Nabi Yusuf as
Nabi Yusuf adalah putera ke tujuh daripada dua belas putera-puteri Nabi Ya'qub. Ia
dengan adiknya yang bernama Benyamin adalah beribukan Rahil, saudara sepupu Nabi
Ya'qub. Ia dikurniakan Allah rupa yang bagus, paras tampan dan tubuh yang tegap yang
menjadikan idaman setiap wanita dan kenangan gadis-gadis remaja. Ia adalah anak yang
dimanjakan oleh ayahnya, lebih disayang dan dicintai dibandingkan dengan saudara-
saudaranya yang lain, terutamanya setelah ditinggalkan iaitu wafatnya ibu kandungnya
Rahil semasa ia masih berusia dua belas tahun.
Perlakuan yang diskriminatif dari Nabi Ya'qub terhadap anak-anaknya telah
menimbulkan rasa iri-hati dan dengki di antara saudara-saudara Yusuf yang lain, yang
merasakan bahawa mereka dianak-tirikan oleh ayahnya yang tidak adil sesama anak,
memanjakan Yusuf lebih daripada yang lain.
Rasa jengkel mereka terhadap kepada ayahnya dan iri-hati terhadap Yusuf
membangkitkan rasa setia kawan antara saudara-saudara Yusuf, persatuan dan rasa
persaudaraan yang akrab di antara mereka.
Saudara-saudara Yusuf mengadakan pertemuan
Dalam pertemuan rahsia yang mrk adakan untuk merundingkan nasib yang mrk alami
dan mengatur aksi yang harus mrk lakukan bagi menyedarkan ayahnya, menuntut
perlakuan yang adil dan saksama, berkata salah seorang drp mrk:" Tidakkah kamu
merasakan bahawa perlakuan terhadap kita sebagai anak-anaknya tidak adil dan berat
sebelah? Ia memanjakan Yusuf dan menyintai serta menyayangi lebih daripada kita,
seolah-olah Yusuf dan Benyamin sahajalah anak-anak kandungnya dan kita anak-anak
tirinya , padahal kita adalah lebih tua dan lebih cekap daripada mereka berdua serta
kitalah yang selalu mendampingi ayah,mengurus segala keperluannya dan keperluan
rumahtanggannya. Kita merasa hairan mengapa hanya Yusuf dan Benyamin sahaja yang
menjadi keistimewaan disisi ayah. Apakah ibunya lebih dekat kepada hati ayah
berbanding dengan ibu kita? Jika memang itu alasannya ,maka apakah salah kita?
Bahawa kita lahir daripada ibu yang mendapat tempat kedua di hati ayah ataukah paras
Yusuf yang lebih tampan dan lebih cekap drp paras dan wajah kita yang memang sudah
demikian diciptakan oleh Tuhan dan sesekali bukan kehendak atau hasil usaha kita? Kita
amat sesalkan atas perlakuan dan tindakan ayah yang sesal dan keliru ini serta harus
melakukan sesuatu untuk mengakhiri keadaan yang pincang serta menjengkelkan hati
kami semua."
Seorang saudara lain berkata menyambung:" Soal cinta atau benci simpati atau antipati
adalah soal hati yang tumbuh laksana jari-jari kita, tidak dapat ditanyakan mengapa yang
satu lebih rebdah dari yang lain dan mengapa ibu jari lebih besar dari jari kelingking.
Yang kita sesalkan ialah bahwa ayah kita tidak dpt mengawal rasa cintanya yang
berlebih-lebihan kepada Yusuf dan Benyamin sehingga menyebabkannya berlaku tidak
adil terhadap kami semua selaku sesama anak kandungnya. Keadaan yang pincang dalam
hubungan kita dengan ayah tidak akan hilang, jika penyebab utamanya tidak kita
hilangkan. Dan sebagaimana kamu ketahui bahwa penyebab utamanya dari keadaan yang
menjengkel hati ini ialah adanya Yusuf di tengah-tengah kita. Dia adalah penghalang bagi
kita untuk dpt menerobos ke dalam lubuk hati ayah kita dan dia merupakan dinding tebal
yang memisahkan kita dari ayah kita yang sangat kita cintai. Maka jalan satu-satunya
untuk mengakhiri kerisauan kita ini ialah dengan melenyapkannya dari tengah-tengah
kita dan melemparkannya jauh-jauh dari pergaulan ayah dan keluarga kita. Kita harus
membunuh dengan tangan kita sendiri atau mengasingkannya di suatu tempat di mana
terdpt binatang-binatang buas yang akan melahapnya sebagai mangsa yang empuk dan
lazat. Dan kita tidak perlu meragukan lagi bahwa bila Yusuf sudah lenyap dari mata dan
pergaulan ayah , ia akan kembali menyintai dan menyayangi kita sebagai anak-anaknya
yang patut mendapat perlakuan adil dan saksama dari ayah dan suasana rumahtangga
akan kembali menjadi rukun, tenang dan damai, tiada sesuatu yang merisaukan hati dan
menyesakkan dada."
