanpa
dirinya    bersama    mrk.
Tiga hari berselang, sejak Yusuf dilemparkan ke dalam perigi, dan belum nampak tanda-
tanda yang memberi harapan baginya dapat keluar dari kurungannya, sedangkan bahaya
kelaparan sudah mulai membayangi dan sudah nyaris berputus asa ketika sekonyong-
konyong   terdengar   olehnya   suara   sayup-sayup,   suara   aneh   yang   belum   pernah
didengarnya sejak ia dilemparkan ke dalam telaga itu. Makin lama makin jelaslah suara-
suara  itu  yang  akhirnya  terdengar  seakan  anjing  menggonggong  suara  orang-orang
bercakap dan tertawa terbahak-bahak dan suara jejak kaki manusia dan binatang sekitar
telaga    itu.

Ternyata  apa  yang  terdengar  oleh  Yusuf,  ialah  suara-suara  yang  timbul  oleh  sebuah
kafilah yang sedang berhenti di sekitar perigi, di mana ia terkurung untuk beristirehat
sambil  mencari  air  untuk  diminum  bagi  mrk  dan  binatang-binatang  mrk.  alangkah
genbiranya Yusuf ketika keetika ia sedang memasang telinganya dan menengar suara
ketua kafilah memerintahkan orangnya melepaskan gayung mengambil air dari telaga itu.
Sejurus  kemudian  dilihat  oleh  Yusuf  Sebuah  gayung  turun  ke  bawah  dan  begitu
terjangkau oleh tangannya dipeganglah kuat-kuat gayung itu yang kemudian ditarik ke
atas oleh sang musafir seraya berteriak mengeluh karena beratnya gayung yang ditarik
itu.

Para musafir yang berada di kafilah itu terperanjat dan takjub ketika melihat bahawa yang
memberatkan gayung itu bukannya air, tetapi manusia hidup berparas tampan, bertubuh
tegak  dan  berkulit  putih  bersih.  Mereka  berunding  apa  yang  akan  diperbuat  dengan
hamba Allah yang telah diketemukan di dalam dasar perigi itu, dilepaskannya di tempat
yang sunyi itu atau dikembalikan kepada keluarganya. Akhirnya bersepakatlah mrk untuk
dibawa ke Mesir dan dijual di sana sebagai hamba sahaya dengan harga, yang menurut
tafsiran mrk akan mencapai harga yang tinggi, karena tubuhnya yang baik dan parasnya
yang    tampan.

Setibanya kafilah itu di Mesir, dibawalah Yusuf di sebuah pasar khusus , di mana manusia
diperdagangkan dan diperjual-belikan sebagai barang dagangan atau sebagai binatang-
binatang ternakan. Yusuf lalu ditawarkan di depan umum dilelongkan. Dan karena para
musafir  yang  membawanya  itu  khuatir  akan  terbuka  pertemuan  Yusuf  maka  mereka
enggan  memepertahankan  sampai  mencapai  harga  yang  tinggi,  tetapi  melepaskannya
pada tawaran pertama dengan harga yang rendah dan tidak memadai. Padahal seorang
seperti nabi Yusuf tidak dapat dinilai dengan wang bahkan dengan emas seisi bumi pun
tidak seimbang sebagai manusia yang besar dan makhluk Allah yang agung seperti Nabi
Yusuf yang oleh Allah telah digariskan dalam takdirnya bahawa ia akan melaksanakan
missi yang suci dan menjalankan peranan yang menentukan dalam pengaulan hidup umat
manusia.