Berkata Yahudza, putera keempat dari Nabi Ya'qub dan yang paling cekap dan bijaksana
di antara sesama saudaranya:" Kita semuanya adalah putera-putera Ya'qub pesuruh Allah
dan anak dari Nabi Ibrahim, pesuruh dan kekasih Allah. Kami semua adalah orang-orang
yang beragama dan berakal waras. Membunuh adalah sesuatu perbuatan yang dilarang
oleh agama dan tidak diterima oleh akal yang sihat, apa lagi yang kami bunuh itu atau
serahkan jiwanya kepada binatang buas itu adalah saudara kita sendiri , sekandung,
sedarah , sedaging yang tidak berdosa dan tidak pula pernah melakukan hal-hal yang
menyakitkan hati atau menyentuh perasaan. Dan bahwa ia lebih dicntai dan disayangi
oleh ayah, itu adalah suatu yang berada di luar kekuasaannya dan sesekali tidak dpt
ditimpakan dosanya kepadanya. Maka menurut fikiran saya kata Yahudza melanjutkan
bahasnya ialah dengan jalan yang terbaik untuk melenyapkan Yusuf ialah
melemparkannya ke dalam sebuah perigi yang kering yang terletak di sebuah
persimpangan jalan tempat kafilah-kafilah dan para musafir berhenti beristirehat memberi
makan dan minum kepada binatang-binatang kenderaannya. Dengan cara demikian terdpt
kemungkinan bahwa salah seorang daripada musafir itu menemukan Yusuf,
mengangkatnya dari dalam perigi dan membawanya jauh-jauh sebagai anak pungut atau
sebagai hamba sahaya yang akan diperjual-belikan .Dengan cara aku kemukakan ini
,kami telah dapat mencapai tujuan kami tanpa melakukan pembunuhan dan merenggut
nyawa adik kami yang tidak berdosa."
Fikiran dan cadangan yang dikemuka oleh Yahudza itu mendapat sambutan baik dan
disetujui bulat oleh saudara-saudaranya yang lain dan akan melaksanakannya pada waktu
dan kesempatan yang tepat. Pertemuan secara rahsia itu bersurai dengan janji dari
masing-masing saudara hadir, akan menutup mulut dan merahsiakan rancangan jahat ini
seketat-ketatnya agar tidak bocor dan tidak didengar oleh ayah mereka sebelum
pelaksanaannya.
Nabi Yusuf bermimpi
Pada malam di mana para saudaranya mengadakan pertemuan sulit yang mana untuk
merancangkan muslihat dan rancangan jahat terhadap diri adiknya yang ketika itu Nabi
Yusuf sedang tidur nyenyak , mengawang di alam mimpi yang sedap dan mengasyikkan
,tidak mengetahui apa yang oleh takdir di rencanakan atas dirinya dan tidak terbayang
olehnya bahwa penderitaan yang akan dialaminya adalah akibat dari perbuatan saudara-
saudara kandungnya sendiri, yang diilhamkan oleh sifat-sifat cemburu, iri hati dan
dengki.
Pd mlm yang nahas itu Nabi Yusuf melihat dalam mimpinya seakan-akan sebelas bintang,
matahari dan bulan yang berada di langit turun dan sujud di depannya. Terburu-buru
setelah bangun dari tidurnya, ia datang menghampiri ayahnya , menceritakan kepadanya
apa yang ia lihat dan alami dalam mimpi.
Tanda gembira segera tampak pada wajah Ya'qub yang berseri-seri ketika mendengar
cerita mimpi Yusuf, puteranya. Ia berkata kepada puteranya:" Wahai anakku! Mimpimu
adalah mimpi yang berisi dan bukan mimpi yang kosong. Mimpimu memberikan tanda
yang membenarkan firasatku pada dirimu, bahwa engkau dikurniakan oleh Allah
kemuliaan ,ilmu dan kenikmatan hidup yang mewah.Mimpimu adalah suatu berita
gembira dari Allah kepadamu bahwa hari depanmu adalah hari depan yang cerah penuh
kebahagiaan, kebesaran dan kenikmatan yang berlimpah-limpah.Akan tetapi engkau
harus berhati-hati, wahai anakku ,janganlah engkau ceritakan mimpimu itu kepada
saudaramu yang aku tahu mereka tidak menaruh cinta kasih kepadamu, bahkan mereka
mengiri kepadamu karena kedudukkan yang aku berikan kepadamu dan kepada adikmu
Benyamin. Mrk selalu berbisik-bisik jika membicarakan halmu dan selalu menyindir-
nyindir dalam percakapan mrk tentang kamu berdua. Aku khuatir, kalau engkau ceritakan
kepada mrk kisah mimpimu akan makin meluaplah rasa dengki dan iri-hati mereka
terhadapmu dan bahkan tidak mungkin bahwa mereka akan merancang perbuatan jahat
terhadapmu yang akan membinasakan engkau. Dan dalam keadaan demikian syaitan
tidak akan tinggal diam, tetapi akan makin mambakar semangat jahat mereka dan
mengorbankan rasa dengki dan iri hati yang bersemayam dalam dada mrk. Maka berhati-
hatilah, hai anakku, jangan sampai cerita mimpimu ini bocor dan didengar oleh mereka."
Isi cerita tersebut di atas terdapat dalam Al_Quran ,dalam surah "Yusuf" ayat 4 sehingga
ayat 10 yang berbunyi sebagai berikut:
Maksudnya:" {Ingatlah} ketika Yusuf berkata kepada ayahnya : "Wahai ayahku,
sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas buah bintang, matahari dan bulan, kulihat
semuanya sujud kepadaku". 5. Ayahnya berkata: "Hai anakku ,jgnlah kamu ceritakan
mimpimu itu kepada saudar-saudaramu, maka mrk membuat muslihat {utk
membinasakanmu} .Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia."
6. Dan demikianlah Tuhanmu memilih kamu {utk menjadi Nabi} dan diajarkannya
kepada kamu sebahagian dari takdir mimpi-mimpi dan disempurnakannya nikmat-Nya
kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub sebagaimana Dia telah menyempurnakan
nikmatnya kepada dua orang bapamu sebelum itu, {iaitu} Ibrahim dan Ishaq.
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. 7. Sesungguhnya ada
beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada {kisah} Yusuf dan saudara-saudaranya bagi
orang yang bertanya. 8. {Iaitu} ketika mereka berkata: "Sesungguhnya Yusuf dan saudara
kandungnya {Benyamin} lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita
{ini} adalah satu golongan {yang kuat} .Sesungguhnya ayah kita adalah dalam
kekeliruan yang nyata." 9. Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah {yang tidak
dikenal} supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja dan sesudah itu hendaklah
kamu menjadi orang-orang yang baik." 10. Seorang daripada mrk berkata: "Janganlah
kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah ia ke dalam perigi, supaya dia dipungut oleh
beberapa orang musafir jika kamu hendak berbuat." { Yusuf :4 ~ 10 }
Yusuf dimasukan kedalam perigi
Pada esok harinya setelah semalam suntuk saudara kandung Yusuf bertemu berundingkan
siasat dan merancangkan penyingkiran adiknya yang merupakan saingan yang berat
dalam merebut hati si ayah, datanglah mereka menghadapi Nabi Ya'qub ayahnya meminta
izin membawa Yusuf berekreasi bersama mereka di luar kota. Berkata juru cakap mrk
kepada si ayah: " Wahai ayah yang kami cintai! Kami berhajat berekreasi dan berkelah di
luar kota beramai-ramai dan ingin sekali bahawa adik kami Yusuf turut serta dan tidak
ketinggalan , menikmati udara yang cerah di bawah langit biru yang bersih. Kami akan
bawa bekal makanan dan minuman yang cukup untuk santapan kami selama sehari
berada di luar kota untuk bersuka ria dan bersenang-senang ,menghibur hati yang lara dan
melapangkan dada yang sesak, seraya mempertebal rasa persaudaraan dan semangat
kerukunan di antara sesama saudara."
Berkata Ya'qub kepada putera-puteranya: " Sesungguhnya akan sangat merungsingkan
fikiranku bila Yusuf berada jauh dari jangkauan mataku ,apalagi akan turut serta
bersamamu keluar kota ,di lapangan terbuka, yang menurut pendengaranku banyak
binatang buas seperti serigala yang banyak berkeliaran di sana .Aku khuatir bahwa kamu
akan lengah menjaganya ,karena kesibukan kamu bermain-main sendiri sehinggakan
menjadikannya mangsa bagi binatang-binatang buas itu. Alangkah sedihnya aku bila hal
itu terjadi. Kamu mengetahui betapa sayangnya aku kepada Yusuf yang telah ditingglkan
oleh ibunya."