Nabi  Yusuf  dalam  pelelongan  itu  dibeli  oleh  keeetua  polis  Mesir  bernama  Fathifar
sebagai  penawar  pertama  ,  yang  merasa  berbahagia  memperoleh  sorang  hamba  yang
berparas bagus, bertubuh kuat dan air muka yang memberi kesan bahawa dalam manusia
yang dibelikan itu terkandung jiwa yang besar, hati suci bersih dan bahawa ia bukanlah
dari    kualiti    manusia    yang    harus    diperjual-belikan.
Kata Fathifar kepada isterinya ketika mengenalkan Yusuf kepadanya:" Inilah hamba yang
aku baru beli dari pelelongan. Berilah ia perlakuan dan layanan yang baik kalau-kalau
kelak kami akan memperolehi manfaat drpnya dan memungutnya sebagai anak kandung
kita. Aku dapat firasat dari paras mukanya dan gerak-gerinya bahawa ia bukanlah dari
golongan yang harus diperjual-belikan, bahkan mungkin sekali bahawa ia adalah dari
keturunan   keluarga   yang   berkedudukan   tinggi   dan   orang-orang   yang   beradab.

Nyonya Fathifar, isteri Ketua Polis Mesir menerima Yusuf di rumahnya, sesuai dengan
pesanan  suaminya.  dilayan  sebagai  salah  seorang  daripada  anggota  keluarganya  dan
sesekali tidak diperlakukannya sebagai hamba belian. Yusuf pun dapat menyesuaikan diri
dengan  keadaan  rumahtangga  Futhifar.  Ia  melakukan  tugas  sehari-harinya  di  rumah
dengan  penuh  semangat  dan  dengan  kejujuran  serta  disiplin  yang  tinggi.  Segala
kewajiban dan tugas yang diperintahkan kepadanya, diurus dengan senang hati seolah-
olah  dari  perintah  oleh  orang  tuanya  sendiri.  Demikianlah,  maka  makin  lama  makin
disayanglah akan Yusuf di rumah Ketua Polis Mesir itu sehingga merasa seakan-akan
berada    di    rumah    keluarga    dan    orang    tuanya    sendiri.

Tentang isi cerita di atas, dapat dibaca dalam surah "Yusuf" ayat 19 sehingga ayat 21
sebagai    berikut:    ~
"19. Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mrk menyuruh seorang
mengambil  air  mereka,  maka  dia  menurunkan  timbanya,  dia  berkata:  "  Oh!  Khabar
gembira, ini seorang anak muda!" Kemudian mrk menyembunyikan dia sebagai barang
dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mrk kerjakan. 20. Dan mrk menjual
Yusuf dengan harga yang murah, iaitu beberapa dirham shj, dan mrk merasa tidak tertarik
hatinya kepada Yusuf 21. Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada isterinya: "
Berikanlah kepadanya tempat {dan layanan} yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada
kita  atau  kita  pungut  dia  sebagai  anak."  Dan  demekian  pulalah  Kami  memberikan
kedudukan  yang  baik  kepada  Yusuf  di  muka  bumi  {Mesir}  dan  agar  kami  ajarkan
kepadanya takdir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahuinya." {Surah Yusuf : 19 ~ 21}

Yusuf dalam godaan nyonya Futhifar

Yusuf  hidup  tenang  dan  tenteram  di  rumah  Futhifar,  Ketua  Polis  Mesir,  sejak  ia
menginjakkan   kakinya   di   rumah   itu.   Ia   mendpt   kepercayaan   penuh   dari   kedua
majikannya,  suami-isteri,  mengurus  rumah-tangga  mereka  dan  melaksanakan  perintah
dan segala keperluan mrk dengan sesungguh hati, ikhlas dan kejujuran, tiada menuntut
upah dan balasan atas segala tenaga dan jerih payah yang dicurahkan untuk kepentingan
keluarga.  Ia  menganggap  dirinya  di  rumah  itu  bukan  sebagai  hamba  bayaran,  tetapi
sebagai seorang drp anggota keluarga. demikian pula anggapan majikannya, suami-isteri






terhadap    dirinya.