Putera-puteranya menjawab:" Wahai ayah kami! Maskan masuk di akal, bahwa Yusuf
akan diterkam oleh serigala atau lain binatang buas di depan mata kami sekumpulan ini?
Padahal tidak ada di antara kami yang bertubuh lemah atau berhati penakut. Kami
sanggup menolak segala gangguan atau serangan dari mana pun datangnya, apakah itu
binatang buas atau makhluk lain. Kami cukup kuat serta berani dan kami menjaga Yusuf
sebaik-baiknya, tidak akan melepaskannya dari pandangan kami walau sekejap pun.
Kami akan mempertaruhkan jiwa raga kami semua untuk keselamatannya dan di
manakah kami akan menaruh wajah kami bila hal-hal yang mengecewakan ayah
mengenai diri Yusuf."
Akhirnya Nabi yusuf tidak ada alasan untuk menolak permintaan anak-anaknya
membawa Yusuf berekreasi melepaskan Yusuf di tangan saudara-saudaranya yang
diketahui mrk tidak menyukainya dan tidak menaruh kasih sayang kepadanya. Ia berkat
kepada anak anaknya:" Baiklah jika kamu memang sanggup bertanggungjawab atas
keamanan dan keselamtannya sesuai dengan kata-kata kamu ucapkan itu, maka aku
izinkan Yusuf menyertaimu, semoga Allah melindunginya bersama kamu sekalian."
Pada esok harinya berangkatlah rombongan putera-putera Ya'qub kecuali Benyamin,
menuju ke tempat rekreasi atau yang sebenarnya menuju tempat di mana menurut
rancangan, Yusuf akan ditinggalkan. Setiba mrk disekitar telaga yang menjadi tujuan ,
Yusuf segera ditanggalkan pakaiannya dan dicampakkannya di dalam telaga itu tanpa
menghiraukan jeritan tangisnya yang sedikit pun tidak mengubah hati abang-abangnya
yang sudah kehilangan rasa cinta kepada adik yang tidak berdosa itu. Hati mereka
menjadi lega dan dada mrk menjadi lapang karena rancangan busuknya telah berhasil
dilaksanakan dan dengan demikian akan terbukalah Hati Ya'qub seluas-luasnya bagi mrk,
dan kalaupun tindakan mrk itu akan menyedihkan ayahnya ,maka lama-kelamaan akan
hilanglah kesedihan itu bila mrk pandai menghiburnya untuk melupakan dan
melenyapkan bayangan Ysuf dari ingatan ayahnya.
Pada petang hari pulanglah mrk kembali ke rumah tanpa Yusuf yang di tinggalkan
seorang diri di dasar tegala yang gelap itu, dengan membawa serta pakaiannya setelah
disirami darah seorang kelinci yang sengaja dipotong untuk keperluan itu , mrk
mengadap Nabi Ya'qub seraya menangis mencucurkan airmata dan bersandiwara seakan-
akan dan susah hati berkatalah mrk kepada ayahnya:" Wahai ayah! Alangkah sial dan
nahasnya hari ini bagi kami ,bahwa kekhuatiran yang ayah kemukakan kepada kami
tentang Yusuf kepada kami telah pun terjadi dan menjadi kenyataan bahwa firasat ayah
yang tajam itu tidak meleset. Yusuf telah diterkam oleh seekor serigala dikala kami
bermain lumba lari dan meninggalkan Yusuf seorang diri menjaga pakaian. Kami cukup
hati-hati menjaga adik kami sesuai dengan pesanan ayah, namun karena menurut
pengamatan kami pada saat itu, tidak ada tanda-tanda atau jejak binatang-binatang buas
disekitar tempat kami bermain, kami sesekali tidak melihat adanya bahaya dengan
meninggalkan Yusuf sendirian menjaga pakaian kami yang tidak dari tempat kami
bermain bahkan masih terjangkau oleh pandangan mata kami. Akan tetapi serigala yang
rupanya sudah mengintai adik kami Yusuf itu, bertindak begitu cepat menggunakan
kesempatan lengahnya kami, waktu bermain sehingga tidak keburu kami menolong
menyelamatkan jiwa adik kami yang sangat kami sayangi dan cintai itu. Oh ayah! Kami
sangat sesalkan diri kami yang telah gagal menempati janji dan kesanggupan kami
kepada ayah ketika kami minta izin mambawa Yusuf, namun apa yang hendak dikatakan
bila takdir memang menghendaki yang demikian. Inilah pakaian Yusuf yang berlumuran
dengan darah sebagai bukti kebenaran kami ini, walau pun kami merasakan bahawa ayah
tidak akan mempercayai kami sekalipun kami berkata yang benar."