Ketenangan hidup dan kepuasan hati yang diperdpt oleh Yusuf selama ia tinggal di rumah
Futhifar,  telah  mempengaruhi  kesihatan  dan  pertumbuhan  tubuhnya.  Ia  yang  telah
dikurnai oleh Tuhan kesempurnaan jasmani dengan kehidupan yang senang dan empuk di
rumah Futhifar, makin terlihat tambah segar wajahnya, tambah elok parasnya dan tambah
tegak tubuhnya, sehingga ia merupakan seorang pemuda remaja yang gagah perkasa yang
menggiurkan  hati  setiap  wanita  yang  melihatnya,  tidak  terkecuali  isteri  Futhifar,
majikannya sendiri, bahkan bukan tidak mungkin bahwa ia akan menjadi rebutan lelaki,
andai  kata  ia  hidup  di  kota  Sadum  di  tengah-tangah  kaum  Nabi  Luth  ketika  itu.

Pengaulan hari-hari di bawah satu atap rumah antara Yusuf pemuda remaja yang gagah
perkasa dan Nyonya Futhifar, seorang wanita muda cantik dan ayu, tidak akan terhindar
dari risiko terjadinya perbuatan maksiat, bila tidak ada kekuatan iman dan takwa yang
menyekat hawa nafsu yang ammarah bissu. Demikian lah akan apa yang terjadi terhadap
Yusuf    dan    isteri    Ketua    Polis    Mesir.
Pada hari-hari pertama Yusuf berada di tengah-tengah keluarga , Nyonya Futhifar tidak
menganggapnya dan memperlakukannya lebih dari sebagai pembantu rumah yang cekap,
tangkas, giat dan jujur, berakhlak dan berbudi pekerti yang baik. Ia hanya mengagumi
sifat-sifat luhurnya itu serta kecekapan dan ketangkasan kerjanya dalam menyelesaikan
urusan dan tugas yang pasrahkan kepadanya. Akan tetapi memang rasa cinta itu selalu
didahului    oleh    rasa    simpati.

Simpati  dan  kekaguman  Nyonya  Futhifar  terhadap  cara  kerja  Yusuf,  lama-kelamaan
berubah menjadi  simpati dan kekaguman terhadap bentuk banda dan paras  mukanya.
Gerak-geri dan tingkah laku Yusuf diperhatika dari jauh dan diliriknya dengan penuh
hati-hati. Bunga api cinta yang masih kecil di dalam hati Nyonya Futhifar terhadap Yusuf
makin hari makin membesar dan membara tiap kali ia melihat Yusuf berada dekatnya
atau   mendengar   suaranya   dan   suara   langkah   kakinya.   Walaupun   ia   berusaha
memandamkan api yang membara di dadanya itu dan hedak menyekat nafsu berahi yang
sedang  bergelora  dalam  hatinya,  untuk  menjaga  maruahnya  sebagai  majikan  dan
mepertahankan sebagai isteri Ketua Polis, namun ia tidak berupaya menguasai perasaan
hati  dan  hawa  nasfunya dengan  kekuatan  akalnya.  Bila  ia  duduk  seorang  diri,  maka
terbayanglah di depan matanya akan paras Yusuf yang elok dan tubuhnya yang bagus dan
tetaplah melekat bayangan itu di depan mata dan hatinya, sekalipun ia berusaha untuk
menghilangkannya  dengan  mengalihkan  perhatiannya  kepada  urusan  dan  kesibukan
rumahtangga.   Dan   akhirnya   menyerahlah   Nyonya   Futhifar   kepada   kehendak   dan
panggilan   hati   dan   nafsunya   yang   mnedpt   dukungan   syaitan   dan   iblis   dan
diketepikanlahnya   semua   pertimbangan   maruah,   kedudukan   dan   martabat   serta
kehormatan    diri    sesuai    dengan    tuntutan    dengan    akal    yang    sihat.

Nyonya Futhifar menggunakan taktik, mamancing-mancing Yusuf agar ia lebih dahulu
mendekatinya dan bukannya dia dulu yang mendekati Yusuf demi menjaga kehormatan
dirinya sebagai isteri Ketua Polis. Ia selalu berdandan dan berhias rapi, bila Yusuf berada
di rumah, merangsangnya dengan wangi-wangian dan dengan memperagakan gerak-geri
dan  tingkah  laku  sambil  menampakkan,  seakan-akan  dengan  tidak  sengaja  bahagian






tubuhnya    yang    biasanya    menggiurkan    hati    orang    lelaki.
Yusuf yang tidak sedar bahwa Zulaikha, isteri Futhifar, mencintai dan mengandungi nafsu
syahwat kepadanya, menganggap perlakuan manis dan pendekatan Zulaikha kepadanya
adalah hal biasa sesuai dengan pesanan Futhifar kepada isterinya ketika dibawa pulang
dari tempat perlelongan. Ia berlaku biasa sopan santun dan bersikap hormat dan tidak
sedikit pun terlihat dari haknya sesuatu gerak atau tindakan yang menandakan bahwa ia
terpikat oleh gaya dan aksi Zulaikha yang ingin menarik perhatiannya dan mengiurkan
hatinya. Yusuf sebagai calon Nabi telah dibekali oleh Allah dengan iman yang mantap,
akhlak yang luhur dan budi pekerti yang  tinggi. Ia tidak akan terjerumus melakukan
sesuatu  maksiat  yang  sekaligus  merupakan  perbuatan  atau  suatu  tindakan  khianat
terhadap  orang  yang  telah  mempercayainya  memperlakukannya  sebagai  anak  dan
memberinya    tempat    di    tengah-tengah    keluarganya.

Sikap dingin dan acuh tak acuh dari Yusuf terhadap rayuan dan tingkah laku Zulaikha
yang bertujuan membangkitkan nafsu syahwatnya menjadikan Zulaikha bahkan tambah
panas hati dan bertekad dkan berusaha terus sampai maksudnya tercapai. Jika aksi samar-
samar yang ia lakukan tetap tidak dimengertikan oleh Yusuf Yang dianggapkannya yang
berdarah  dingin  itu,  maka  akan  dilakukannya  secara  berterus  terang  dan  kalau  perlu
dengan    cara    paksaan    sekalipun.
Zulaikha , tidak tahan lebih lama menunggu reaksi dari Yusuf yang tetap bersikap dingin ,
acuh  tak  acuh  terhadap  rayuan  dan  ajakan  yang  samar-samar  daripadanya.  Maka
kesempatan ketika si suami tidak ada di rumah, masuklah Zulaikha ke bilik tidurnya
seraya berseru kepada Yusuf agar mengikutinya. Yusuf segera mengikutinya dan masuk
ke  bilik  di  belakang  Zulaikha,  sebagaimana  ia  sering  melakukannya  bila  di  mintai
pertolongannya  melakukan  sesuatu  di  dalam  bilik.  Sekali-kali  tidak  terlintas  dalm
fikirannya bahwa perintah Zulaikha kali itu kepadanya untuk masuk ke biliknya bukanlah
perintah biasa untuk melekukan sesuatu yang biasa diperintahkan kepadanya. Ia baru
sedar ketika ia berad di dalam bilik, pintu dikunci oleh Zulaikha, tabir disisihkan seraya
berbaring berkatalah ia kepada Yusuf: " Ayuh, hai Yusuf! Inilah aku sudah siap bagimu,
aku  tidak  tahan  menyimpan  lebih  lama  lagi  rasa  rinduku  kepada  sentuhan  tubuhmu.
Inilah   tubuhku   kuserahkan   kepadamu,  berbuatlah   sekehendak   hatimu   dan   sepuas
nafsumu."

Seraya   memalingkan   wajahnya   ke   arah   lain,   berkatalah   Yusuf:"   Semoga   Allah
melindungiku  dari  godaan  syaitan.  Tidak  mungkin  wahai  tuan  puteriku  aku  akan
melakukan maksiat dan memenuhi kehendakmu. Jika ak

Leave a Reply