Nabi Ya'qub yang sudah memperolehi firasat tentang apa yang akan terjadi keatas diri
Yusuf putera kesayangannya dan mengetahui bagaimana sikap abang-abangnya terhadap
Yusuf adiknya, tidak dapat berbuat apa-apa selain berpasrah kepada takdir Illahi dan
seraya menekan rasa sedih, cemas dan marah yang sedang bergelora di dalam dadanya,
berkatalah beliau kepada putera-puteranya:" Kamu telah memperturutkan hawa nafsumu
dan mengikut apa yang dirancangkan oleh syaitan kepadamu. Kamu telah melakukan
suatu perbuatan yang akan kamu akan rasa sendiri akibatnya kelak jika sudah terbuka
tabir asapnya yang patut dimintai pertolong-Nya dalam segala hal dan peristiwa.
Isi cerita ini telah dapat dibacakan didalam Al-Quran pada surah "Yusuf" ayat 11
sehingga 18 sebagai berikut:
" 11. Mereka berkata : "Wahai ayah kami! apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami
terhadap Yusuf ,padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini
kebaikan baginya." 12. Biarkan lah ia pergi bersama kami besok, agak dia {dapat}
bersenang-senang dan {dapat} bermain-main dan sesungguhnya kami pasti menjaganya."
13. Berkata Ya'qub:" Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkan
dan aku khuatir kalau-kalau dia dimakan serigala sedang kamu lengah daripadanya." 14.
Mereka berkata: " Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami adalah golongan
{yang kuat} ,sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang rugi." 15.
Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dalam telaga {lalu
mereka masukkan dia} dan {di waktu dia sudah dalam telaga }Kami wahyukan kepada
{Yusuf}:" Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini,
sedang mereka tidak ingat lagi. 16. Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di
petang hari sambil menangis. 17. Mereka berkata: "Wahai ayah kami! Sesungguhnya
kami pergi berlumba-lumba dan kami tinggalkan Yusuf dekat barang-barang kami, lalu
dia dimakan serigala dan kamu sesekali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami
adalah orang-orang yang benar." 18. Mereka datang membawa baju kemejanya {yang
berlumuran} dengan darah palsu. Ya'qub berkata:" Sebenarnya diri kamu sendirilah yang
memandang baik perbuatan {yang buruk} itu maka kesabaran yang baik itulah
{kesabaran}. Dan Allah sajalah yang dimohon perlindungannya terhadap apa yang kamu
ceritakan."
Yusuf dijual-beli sebagai hamba sahaya
Yusuf sedang berada di dalam perigi itu seorang diri, diliputi oleh kegelapan dan
kesunyian yang mencekam. Ia melihat ke atas dan ke bawah ke kanan dan ke kiri
memikirkan bagaimana ia dapat mengangkatkan dirinya dari perigi itu , namun ia tidap
melihat sesuatu yang dpt menolongnya. IA hanya dapat melihat bayangan tubuhnya
dalam air yang cetek di bawah kakinya. Sungguh suatu ujian yang amat berat bagi
seorang semuda Yusuf yang masih belum banyak pengalaman nya dalam penghidupan,
bah baru pertama kali ia berpisah dari ayahnya yang sangat menyayangi dan
memanjakannya. Lebih-lebih terasa beratnya uijian itu ialah karena yang
melemparkannya ke dasar telaga itu adalah abang-abangnya sendiri, putera-putera
ayahnya.
Yusuf di samping memikirkan nasibnya yang sedang dialami, serta bagaimana ia
menyelamatkan dirinya dari bahaya kelaparan sekiranya ia lama tidak tertolong, ia selalu
mengenangkan ayahnya ketika melihat abang-abangnya kembali pulang ke rumah tanpa
dirinya bersama mrk.
Tiga hari berselang, sejak Yusuf dilemparkan ke dalam perigi, dan belum nampak tanda-
tanda yang memberi harapan baginya dapat keluar dari kurungannya, sedangkan bahaya
kelaparan sudah mulai membayangi dan sudah nyaris berputus asa ketika sekonyong-
konyong terdengar olehnya suara sayup-sayup, suara aneh yang belum pernah
didengarnya sejak ia dilemparkan ke dalam telaga itu. Makin lama makin jelaslah suara-
suara itu yang akhirnya terdengar seakan anjing menggonggong suara orang-orang
bercakap dan tertawa terbahak-bahak dan suara jejak kaki manusia dan binatang sekitar
telaga itu.
Ternyata apa yang terdengar oleh Yusuf, ialah suara-suara yang timbul oleh sebuah
kafilah yang sedang berhenti di sekitar perigi, di mana ia terkurung untuk beristirehat
sambil mencari air untuk diminum bagi mrk dan binatang-binatang mrk. alangkah
genbiranya Yusuf ketika keetika ia sedang memasang telinganya dan menengar suara
ketua kafilah memerintahkan orangnya melepaskan gayung mengambil air dari telaga itu.
Sejurus kemudian dilihat oleh Yusuf Sebuah gayung turun ke bawah dan begitu
terjangkau oleh tangannya dipeganglah kuat-kuat gayung itu yang kemudian ditarik ke
atas oleh sang musafir seraya berteriak mengeluh karena beratnya gayung yang ditarik
itu.
Para musafir yang berada di kafilah itu terperanjat dan takjub ketika melihat bahawa yang
memberatkan gayung itu bukannya air, tetapi manusia hidup berparas tampan, bertubuh
tegak dan berkulit putih bersih. Mereka berunding apa yang akan diperbuat dengan
hamba Allah yang telah diketemukan di dalam dasar perigi itu, dilepaskannya di tempat
yang sunyi itu atau dikembalikan kepada keluarganya. Akhirnya bersepakatlah mrk untuk
dibawa ke Mesir dan dijual di sana sebagai hamba sahaya dengan harga, yang menurut
tafsiran mrk akan mencapai harga yang tinggi, karena tubuhnya yang baik dan parasnya
yang tampan.
Setibanya kafilah itu di Mesir, dibawalah Yusuf di sebuah pasar khusus , di mana manusia
diperdagangkan dan diperjual-belikan sebagai barang dagangan atau sebagai binatang-
binatang ternakan. Yusuf lalu ditawarkan di depan umum dilelongkan. Dan karena para
musafir yang membawanya itu khuatir akan terbuka pertemuan Yusuf maka mereka
enggan memepertahankan sampai mencapai harga yang tinggi, tetapi melepaskannya
pada tawaran pertama dengan harga yang rendah dan tidak memadai. Padahal seorang
seperti nabi Yusuf tidak dapat dinilai dengan wang bahkan dengan emas seisi bumi pun
tidak seimbang sebagai manusia yang besar dan makhluk Allah yang agung seperti Nabi
Yusuf yang oleh Allah telah digariskan dalam takdirnya bahawa ia akan melaksanakan
missi yang suci dan menjalankan peranan yang menentukan dalam pengaulan hidup umat
manusia.
Nabi Yusuf dalam pelelongan itu dibeli oleh keeetua polis Mesir bernama Fathifar
sebagai penawar pertama , yang merasa berbahagia memperoleh sorang hamba yang
berparas bagus, bertubuh kuat dan air muka yang memberi kesan bahawa dalam manusia
yang dibelikan itu terkandung jiwa yang besar, hati suci bersih dan bahawa ia bukanlah
dari kualiti manusia yang harus diperjual-belikan.
Kata Fathifar kepada isterinya ketika mengenalkan Yusuf kepadanya:" Inilah hamba yang
aku baru beli dari pelelongan. Berilah ia perlakuan dan layanan yang baik kalau-kalau
kelak kami akan memperolehi manfaat drpnya dan memungutnya sebagai anak kandung
kita. Aku dapat firasat dari paras mukanya dan gerak-gerinya bahawa ia bukanlah dari
golongan yang harus diperjual-belikan, bahkan mungkin sekali bahawa ia adalah dari
keturunan keluarga yang berkedudukan tinggi dan orang-orang yang beradab.
Nyonya Fathifar, isteri Ketua Polis Mesir menerima Yusuf di rumahnya, sesuai dengan
pesanan suaminya. dilayan sebagai salah seorang daripada anggota keluarganya dan
sesekali tidak diperlakukannya sebagai hamba belian. Yusuf pun dapat menyesuaikan diri
dengan keadaan rumahtangga Futhifar. Ia melakukan tugas sehari-harinya di rumah
dengan penuh semangat dan dengan kejujuran serta disiplin yang tinggi. Segala
kewajiban dan tugas yang diperintahkan kepadanya, diurus dengan senang hati seolah-
olah dari perintah oleh orang tuanya sendiri. Demikianlah, maka makin lama makin
disayanglah akan Yusuf di rumah Ketua Polis Mesir itu sehingga merasa seakan-akan
berada di rumah keluarga dan orang tuanya sendiri.
Tentang isi cerita di atas, dapat dibaca dalam surah "Yusuf" ayat 19 sehingga ayat 21
sebagai berikut: ~
"19. Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mrk menyuruh seorang
mengambil air mereka, maka dia menurunkan timbanya, dia berkata: " Oh! Khabar
gembira, ini seorang anak muda!" Kemudian mrk menyembunyikan dia sebagai barang
dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mrk kerjakan. 20. Dan mrk menjual
Yusuf dengan harga yang murah, iaitu beberapa dirham shj, dan mrk merasa tidak tertarik
hatinya kepada Yusuf 21. Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada isterinya: "
Berikanlah kepadanya tempat {dan layanan} yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada
kita atau kita pungut dia sebagai anak." Dan demekian pulalah Kami memberikan
kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi {Mesir} dan agar kami ajarkan
kepadanya takdir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahuinya." {Surah Yusuf : 19 ~ 21}
Yusuf dalam godaan nyonya Futhifar
Yusuf hidup tenang dan tenteram di rumah Futhifar, Ketua Polis Mesir, sejak ia
menginjakkan kakinya di rumah itu. Ia mendpt kepercayaan penuh dari kedua
majikannya, suami-isteri, mengurus rumah-tangga mereka dan melaksanakan perintah
dan segala keperluan mrk dengan sesungguh hati, ikhlas dan kejujuran, tiada menuntut
upah dan balasan atas segala tenaga dan jerih payah yang dicurahkan untuk kepentingan
keluarga. Ia menganggap dirinya di rumah itu bukan sebagai hamba bayaran, tetapi
sebagai seorang drp anggota keluarga. demikian pula anggapan majikannya, suami-isteri
terhadap dirinya.
Ketenangan hidup dan kepuasan hati yang diperdpt oleh Yusuf selama ia tinggal di rumah
Futhifar, telah mempengaruhi kesihatan dan pertumbuhan tubuhnya. Ia yang telah
dikurnai oleh Tuhan kesempurnaan jasmani dengan kehidupan yang senang dan empuk di
rumah Futhifar, makin terlihat tambah segar wajahnya, tambah elok parasnya dan tambah
tegak tubuhnya, sehingga ia merupakan seorang pemuda remaja yang gagah perkasa yang
menggiurkan hati setiap wanita yang melihatnya, tidak terkecuali isteri Futhifar,
majikannya sendiri, bahkan bukan tidak mungkin bahwa ia akan menjadi rebutan lelaki,
andai kata ia hidup di kota Sadum di tengah-tangah kaum Nabi Luth ketika itu.
Pengaulan hari-hari di bawah satu atap rumah antara Yusuf pemuda remaja yang gagah
perkasa dan Nyonya Futhifar, seorang wanita muda cantik dan ayu, tidak akan terhindar
dari risiko terjadinya perbuatan maksiat, bila tidak ada kekuatan iman dan takwa yang
menyekat hawa nafsu yang ammarah bissu. Demikian lah akan apa yang terjadi terhadap
Yusuf dan isteri Ketua Polis Mesir.
Pada hari-hari pertama Yusuf berada di tengah-tengah keluarga , Nyonya Futhifar tidak
menganggapnya dan memperlakukannya lebih dari sebagai pembantu rumah yang cekap,
tangkas, giat dan jujur, berakhlak dan berbudi pekerti yang baik. Ia hanya mengagumi
sifat-sifat luhurnya itu serta kecekapan dan ketangkasan kerjanya dalam menyelesaikan
urusan dan tugas yang pasrahkan kepadanya. Akan tetapi memang rasa cinta itu selalu
didahului oleh rasa simpati.
Simpati dan kekaguman Nyonya Futhifar terhadap cara kerja Yusuf, lama-kelamaan
berubah menjadi simpati dan kekaguman terhadap bentuk banda dan paras mukanya.
Gerak-geri dan tingkah laku Yusuf diperhatika dari jauh dan diliriknya dengan penuh
hati-hati. Bunga api cinta yang masih kecil di dalam hati Nyonya Futhifar terhadap Yusuf
makin hari makin membesar dan membara tiap kali ia melihat Yusuf berada dekatnya
atau mendengar suaranya dan suara langkah kakinya. Walaupun ia berusaha
memandamkan api yang membara di dadanya itu dan hedak menyekat nafsu berahi yang
sedang bergelora dalam hatinya, untuk menjaga maruahnya sebagai majikan dan
mepertahankan sebagai isteri Ketua Polis, namun ia tidak berupaya menguasai perasaan
hati dan hawa nasfunya dengan kekuatan akalnya. Bila ia duduk seorang diri, maka
terbayanglah di depan matanya akan paras Yusuf yang elok dan tubuhnya yang bagus dan
tetaplah melekat bayangan itu di depan mata dan hatinya, sekalipun ia berusaha untuk
menghilangkannya dengan mengalihkan perhatiannya kepada urusan dan kesibukan
rumahtangga. Dan akhirnya menyerahlah Nyonya Futhifar kepada kehendak dan
panggilan hati dan nafsunya yang mnedpt dukungan syaitan dan iblis dan
diketepikanlahnya semua pertimbangan maruah, kedudukan dan martabat serta
kehormatan diri sesuai dengan tuntutan dengan akal yang sihat.
Nyonya Futhifar menggunakan taktik, mamancing-mancing Yusuf agar ia lebih dahulu
mendekatinya dan bukannya dia dulu yang mendekati Yusuf demi menjaga kehormatan
dirinya sebagai isteri Ketua Polis. Ia selalu berdandan dan berhias rapi, bila Yusuf berada
di rumah, merangsangnya dengan wangi-wangian dan dengan memperagakan gerak-geri
dan tingkah laku sambil menampakkan, seakan-akan dengan tidak sengaja bahagian
tubuhnya yang biasanya menggiurkan hati orang lelaki.
Yusuf yang tidak sedar bahwa Zulaikha, isteri Futhifar, mencintai dan mengandungi nafsu
syahwat kepadanya, menganggap perlakuan manis dan pendekatan Zulaikha kepadanya
adalah hal biasa sesuai dengan pesanan Futhifar kepada isterinya ketika dibawa pulang
dari tempat perlelongan. Ia berlaku biasa sopan santun dan bersikap hormat dan tidak
sedikit pun terlihat dari haknya sesuatu gerak atau tindakan yang menandakan bahwa ia
terpikat oleh gaya dan aksi Zulaikha yang ingin menarik perhatiannya dan mengiurkan
hatinya. Yusuf sebagai calon Nabi telah dibekali oleh Allah dengan iman yang mantap,
akhlak yang luhur dan budi pekerti yang tinggi. Ia tidak akan terjerumus melakukan
sesuatu maksiat yang sekaligus merupakan perbuatan atau suatu tindakan khianat
terhadap orang yang telah mempercayainya memperlakukannya sebagai anak dan
memberinya tempat di tengah-tengah keluarganya.
Sikap dingin dan acuh tak acuh dari Yusuf terhadap rayuan dan tingkah laku Zulaikha
yang bertujuan membangkitkan nafsu syahwatnya menjadikan Zulaikha bahkan tambah
panas hati dan bertekad dkan berusaha terus sampai maksudnya tercapai. Jika aksi samar-
samar yang ia lakukan tetap tidak dimengertikan oleh Yusuf Yang dianggapkannya yang
berdarah dingin itu, maka akan dilakukannya secara berterus terang dan kalau perlu
dengan cara paksaan sekalipun.
Zulaikha , tidak tahan lebih lama menunggu reaksi dari Yusuf yang tetap bersikap dingin ,
acuh tak acuh terhadap rayuan dan ajakan yang samar-samar daripadanya. Maka
kesempatan ketika si suami tidak ada di rumah, masuklah Zulaikha ke bilik tidurnya
seraya berseru kepada Yusuf agar mengikutinya. Yusuf segera mengikutinya dan masuk
ke bilik di belakang Zulaikha, sebagaimana ia sering melakukannya bila di mintai
pertolongannya melakukan sesuatu di dalam bilik. Sekali-kali tidak terlintas dalm
fikirannya bahwa perintah Zulaikha kali itu kepadanya untuk masuk ke biliknya bukanlah
perintah biasa untuk melekukan sesuatu yang biasa diperintahkan kepadanya. Ia baru
sedar ketika ia berad di dalam bilik, pintu dikunci oleh Zulaikha, tabir disisihkan seraya
berbaring berkatalah ia kepada Yusuf: " Ayuh, hai Yusuf! Inilah aku sudah siap bagimu,
aku tidak tahan menyimpan lebih lama lagi rasa rinduku kepada sentuhan tubuhmu.
Inilah tubuhku kuserahkan kepadamu, berbuatlah sekehendak hatimu dan sepuas
nafsumu."
Seraya memalingkan wajahnya ke arah lain, berkatalah Yusuf:" Semoga Allah
melindungiku dari godaan syaitan. Tidak mungkin wahai tuan puteriku aku akan
melakukan maksiat dan memenuhi kehendakmu. Jika ak